Langkah terburu-buru mendekat dari belakang, diikuti oleh suara gemetar Eloise. Dia hampir bisa menebak apa maksud Eloise memanggilnya karena isi video itu pasti mengejutkan Eloise dan Sean. Madeline perlahan berbalik, berencana untuk menghadapi mereka dengan dingin. Namun, dia tiba-tiba dipeluk oleh Eloise sebelum dia bisa melakukan apapun. “Putriku!" Eloise terisak. "Maafkan aku, Eveline... Mommy sangat menyesal!” Eloise meminta maaf berulang kali sementara kedua mata Sean memerah saat dia melihat dari samping, setelah menyusul istrinya. Video itu menunjukkan Meredith yang tampak dengan kejam menyiksa Madeline yang sudah babak belur. Mereka tak sanggup membayangkan adegan itu. Namun semakin keras mereka berusaha untuk menekannya, semakin jelas adegan brutal yang menggambarkan kesulitan dan penderitaan yang diderita Madeline itu muncul di benak mereka. Kedua orangtuanya telah melindungi monster itu sementara dirinya menderita. Sean menghela nafas dalam-dalam saat melihat eksp
“Buat apa aku bertaruh denganmu? Aku yang memutuskan bagaimana aku mau menjalani hidupku. Kau tak bisa mengontrolnya," jawab Madeline singkat, sepasang matanya dipenuhi rasa percaya diri. “Kau tak perlu menandatangani surat cerai itu karena aku bisa mengajukan banding atas dasar bahwa kita telah berpisah selama lebih dari dua tahun. Adapun hak asuh Jack, aku tak akan menyerah untuk memperjuangkan itu.” Madeline lalu berbalik dan pergi.Menunggu tidak jauh dari situ, Eloise dan Sean tak bisa berbuat apa-apa saat mereka melihat Madeline meninggalkan Jeremy dengan rasa tidak senang di wajahnya. Meskipun Jeremy adalah menantu mereka, pria itu juga telah sangat menyakiti Madeline. Mereka tidak berhak mencaci-maki Jeremy, karena sebagai orangtua, kesalahan mereka lebih buruk. … Kasus Meredith dengan cepat menjadi viral, kepribadiannya yang brutal membuat marah banyak netizen. Tersembunyi di sebuah motel, Rose dan Jon terguncang dalam amarah saat mereka menyaksikan berita persidangan
Sesaat kemudian, notifikasi pesan muncul di ponselnya. Mengetuknya, Madeline menyadari bahwa pada akhirnya Felipe tetap menyita Whitman Manor. Dia bergegas ke Whitman Manor hanya untuk mendapati bahwa gerbang rumah itu terkunci. Dia merasakan tubuhnya menjadi dingin. Berdiri di dekat pintu, yang ada dalam pikiran Madeline hanyalah Old Master Whitman yang mendukung dan melindunginya secara diam-diam. “Grandpa…” Dia memikirkan itu sendirian. Setelah bertanya ke sana kemari mengenai tempat tinggal Old Master Whitman saat ini, Madeline segera pergi. Dia tiba di sebuah distrik kelas atas di sekitar pinggiran kota. Kehilangan Whitman Corporation tidak membuat Jeremy sama sekali tidak berguna, karena sepertinya dia masih memiliki tabungan yang lebih dari cukup. Madeline memarkir mobilnya dan bersiap untuk masuk ketika dia mendengar seseorang meneriakkan namanya dari belakang. “Madeline Crawford!” Sebuah suara yang sudah akrab di telinga Madeline. Berbalik, dia dipertemukan dengan
Jeremy menyadari ada yang tidak beres dengan wajah Madeline. "Ada apa? Apa terjadi sesuatu?"Madeline menatapnya dengan tidak senang. "Kamu tahu pasti di dalam hatimu apa yang telah kau lakukan."Jeremy mengernyit sedikit. Dia tak mengerti maksud Madeline.“Ke mana kau membawa Jack?"Pertanyaan Madeline selanjutnya membuat Jeremy bertambah bingung. "Linnie, apa maksudmu? Kapan aku sempat membawa Jack pergi?""Jeremy, harus ya kamu merepotkanku? Apa kau baru bahagia saat melihat aku khawatir atau sedih?""Aku benar-benar tidak tahu apa yang terjadi." Jeremy menatap Madeline dengan bingung. "Linnie, ceritakan dulu padaku apa yang terjadi.""Jeremy, kau sudah lama bersama Meredith dan kemampuan aktingmu jadi semakin bagus," ucap Madeline sinis, lalu menginjak pedal gas sebelum mengemudikan mobilnya ke gerbang taman kanak-kanak tempat Jackson bersekolah.Selama dalam perjalanan, Jeremy berulang kali ingin memahami alasan di balik kemarahan Madeline, namun Madeline mengabaikannya.Ketika mo
"Rose? Ibunya Meredith?" Ava tiba-tiba menjadi gelisah. "Dia pasti tahu bahwa Meredith akan menghadapi eksekusi dan telah mengarahkan kebenciannya padamu, Maddie. Itulah kenapa dia mulai dari Jack!"Tebakan Ava tidak terlalu meleset.Madeline juga memiliki sebuah firasat yang sangat buruk di hatinya.Keluarga Meredith benar-benar tidak manusiawi. Mereka sanggup melakukan apa pun.Madeline memutuskan untuk memanggil polisi setelah memahami situasinya. Namun, begitu dia keluar dari gerbang taman kanak-kanak, dia menerima sebuah pesan. [Putramu sekarang ada di tangan kami. Jika kau tidak mau dia mati, lakukan apa yang aku katakan!]Melihat teks ini, jantung Madeline berdegup kencang.Dia tahu dia harus tenang, namun ketika dia memikirkan situasi yang mungkin diderita Jackson sekarang, pikirannya kacau.Jeremy lalu mengambil ponsel Madeline dan langsung menelepon nomor itu.Tak diduga, panggilannya tersambung.Rose merendahkan suaranya dan membuat sebuah tuntutan, "Madeline, siapkan 50 j
Setelah Madeline dan Jeremy saling bertukar pandang, dia mengangkat telepon dan menekan pengeras suara.Rose sengaja merendahkan suaranya, mencoba memalsukan suaranya dengan suara lain.Membuka mulutnya, dia langsung meminta uang, "Madeline, 50 juta-nya sudah siap? Aku mau uang tunai! Harus siap dalam satu jam, atau aku akan membunuh putramu!"Hati Madeline agak cemas dan dia berusaha keras untuk menahan emosinya. "Aku akan memberimu uang, tapi kau tak boleh menyakiti anakku! Jika tidak, silahkan bermimpi soal mendapatkan bahkan satu sen pun uang dariku!"Meskipun Rose tidak senang mendengar itu, dia berpikir soal mendapatkan sejumlah besar uang dalam beberapa saat lagi dan bicara dengan hati-hati. "Selama kamu tidak macam-macam, anakmu akan baik-baik saja. Aku akan mengirimkan alamatnya sekarang dan kamu akan meninggalkan uangnya di sana nanti. Tetaplah di posisi itu. Ingat, kamu tidak diizinkan untuk memanggil Jeremy dan kamu tidak diizinkan untuk memanggil polisi. Kau harus pergi se
Madeline dengan sangat cepat menemukan lokasinya karena jaraknya hanya seratus meter.Rumah di hadapannya terlihat bobrok dan seolah kosong, tapi ada sedikit cahaya yang keluar dari dalam rumah.Madeline berjalan ke jendela dan mengintip ke dalam. Sekilas, dia melihat Jackson duduk di bangku kecil sambil dijaga oleh Jon yang sedang merokok di sampingnya. Ada sebilah pisau buah di samping Jon.Benar saja, merekalah yang berada di belakang penculikan Jack.Madeline mengepalkan tinjunya, sepasang matanya yang khawatir tertuju pada wajah mungil Jackson.Si kecil tampaknya tidak takut pada apa pun. Dia bahkan menggoyangkan kakinya sambil makan sebuah apel dengan santai. Sepertinya dia sedang membicarakan sesuatu dengan Jon.Situasi itu tampak sedikit ganjil, tapi kalau dipikir-pikir lagi, tidak terlalu mengejutkan saat dia ingat bahwa Jackson hanyalah seorang anak berusia enam tahun.Madeline diam-diam memikirkan cara untuk mengatasi hal ini, dan saat dia hendak mengetuk pintu, tanpa dia sa
Pria itu balas menatapnya, seulas senyum muncul di sepasang matanya yang sipit dan menawan. "Kau mengkhawatirkan aku?""..." Madeline langsung melepaskan pelukannya. "Aku tidak mengkhawatirkanmu. Aku hanya tak ingin Jack terluka dengan cara apa pun.""Jangan khawatir, aku tak akan pernah membiarkan apa pun terjadi pada putra kita." Jeremy berjanji dengan sungguh-sungguh. Tiba-tiba dia meraih tangan Madeline. "Linnie, tunggu aku di dalam mobil. Aku pasti akan membawa Jack kembali dengan selamat."Entah mengapa Madeline menjadi linglung sampai Jeremy mendorongnya pelan. "Cepat kembali ke mobil."Sepasang matanya tulus dan nadanya terdengar seperti biasanya, tapi Madeline tidak menghargainya. "Jeremy, aku tak ingin berhutang apapun padamu. Anakku adalah milikku dan aku akan menyelamatkannya sendiri."Pandangan Jeremy berubah menjadi kesepian. "Kau tidak berhutang apa-apa padaku, aku yang berhutang padamu. Tak peduli sekuat apapun dirimu menyangkalnya, kau tak bisa mengubah fakta bahwa Jac