Mungkin karena terkejut, tapi jantung Madeline berdegup kencang.Awalnya dia ingin mengabaikan pria di lantai itu, tapi saat dia melihat kedua alis Jeremy mengerut dan penampakannya yang seperti sedang kesakitan, tanpa sadar dia berjongkok dan mengukur suhu pria itu.Pipinya dingin, tapi keningnya panas sekali.Saat dia mendekat, selain aroma tubuh pria ini, bau alkohol yang menyengat juga tercium.Jeremy telah minum banyak dan bahkan berada di luar di tengah dinginnya angin sepanjang malam. Sepertinya pria ini sedang demam sekarang.Madeline tak mau berurusan dengan Jeremy, jadi dia berpikir untuk menelepon 911 agar ambulans bisa membawa pria ini pergi. Namun, ketika dia berbalik untuk melakukan itu, Jeremy meraih tangannya.Tangan pria ini sangat dingin, seolah-olah telah dibekukan menjadi es. Hawa dingin dari tangan pria ini menembus tulang-belulangnya.“Jangan pergi…” Jeremy bergumam seperti masih berada di dalam mimpi, bulu-bulu matanya bergerak sedikit. Kemudian, dia perlahan mem
Desas-desus tentang utang Jeremy dan kejatuhannya dari kejayaan juga mulai ramai.Banyak orang menunggu tanggapan Jeremy. Namun, setelah sekian lama, akun Twitter pria itu tidak pernah diperbarui.Felipe juga memprediksi apa yang akan dilakukan Jeremy. Namun, bahkan setelah satu hari, Jeremy tak pernah muncul.Seolah-olah pria itu hilang. Jeremy bahkan mematikan ponselnya.Sebaliknya, Madeline tahu Jeremy ada di apartemennya. Namun, ini sudah sehari. Apakah pria itu masih belum sadarkan diri?Mustahil bagi pria itu untuk tidak bereaksi setelah melihat konferensi pers hari ini. Apakah dia bertambah sakit?Madeline merenungkan hal ini dalam diam. Kemudian, dia mengikuti Felipe ke restoran termewah di Glendale. Untuk merayakan keberhasilan mereka, Felipe membuka sebotol anggur termahal.“Selamat karena akhirnya berhasil mencapai tujuanmu. Sekarang, Whitman Corporation menjadi milikmu.” Madeline mengangkat gelas anggurnya sambil memberi ucapan selamat.Felipe tersenyum lewat kedua matanya.
Ini tahun keenam.Enam tahun berlalu dalam sekejap mata.Madeline menekankan jarinya di ID kunci sidik jari dan membuka pintu apartemen. Pada saat ini, pikirannya melayang. Dia ingat bagaimana dia dipenjara secara tidak sah dan bagaimana dia disiksa selama bertahun-tahun di sana.Dia tak bisa melupakan bagaimana dia dipaksa untuk melahirkan oleh beberapa napi wanita pada malam yang penuh badai itu. Bagaimana dia bisa lupa kalau besok adalah hari ulang tahun anaknya?Namun, tahun ini akan berbeda karena dia tak akan menangis di kuburan yang kosong.Dia tahu bahwa anaknya tidak meninggal“Mommy, besok adalah hari ulang tahunku,” kata Jackson. Suaranya yang sejelas lonceng membawa Madeline kembali ke dunia nyata. Dia sedikit terkejut dan tak bisa menahan rasa sakit di hatinya.Jackson adalah anak Meredith dan Jeremy. Ironisnya, anaknya lahir di hari yang sama dengan Jackson.“Mommy, kau akan merayakan ulang tahunku bersamaku besok, ‘kan?” Si kecil menarik sudut mantelnya.Madeline menun
“Daddy,”panggil Jackson padanya.Jeremy menoleh, terkejut. Bocah tampan itu berjalan ke arahnya sambil tersenyum, kedua matanya yang jernih makin terlihat seperti mata Madeline.Sebenarnya, selama tiga tahun Madeline 'meninggal', dia jarang mendengar Jackson memanggilnya 'Daddy'. Bahkan jika anak itu memanggilnya, suaranya akan terdengar tidak bernyawa dan asal-asalan, tidak seperti sekarang.“Daddy, kamu di sini juga? Apa kau mau merayakan ulang tahunku dengan Mommy?”Ulang tahun.Jeremy tiba-tiba teringat bahwa besok adalah hari ulang tahun Jackson.Jackson berusia enam tahun, tapi dari apa yang dia ingat, sepertinya dia belum pernah merayakan ulang tahun putranya bersama anak itu sebelumnya“Jack, ayahmu harus pergi sekarang. Lain kali saja kau katakan padanya apa yang ingin kamu katakan,” ucap Madeline pada Jackson sambil tersenyum saat dia berjalan mendekat. Dia sengaja mengatakan itu pada Jeremy agar pria itu mau pergi.Dia berbalik dan menatap pria itu, matanya menjadi beberapa
Banyak orang mulai berkumpul melihat kecelakaan itu.Saat mobil itu melaju kencang, Madeline mengira dirinya tak bisa menghindar. Namun, dalam sekejap, ada sebuah kekuatan kuat yang memeluknya. Saat itu juga, dia merasakan rasa aman yang belum pernah dia rasakan sebelumnya.Saat dia masih dalam keadaan panik, seseorang memegang pundaknya dengan erat.“Eveline, kamu baik-baik saja? Apa kau terluka?”Ketika dia mendengar suara familier penuh perhatian itu, Madeline akhirnya menyadari bahwa orang yang telah menariknya ke tempat aman adalah Eloise.Wajah anggun dan elegan Eloise dipenuhi dengan kekhawatiran. Matanya yang penuh perhatian sedang mengamati tubuh Madeline dari atas ke bawah untuk melihat apakah ada luka.Madeline terjebak dalam keadaan linglung selama beberapa detik sebelum dia berkata, "Aku baik-baik saja. Terima kasih, Mrs. Montgomery.”Ketika Eloise mendengar bagaimana Madeline memanggilnya, matanya menjadi merah. Namun, dia tidak mengatakan apa-apa.Dia tahu dirinya sudah
Dia seharusnya sudah lama berhenti memperdulikan mereka. Namun, dia bisa merasakan air mata mengalir dari kedua matanya ketika melihat Eloise berjalan dengan susah payah.Setelah Jeremy meninggalkan apartemen Madeline, dia mengunci diri di kamarnya di Whitman Manor.Selama itu pula, Yvonne dan Karen berulang kali datang dan mengetuk pintu kamarnya. Namun, dia selalu mengabaikan mereka.Dia duduk di sana dari pagi-pagi buta hingga senja, terus-menerus menonton video pernikahannya dengan Madeline.Kakeknya benar. Dia sudah lama jatuh cinta pada Madeline. Bukti tak terbantahkan kalau dia memutuskan memilih gadis itu sebagai pasangan hidupnya adalah ketika dia menikahi Madeline menggunakan nama Old Master.Namun, Meredith telah membodohinya selama enam tahun penuh karena janji yang dia buat ketika dia masih remaja.Pada akhirnya, Meredith hanyalah seorang penipu.Gadis yang dia cintai adalah gadis yang dia beri janji dulu.Jeremy bersandar di kursi dalam diam. Tiba-tiba, dia tertawa terbah
Setelah Jeremy mengatakan itu, udara di sekitar mereka pun membeku.Kemarahan di mata Madeline terguncang. “Jeremy, apa kau bilang?”Pria itu melihat tatapan Madeline yang mendesak dan hatinya terasa sakit.“Jeremy, ulangi apa yang barusan kamu katakan! Kau sudah tahu bahwa anak kita belum meninggal? Kamu tahu dimana dia?” Madeline tak bisa lagi mengendalikan emosinya. Dia mencengkram pundak pria itu dan bertanya, "Katakan padaku! Bilang sekarang! Di mana anak itu?”Jeremy merasa hancur, dan dia menyalahkan dirinya sendiri saat melihat air mata menggenang di mata Madeline yang memerah. "Tenang, Maddie...”“Tenang? Kau pikir aku bisa tenang sekarang?" Madeline mendengus dan bertanya. Tatapannya setajam es. “Jeremy, kau tak peduli dengan anak itu tapi aku peduli! Tahukah kau betapa menyakitkan rasanya terpisah dari anakmu? Kau tidak akan tahu karena kau tak berperasaan! Cuma penyihir Meredith itu yang ada di hatimu yang berdarah dingin dan tanpa emosi!”“Daddy, Mommy.”Saat Madeline hend
Eloise dan Sean awalnya khawatir Madeline tidak akan muncul. Ketika mereka melihat Madeline memasuki ruang tamu bersama Jackson, mata mereka berbinar-binar karena gembira.“Eveline! Eveline, kau benar-benar ada di sini!” Eloise menghampiri Madeline dalam kegembiraan.Madeline tanpa sadar melihat perban di kaki Eloise. Ketika melihat Eloise masih pincang, dia berkata dengan datar, "Mrs. Montgomery, sebaiknya kau duduk dan beristirahat kalau-kalau lukamu terbuka. Aku tak ingin berhutang apapun padamu.”Ketika Eloise mendengar itu, dia menatap Madeline dengan sedih. “Semua ibu pasti ingin anaknya aman dan sehat. Aku akan senang selama kau baik-baik saja. Kau tidak berhutang apapun kepada kami. Kami-lah yang telah berbuat salah padamu.”Sean mengangguk. Dia menatap Madeline dengan cinta dan rasa sakit yang sama di matanya. "Eveline, kami telah salah memperlakukanmu dengan begitu buruk. Jika kau tak ingin mengakui kami, kami tidak akan memaksamu. Ibumu dan aku bahagia selama kami bisa melih