Jeremy menyadari ada yang tidak beres dengan wajah Madeline. "Ada apa? Apa terjadi sesuatu?"Madeline menatapnya dengan tidak senang. "Kamu tahu pasti di dalam hatimu apa yang telah kau lakukan."Jeremy mengernyit sedikit. Dia tak mengerti maksud Madeline.“Ke mana kau membawa Jack?"Pertanyaan Madeline selanjutnya membuat Jeremy bertambah bingung. "Linnie, apa maksudmu? Kapan aku sempat membawa Jack pergi?""Jeremy, harus ya kamu merepotkanku? Apa kau baru bahagia saat melihat aku khawatir atau sedih?""Aku benar-benar tidak tahu apa yang terjadi." Jeremy menatap Madeline dengan bingung. "Linnie, ceritakan dulu padaku apa yang terjadi.""Jeremy, kau sudah lama bersama Meredith dan kemampuan aktingmu jadi semakin bagus," ucap Madeline sinis, lalu menginjak pedal gas sebelum mengemudikan mobilnya ke gerbang taman kanak-kanak tempat Jackson bersekolah.Selama dalam perjalanan, Jeremy berulang kali ingin memahami alasan di balik kemarahan Madeline, namun Madeline mengabaikannya.Ketika mo
"Rose? Ibunya Meredith?" Ava tiba-tiba menjadi gelisah. "Dia pasti tahu bahwa Meredith akan menghadapi eksekusi dan telah mengarahkan kebenciannya padamu, Maddie. Itulah kenapa dia mulai dari Jack!"Tebakan Ava tidak terlalu meleset.Madeline juga memiliki sebuah firasat yang sangat buruk di hatinya.Keluarga Meredith benar-benar tidak manusiawi. Mereka sanggup melakukan apa pun.Madeline memutuskan untuk memanggil polisi setelah memahami situasinya. Namun, begitu dia keluar dari gerbang taman kanak-kanak, dia menerima sebuah pesan. [Putramu sekarang ada di tangan kami. Jika kau tidak mau dia mati, lakukan apa yang aku katakan!]Melihat teks ini, jantung Madeline berdegup kencang.Dia tahu dia harus tenang, namun ketika dia memikirkan situasi yang mungkin diderita Jackson sekarang, pikirannya kacau.Jeremy lalu mengambil ponsel Madeline dan langsung menelepon nomor itu.Tak diduga, panggilannya tersambung.Rose merendahkan suaranya dan membuat sebuah tuntutan, "Madeline, siapkan 50 j
Setelah Madeline dan Jeremy saling bertukar pandang, dia mengangkat telepon dan menekan pengeras suara.Rose sengaja merendahkan suaranya, mencoba memalsukan suaranya dengan suara lain.Membuka mulutnya, dia langsung meminta uang, "Madeline, 50 juta-nya sudah siap? Aku mau uang tunai! Harus siap dalam satu jam, atau aku akan membunuh putramu!"Hati Madeline agak cemas dan dia berusaha keras untuk menahan emosinya. "Aku akan memberimu uang, tapi kau tak boleh menyakiti anakku! Jika tidak, silahkan bermimpi soal mendapatkan bahkan satu sen pun uang dariku!"Meskipun Rose tidak senang mendengar itu, dia berpikir soal mendapatkan sejumlah besar uang dalam beberapa saat lagi dan bicara dengan hati-hati. "Selama kamu tidak macam-macam, anakmu akan baik-baik saja. Aku akan mengirimkan alamatnya sekarang dan kamu akan meninggalkan uangnya di sana nanti. Tetaplah di posisi itu. Ingat, kamu tidak diizinkan untuk memanggil Jeremy dan kamu tidak diizinkan untuk memanggil polisi. Kau harus pergi se
Madeline dengan sangat cepat menemukan lokasinya karena jaraknya hanya seratus meter.Rumah di hadapannya terlihat bobrok dan seolah kosong, tapi ada sedikit cahaya yang keluar dari dalam rumah.Madeline berjalan ke jendela dan mengintip ke dalam. Sekilas, dia melihat Jackson duduk di bangku kecil sambil dijaga oleh Jon yang sedang merokok di sampingnya. Ada sebilah pisau buah di samping Jon.Benar saja, merekalah yang berada di belakang penculikan Jack.Madeline mengepalkan tinjunya, sepasang matanya yang khawatir tertuju pada wajah mungil Jackson.Si kecil tampaknya tidak takut pada apa pun. Dia bahkan menggoyangkan kakinya sambil makan sebuah apel dengan santai. Sepertinya dia sedang membicarakan sesuatu dengan Jon.Situasi itu tampak sedikit ganjil, tapi kalau dipikir-pikir lagi, tidak terlalu mengejutkan saat dia ingat bahwa Jackson hanyalah seorang anak berusia enam tahun.Madeline diam-diam memikirkan cara untuk mengatasi hal ini, dan saat dia hendak mengetuk pintu, tanpa dia sa
Pria itu balas menatapnya, seulas senyum muncul di sepasang matanya yang sipit dan menawan. "Kau mengkhawatirkan aku?""..." Madeline langsung melepaskan pelukannya. "Aku tidak mengkhawatirkanmu. Aku hanya tak ingin Jack terluka dengan cara apa pun.""Jangan khawatir, aku tak akan pernah membiarkan apa pun terjadi pada putra kita." Jeremy berjanji dengan sungguh-sungguh. Tiba-tiba dia meraih tangan Madeline. "Linnie, tunggu aku di dalam mobil. Aku pasti akan membawa Jack kembali dengan selamat."Entah mengapa Madeline menjadi linglung sampai Jeremy mendorongnya pelan. "Cepat kembali ke mobil."Sepasang matanya tulus dan nadanya terdengar seperti biasanya, tapi Madeline tidak menghargainya. "Jeremy, aku tak ingin berhutang apapun padamu. Anakku adalah milikku dan aku akan menyelamatkannya sendiri."Pandangan Jeremy berubah menjadi kesepian. "Kau tidak berhutang apa-apa padaku, aku yang berhutang padamu. Tak peduli sekuat apapun dirimu menyangkalnya, kau tak bisa mengubah fakta bahwa Jac
Jackson mengangguk. Sambil memegang apelnya, dia berlari ke arah mereka dengan kaki-kaki mungilnya.Madeline tersenyum, hatinya tenang saat dia mengulurkan tangannya ke arah Jack. "Jack, sini peluk Mommy.""Mommy," teriak Jackson pada Madeline dengan suara kekanak-kanakan dan berlari ke arahnya.Rencana mereka berantakan saat Jack kembali ke pelukan Madeline dengan selamat. Rose yakin Jeremy pasti tak akan membiarkannya pergi, dan seketika itu juga, sebuah ekspresi garang muncul di wajahnya.Rose meraih pisau buah di atas meja dan menikamkannya ke arah Madeline dengan ganas sambil berteriak, "Pelacur kau, Madeline! Pergilah ke neraka!"Dia mengumpat dengan kejam sambil mengayunkan pisau buah itu.Namun, sebelum dia bisa mendekati Madeline, Jeremy menendang nya.Rose terjerembab ke lantai dengan bunyi gedebuk keras sementara pisau buah itu terlempar ke samping. Dia berbalik dan ingin meraihnya, tapi Jeremy menginjak tangannya yang gemuk. Rose langsung melolong kesakitan.Sepasang mata J
Jeremy membaca niat Rose. Dia dengan cepat meraih bahu Madeline dan membawa mereka ke pintu. "Cepat."Madeline hanya ingin membawa Jackson ke tempat yang aman secepatnya dan bersiap untuk pergi sesuai dengan maksud Jeremy.Namun, pintu kayu yang tadinya tertutup tidak bisa dibuka. Sesuatu membuat kuncinya macet dan pintu tidak bisa dibuka apapun yang mereka lakukan padanya. "Pergilah ke neraka kalian semua!” Teriak Rose dingin.Jeremy menoleh dan melihat Rose telah mengambil jeriken bensin. Perempuan itu memercikkan isinya ke depan mereka. Jeremy buru-buru melindungi Madeline dan Jackson sambil mundur ke samping.Semua bensin yang dituangkan Rose ke arah mereka telah memercik sampai ke panel pintu."Hahaha ..." Rose tertawa keras seolah dia sudah gila. "Pelacur kau, Madeline. Mari kita lihat apa kau akan tetap hidup kali ini!"Cahaya perak dingin bersinar di kedua mata Jeremy. Dia ingin menghancurkan Rose sampai berkeping-keping.Namun, pada saat ini, yang paling diinginkannya adalah
Namun, saat dia mulai bergerak, Rose tiba-tiba menariknya."Tidak ada yang boleh berpikir untuk bisa pergi dari sini! Aku mau kalian semua terkubur bersamaku!"Di luar jendela, Jack, yang melihat Rose memegangi Jeremy, melemparkan apel di tangannya ke arah Rose dengan marah. "Orang jahat! Lepaskan ayahku!"Jackson melemparkan apelnya dengan akurat dan apel itu mengenai wajah Rose. Perempuan itu spontan melepaskan tangannya dan menyentuh wajahnya disertai jeritan kesakitan."Cepat, Jeremy!" Madeline memegang tangan Jeremy erat-erat untuk mengingatkan pria itu.Melihat Rose kembali untuk terus berusaha menghentikan mereka, Madeline cepat-cepat berkata, "Sandi koper itu angka enam sebanyak enam kali, tapi sayang 50 juta itu akan terbakar menjadi abu!""Apa?!” Mendengar itu, gerakan Rose terhenti. Jon yang lumpuh di lantai tiba-tiba menjadi energik. Dia segera berlari ke koper yang masih belum terbakar dan memasukkan angka enam sebanyak enam kali.Dengan sekali klik, koper itu benar-benar
Gina, yang berdiri di pintu, melihat adegan itu dan hendak masuk ketika dia dihentikan oleh suaminya.“Jangan membuat lebih banyak masalah lagi. Apa kau benar-benar ingin putramu menjadi bujangan selama sisa hidupnya?”“Siapa bilang aku akan membuat masalah? Aku akan memberi tahu mereka kalau aku sekarang setuju dengan pernikahan ini, oke?”Suaminya terkejut. "Kamu setuju?"Gina hendak menjawab ketika dari sudut matanya, tiba-tiba dia melihat sekilas cahaya di ruangan itu, disusul dengan sorakan dan tepuk tangan dari dalam.Ava melepaskan diri dari pelukan Daniel. Dia terkejut menemukan Madeline dan Jeremy, kedua orangtuanya, dan bahkan Tom dan Maisie perlahan mendekati mereka sambil tersenyum gembira. Ava menatap kosong ke arah Madeline. Kemudian, dia akhirnya mengerti kalau mereka semua telah bekerja sama untuk mengatur ini.Hanya dia dan kedua orangtua Daniel yang tidak diberi tahu.Daniel sama sekali tidak pernah berpikir untuk meninggalkannya. Pria itu hanya menggunakan pendekatan
Setelah mendengar ucapan Ava, Gina perlahan berhenti.Dia tak pernah menyangka kalau di hati Ava masih tersimpan rasa hormat padanya.Ini benar-benar mengejutkannya.Namun, sesaat kemudian dia mendengar Madeline membela Ava. “Ava, kau menghormati mereka, tetapi apakah mereka pernah menghormatimu? Rasa hormat itu harus secara timbal balik.”“Tapi Danny akan selalu menjadi putra mereka. Jika Dan dan aku bersikeras untuk menikah, kedua orangtuanya tidak akan bahagia selama sisa hidup mereka,” kata Ava dengan desahan tak berdaya. "Aku benar-benar tidak ingin Dan terjebak di tengah masalah ini."“Tapi Ava…”“Maddie, jangan bujuk aku. Kau seharusnya sudah tahu pasti bahwa ketika kau benar-benar mencintai seseorang, kau tidak harus tinggal bersama orang itu. Selama orang yang kau cintai aman, sehat, dan bahagia, itu sudah cukup, bukan?”Senyum lega tersungging di wajah Ava seolah-olah dia sudah membuat keputusan akhir di dalam hatinya.Madeline ingin membujuk lagi, tapi sepertinya untuk saat
Kedua orangtua Daniel, yang diam-diam mengamati Ava dari kejauhan, berangsur-angsur menjadi semakin gelisah di dalam mobil.“Hmph, berani-beraninya dia bilang kalau dia punya hubungan yang mendalam dengan Dan? Ini sudah lama sekali dan dia masih tidak tahu ke mana Dan pergi,” keluh Gina sambil memutar kedua bola matanya.Ayah Daniel melirik Gina. “Jangan terlalu jahat. Saat ini, yang terpenting adalah menemukan Dan. Ava bukan orang jahat. Pada awalnya, kau tidak menyukai wanita itu karena dia tidak punya orangtua, uang, dan kekuasaan. Sekarang, kedua orangtuanya masih hidup dan sehat, ibunya kaya raya, dan ayahnya adalah seorang dokter spesialis dan profesor. Apa lagi yang membuatmu tidak puas? Apa kau benar-benar ingin putramu tetap melajang sepanjang hidupnya?”Gina tidak senang ketika suaminya mengeluh tentang dirinya.“Bukankah kamu juga awalnya keberatan? Aku akhirnya menyetujui hubungan mereka, tetapi ayahmu menolak untuk setuju untuk menyelamatkan reputasinya. Mengapa sekarang k
Setelah membaca pesan Daniel, Old Master Graham sangat marah hingga sepasang matanya terbuka lebar.'Dia baru saja keluar dari rumah sakit dan dia kabur demi seorang perempuan?’‘Dia bahkan mengatakan bahwa jika dia tidak bisa menikahi perempuan itu, dia tidak akan menikah dengan siapa pun nanti?’Old Master Graham tidak akan pernah membiarkan hal seperti itu terjadi.Namun, ketika memikirkannya lagi, dia masih merasa sedikit gugup.Jika Daniel benar-benar tidak menikah karena ini, bukankah ini akhir dari Keluarga Graham?‘Aku tidak bisa membiarkan ini terjadi.’Setelah berlari keluar, Ava pergi mencari Daniel di semua tempat yang bisa dia pikirkan. Namun, setelah menghabiskan sepanjang pagi mencari pria itu, dia masih tidak bisa menemukan Daniel.Dia mencoba menelepon Daniel, dan meskipun panggilan itu tersambung, selalu tidak dijawab.Seiring berjalannya waktu, Ava merasa sangat lelah. Dia duduk di sebuah kursi di pinggir jalan dan memperhatikan jalan di mana orang-orang lalu lalang.
"Aku akan pulang sekarang juga!"Gina buru-buru berlari ke parkiran. Tiba-tiba, dia berbalik dan menghentikan Ava, yang akan mengikutinya.“Jangan ikuti aku! Kau tidak diterima di rumah kami.”Terlepas dari peringatan Gina, Ava tak bisa menahan dirinya untuk tidak mencari Daniel.Dia tidak tahu apa yang sedang terjadi. Bagaimana bisa Daniel tiba-tiba memulangkan dirinya sendiri? Pria itu jelas-jelas koma di ranjang rumah sakit dan selama ini tidak sadarkan diri.Dalam perjalanan ke sana, Ava menelepon Daniel, tetapi Daniel tidak menjawab.Ava tidak tahu apakah Daniel membawa ponselnya, tetapi singkatnya, dia tidak bisa menghubungi pria itu.Dia sangat ingin berdiri di depan Daniel sekarang, tapi jalanan yang macet menghambatnya.“Lihat ini dan kau akan tahu apa yang terjadi.” Ayah Daniel terdengar seperti sedang mencela seseorang, lalu pria itu tampak menyerahkan sesuatu kepada Gina.Ava dengan cepat masuk sambil bertanya-tanya apa yang terjadi dengan Daniel, tetapi begitu dia melangk
Untuk sementara waktu, Ava menatap bangsal yang kosong. Kemudian, dia kembali tersadar dan segera pergi mencari Daniel.Namun, setelah mencari-cari sebentar, Ava tidak bisa menemukan Daniel, dan itu membuatnya merasa sedikit gugup.Pada saat ini, Gina juga masuk.Dia melihat bangsal itu kosong, dan Daniel, yang seharusnya berbaring di ranjang rumah sakit, telah menghilang."Apa yang sedang terjadi? Di mana Dan? Apakah dokter membawa Dan pergi?” Gina menatap Ava dan bertanya dengan ekspresi tidak ramah di wajahnya.Ava sudah terbiasa dengan sikap Gina, jadi dia tidak mau repot-repot berdebat dengan Gina. Sebaliknya, dia menjawab, “Aku juga ingin tahu.”“Bagaimana mungkin kamu tidak tahu? Kau datang sebelum aku.”“Dan sudah tidak ada di bangsal saat aku datang,” kata Ava dan berbalik. "Aku akan pergi ke ruang perawat dan bertanya pada mereka.""Tunggu."Gina meraih tangan Ava, wajahnya gelap.“Ava, dengar aku baik-baik. Dan telah banyak menderita dan beberapa kali terluka karenamu. Karen
Karena berpikir seperti itu, itu menunjukkan bahwa Julie adalah orang yang masuk akal."Lilly." Julie berjalan ke arah Lilian dan berjongkok, menyapanya dengan ramah. “Lilly, aku sangat menyukaimu. Kuharap dirimu bisa berbahagia setiap hari, dan kuharap kau segera bisa bicara.”Lilian adalah anak yang pengertian. Dia menyunggingkan seulas senyum manis dan mengangguk penuh semangat, menunjukkan bahwa dia menerima doa Julie.Julie berdiri dan menghadap Fabian. Saat ini, kekaguman di matanya makin bertambah dan kegigihannya yang sangat kuat sebelumnya telah banyak berkurang.Jika kita menyukai seseorang, kita tidak harus dengan keras kepala memperjuangkannya.Julie tidak mengatakan apa-apa dan hanya tersenyum pada Fabian.Fabian juga tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia membungkuk dan mengangkat Lilian ke dalam gendongannya. Sebelum berbalik, dia memberi Julie senyum ramah.“Miss Charles, kau masih bisa datang kepadaku jika kau membutuhkan bantuanku di masa yang akan datang. Lagi pula, aku
"Ya," kata Fabian terus terang.Julie mengira dirinya akan merasa malu karena hal ini, tetapi dia tak tahu mengapa dia masih merasa sangat santai. Meski begitu, dia tetap merasa sedikit malu.Agar Julie tidak merasa malu, Fabian tersenyum dan berkata, “Aku ingin membantumu keluar dari situasi itu, Miss Charles, tetapi aku tidak mau melewati batas. Aku juga tidak menyangka seseorang mengambil video dan mengunggahnya ke internet. Lilly dan aku telah membuatmu terlibat dalam banyak kesulitan. Aku benar-benar minta maaf mengenai itu.”Selesai mengatakan itu, Fabian mengambil jeda, lalu dengan lembut melirik Lilian."Tapi Miss Charles, yakinlah, tidak akan ada masalah seperti itu lagi di masa yang akan datang."Julie tertegun sejenak ketika mendengar kata-kata itu, dan entah kenapa dia merasakan rasa kehilangan yang kuat muncul dari lubuk hatinya.Dia menatap Fabian dengan curiga, dan tentu saja, kata-kata yang dia dengar selanjutnya membuatnya merasa menyesal."Miss Charles, aku telah mene
Adegan Mr. Martinez membuat keributan dan Fabian akhirnya datang bersama Lilian untuk menyelamatkan situasi direkam dan diposting di internet.Si pengunggah video masih sedikit berhati-hati dan telah menyensor penampakan Lilian, tetapi sosok dan wajah Fabian terlihat jelas di video.Patty sekilas mengenali orang dalam video itu sebagai Fabian.Setelah melihat komentar-komentar di bawah video, Patty semakin cemas."Julie, kok bisa-bisanya kamu jatuh cinta pada seorang ayah tunggal?"Julie mengerutkan kening. “Ya, aku tidak akan menyangkal. Aku memang naksir Mr. Johnson.”"Apa?"“Ck ck ck … Julie, apa kau benar-benar menyukai ayah tunggal itu?” Sorot mata Mrs. Gill sangat halus. “Seseorang telah menggali semua informasi mengenai pemuda itu, dan ternyata dia adalah adik Yorick. Dulu, Yorick menimbulkan segala macam masalah dan melakukan apa pun yang dia inginkan di Negara F. Kakak perempuannya, Lana, juga terkenal di lingkungan pergaulan kami.”"Apa? Dia adik Yorick dan Lana?” Patty bahka