Abigail sangat terkejut saat Luxian tiba-tiba menutup teleponnya. Karena merasa diabaikan dia menjadi marah dan semakin membenci Celia karena menganggap gadis itu sebagai penyebab perilaku Luxian yang sedikit berubah padanya.Dia kemudian teringat saat pertengkaran Celia dan Patricia, mereka sempat menyebut nama Eliza. “Marcus, bantu aku mencari informasi tentang Eliza dan Celia, ada hubungan apa diantara mereka.” Kata Abigail sambil mengusap gelang safir di pergelangan tangannya.Malam itu setelah menyelesaikan tugas tambahan, Celia kembali ke kabinnya bersama Amy. Saat sedang asik ngobrol sambil makan cemilan, seorang staf datang menjemput Celia dan mengantar ke ruangan Pelatih Mateo.“Luxian?” Gumam Celia. Dia berpikir jika Luxian bisa datang ke camp pelatihan pasti karena ingin bertemu Abigail seperti yang pria itu lakukan terakhir kali saat dia pingsan. Tidak ada trainee yang diperbolehkan menerima kunjungan kecuali jika orang itu punya pengaruh yang bisa membujuk manajemen. Abi
Sedikit terkejut dengan perkataan Luxian, Celia mengangkat wajahnya dan pandangan mereka bertemu. Celia melihat ketulusan di matanya, mata yang indah, teduh namun tajam. Menghancurkan benteng kepura-puraannya yang selama ini tak tergoyahkan.Celia tahu dia harus menolak.Selama dia menolaknya dan mengatakan "tidak”, walaupun Luxian bukan seorang dewa, dia yakin pria itu juga tidak akan menjadi iblis yang akan memaksakan kehendaknya sesuka hati.Namun, seolah tersihir oleh pesonanya Celia tidak menolak saat Luxian menundukkan wajah dan menciumnya lagi. Awalnya dia hanya terdiam dan tidak membalas ciuman panas pria itu, namun tiba-tiba saja Luxian membelai lembut perutnya dengan telapak tangannya yang kuat. Celia tidak mengerti kenapa Luxian melakukan hal itu. Tapi hatinya terasa hangat, dan membuatnya semakin kehilangan kendali atas dirinya. Dia membuka sedikit mulutnya dan membiarkan Luxian masuk dan menjarah isinya dengan serakah. Celia berusaha keras mengimbangi hingga lidah mereka
“Aku akan menyimpan janjimu ini, dan saat aku sudah memutuskannya, aku akan meminta semuanya sekaligus darimu, suamiku tersayang.” Jari Celia meluncur turun dengan mulus dari kening, hidung, bibir, leher, tulang selangka, dada dan perutnya. “Lagipula, aku tidak menyesal tidur dengan sosok Luxian yang menjadi idola dan rebutan gadis-gadis cantik.”Setelah berbicara Celia berbalik keluar menuju tempat tugas tambahannya, meninggalkan Luxian dengan wajah muram. Dia sangat geram karena hari yang ia mulai dengan sempurna tapi berakhir menyebalkan. Dia meremas ponselnya yang kembali menyala.Celia buru-buru keluar karena setiap pagi Amy selalu datang menjemputnya di kabin. Dan hari ini dia tidak ingin itu terjadi. Dia dengan cepat menarik Amy ke halaman belakang, pagi ini tugasnya adalah menyapu daun kering yang berserakan.“Tunggu…tunggu…”Amy berusaha bicara dengan terengah-engah. Sampai di halaman belakang mereka baru berhenti. Celia terkejut karena halamannya sudah bersih, daun kering d
Malam itu setelah camp pelatihan selesai, Abigail pergi ke sebuah gazebo di tepi sebuah danau. Tempat itu di luar area camp pelatihan tapi masih merupakan bagian dari Lembah Emerald.Karena dia tidak bisa meninggalkan camp pelatihan terlalu jauh, kemarin di telepon Abigail membujuk Eliza agar mau datang ke tempat itu. Abigail duduk di gazebo sambil menikmati keindahan pemandangan, namun wajahnya terlihat angkuh dan penuh kebencian. Dia memperhatikan Eliza dengan seksama saat dia bicara, berpikir bahwa ini adalah kesempatan emas untuk mendapatkan lebih banyak informasi tentang Celia, jadi dia akan bersikap sangat baik pada Eliza.Abigail tersenyum lembut, menyembunyikan niat aslinya. “Aku hanya penasaran tentang Celia. Ada apa sebenarnya antara kalian berdua?”Eliza mendengus, duduk dengan elegan di depan Abigail. “Celia adalah beban bagi keluargaku. Dia bukan siapa-siapa, hanya anak pungut yang merepotkan. Bibi kami mengasihani dia, tapi bagiku, dia selalu menjadi duri dalam daging.”
Langit masih gelap ketika embun pagi mulai membasahi dedaunan, menciptakan kilauan halus di bawah cahaya bintang yang tersisa. Udara pagi membawa aroma segar tanah basah, seperti sebuah simfoni alami yang menyapa hidung dengan kelembutan. Hari ini Celia bangun pagi-pagi sekali dengan penuh semangat. Semalam dia mendapat telepon dari nenek Iris untuk menanyakan kapan dia akan pulang ke Ashford, karena semua orang disana sudah sangat merindukannya. Jadi pagi ini dia berencana untuk melakukan perjalan ke Ashford. Karena banyak yang harus dikerjakan, Amy terpaksa tidak bisa ikut dengannya.Celia berencana naik taksi online. Tapi saat dia keluar apartemen, Maybach hitam sudah menunggunya. Jendela mobil perlahan turun terbuka menunjukkan wajah tampan yang duduk di belakang kemudi.“Masuklah, kita pergi bersama ke Ashford.”Celia sedikit terkejut melihat Luxian ada di sana. Tapi dia tetap berjalan mendekat dan masuk ke dalam mobil dengan santai.“Bagaimana kau tahu aku akan pergi ke Ashfor
Celia membuka mata menatap keluar jendela mobil dengan wajah yang pucat pasi, matanya berusaha tetap terbuka meski tubuhnya terasa lemah. Sepanjang perjalanan, rasa mual masih sedikit terasa. Kehamilannya yang masih muda membuatnya sangat rentan terhadap mabuk kendaraan, dan perjalanan panjang ini terasa seperti siksaan.Luxian, yang duduk di sampingnya, mencoba menenangkan. Sesekali mengelus lembut punggung tangannya. Sambil tetap fokus di belakang kemudi. "Kita hampir sampai. Bersabarlah sedikit lagi."Celia mengangguk lemah, menahan napas dalam-dalam untuk melawan mual yang terus mendesak. Karena lama berhenti di jalan mereka tiba di Ashford menjelang sore. Nenek Iris, Nyonya Paula, Kakek Adam, Tuan Jose, yang sudah menunggu sejak pagi terlihat cemas dan khawatir. Apalagi saat di telepon, Luxian bilang Celia mengalami mabuk perjalanan. Pasti karena bayinya.Akhirnya, mobil berhenti di depan gerbang besar Hacienda. Pemandangan rumah besar yang elegan dengan taman yang terawat rapi
Nenek Iris biasanya tidak tidur di Hacienda, dia lebih suka tinggal di rumah kecilnya sendiri bersama kakek. Karena menurutnya Hacienda terlalu ramai, entah itu karena para pelayan atau para pekerja perkebunan. Tapi karena hari ini ada Celia dia dan kakek akhirnya mau juga menginap.Keesokan paginya, Celia terbangun di kamar yang hangat dengan cahaya matahari yang lembut menyelinap melalui tirai di jendela besar. Udara pagi Ashford di akhir musim gugur terasa segar namun sangat dingin. Apalagi Ashford berada di dataran tinggi pegunungan. Celia berbalik dan meraba kasur disampingnya, sudah kosong tapi masih tersisa rasa hangat dan aroma tubuh Luxian. Dia tertidur sangat pulas semalam jadi mereka tidak melakukan aktifitas apapun. Celia meregangkan tubuhnya, merasa lebih baik setelah beristirahat semalaman.Luxian, yang telah bangun lebih awal, membawa sarapan ke kamar. “Selamat pagi, sayang. Bagaimana tidurmu?” tanyanya dengan senyum lembut.Celia menoleh dan sedikit terkejut. Tapi dia
Mendengar ada yang datang dan bertanya, mereka segera berdiri dan memberi hormat. “Selamat pagi Nyonya Muda.”“Tidak perlu sungkan. Aku tadi sedikit mendengar pembicaraan kalian, tapi belum paham. Bisakah kalian menjelaskannya?”Karena Celia terlihat begitu ramah, setelah saling pandang sebentar, salah satu pelayan wanita mulai memberanikan diri untuk bicara.“Um…Nyonya, apakah anda akan datang ke pertandingan malam ini?"Celia kemudian duduk dibangku taman menghadap mereka dan bertanya, "Pertandingan apa?""Nyonya baru datang di Ashford jadi mungkin tidak tahu. Karena Tuan Muda suka balap mobil, ada asosiasi balap mobil supercar khusus di kota Ashford, yang akan mengadakan kompetisi setiap minggunya. Pesertanya adalah pembalap profesional papan atas atau pemuda kaya dari seluruh penjuru negeri. Ada banyak juga pembalap amatir yang ikut berpartisipasi. Karena hadiah uangnya sangat besar kompetisi ini selalu meriah."Celia teringat saat pertama kali datang ke Hacienda dan bekerja sebag