“Dia pergi? Ke mana dia pergi? Apa kau tahu?” Eloise bertanya dengan panik.Resepsionis itu menebak dan berkata, “Saya pikir beliau mungkin pulang ke rumah saat ini.”“Rumah…” Eloise memutar kata itu di mulutnya saat dirinya terjebak dalam kebingungan.Rumah…Montgomery Manor seharusnya menjadi rumah putrinya. Namun, Eloise dan Sean tak berani berharap gadis itu mau pulang bersama mereka.Mungkin, putrinya juga tak mau melakukan itu.Eloise ingat akan apa yang Madeline katakan saat gadis itu datang ke Montgomery Manor untuk Jackson dua hari yang lalu.Gadis itu bilang kalau itu adalah terakhir kali baginya datang ke sana.Saat itu, Eloise tak mengerti, namun sekarang, dia mengerti apa yang gadis itu maksud.Ketika memikirkan itu, Eloise mulai menangis. Dia benar-benar merasa menyesal.Sean memeluknya. “Jangan menangis, Ellie. Jangan khawatir. Kita pasti akan bisa bertemu lagi dengan Eveline.”“Dia tak ingin bertemu kita. Dia pasti membenci kita..." Mata Eloise merah karena menangis sam
Daniel berbalik dan mendongak. Detik berikutnya, dia mengerutkan kedua alisnya saat ekspresinya menjadi lebih suram.Madeline tak tahu siapa yang ada di belakangnya, tapi dari reaksi Ava dan Daniel, dia bisa menebak siapa orang itu.Saat ini, dia mendengar banyak orang saling berbisik. Beberapa gadis bahkan tersipu saat melihat Jeremy.“Pria itu sangat tampan!”“Dia tampak seperti presiden Whitman Corporation!”“Aku melihat dia di dunia maya sebelumnya! Dia Jeremy Whitman!”Madeline meletakkan garpunya ke meja dengan acuh tak acuh. Dia bahkan tidak berbalik. “Ava, Dan, abaikan saja orang-orang yang tidak relevan itu. Ayo pindah ke restoran lain.”Ava merengut sambil mengepalkan tinjunya pada Jeremy yang berjalan mendekat. “Baiklah, aku akan menurut padamu, Maddie! Dan, ayo pergi!”“Oke.” Daniel juga bangkit. Lalu, dia menatap tajam Jeremy dalam ketidakpuasan dengan amarah di kedua matanya.Madeline meraih tasnya. Saat ia berbalik, ia melihat bahwa Jeremy sudah berdiri di hadapannya.Pr
Jeremy berdiri di tengah angin dingin sambil memandang punggung Madeline dengan penuh kerinduan. Tubuhnya yang tinggi dan ramping membentuk bayangan kesepian di bawah lampu jalan.Dia mengerutkan kedua sudut bibirnya saat sebentuk jejak kepahitan mulai menyebar dari hatinya.Sepasang matanya mulai terasa basah, membuat sosok cantik di depannya menjadi kabur.Bagaimana dia bisa menyalahkan wanita itu karena menjadi tak berperasaan dan dingin sekarang? Dia hanya bisa menyalahkan dirinya sendiri.…Setelah makan bersama Ava dan Daniel, Madeline sendirian kembali ke apartemennya yang sebelumnya.Dia duduk di depan jendela lebar saat kata-kata Jeremy tanpa dia sadari menempel di telinganya.‘Orang yang aku cintai adalah kamu.’“Heh.”Madeline terkekeh dingin.Tak seorang pun ada yang mau menyakiti orang yang mereka cintai sampai di tingkat ini.‘Jeremy, jangan bilang kalau kau mencintaiku. Jangan beri tahu aku bahwa kau tidak serius dengan semua kata-kata kasar yang kau ucapkan setelah ha
Meskipun jendela mobil ditutup, Madeline dapat dengan jelas mendengar kalau suara Eloise bergetar.Eloise jelas berusaha untuk menekan semacam emosi, dan Madeline sudah tahu emosi apa itu.Tok, tok, tok.Eloise kembali mengetuk jendela dengan pelan.Dia tak berani menggunakan terlalu banyak kekuatan. Dia takut Madeline akan marah, tapi di saat yang sama, dia takut Madeline akan mengabaikannya.“Miss Vera, Vera…”Eloise memanggilnya. Tiba-tiba, dengan sekali klik, Madeline melepaskan sabuk pengamannya.Saat mereka melihat Madeline akhirnya akan turun dari mobil, wajah Eloise dan Sean berseri-seri karena gembira.Madeline membuka pintu dan akhirnya keluar.Melihat mata basah mereka yang dipenuhi kerinduan, Madeline menatap mereka dengan tenang. "Apakah Jack ada di kamarnya?" tanyanya datar.Eloise dan Sean menatapnya dalam-dalam dan mengangguk. “Dia ada di kamarnya!”“Oke,” sahut Madeline dan berbalik tanpa mengatakan apa-apa lagi.Ketika mereka melihat Madeline masuk melalui pintu, Eloi
Eloise dan Sean melihat pemandangan ini ketika mereka berada di luar kamar dan hati mereka didera sakit yang sangat menyiksa.Mereka tak berani mengganggu ibu dan anak yang berada di dalam kamar. Pada saat yang bersamaan, mereka juga tak berani memberi tahu Madeline bahwa Jackson sebenarnya adalah putra kandungnya tanpa pertimbangan yang matang.Eloise menutup mulutnya saat melihat itu. Dia menelan isakannya dan buru-buru berlari menjauh.“Ellie!”Sean memanggil Eloise dengan suara pelan. Lalu, dia memandang Madeline dengan penuh kerinduan sebelum mengejar istrinya.Eloise kembali ke kamarnya dan ambruk di tempat tidur. Dia menutupi wajahnya dan mulai menangis tersedu-sedu.Meski Sean juga sedang berada dalam kesedihan yang tak tertahankan, sebagai seorang suami dan seorang laki-laki, saat ini dia harus lebih kuat dan lebih bisa mengontrol dirinya dibanding Eloise.“Hentikan tangismu, Ellie. Jangan seperti ini.” Sean menepuk-nepuk pundak Eloise dan menenangkan istrinya. “Bagaimanapun j
Ketika Madeline mendengar suara-suara, dia perlahan berbalik. Eloise dan Sean sedang menatapnya dengan seulas senyum di wajah mereka.Meski tersenyum, mereka tetap tak bisa menyembunyikan berbagai emosi dan kegelisahan di mata mereka.Sudah sampai di titik ini, jadi Madeline tak mau lagi bertele-tele.“Ku tebak kalian sudah tahu tentang itu, ya?” Madeline bertanya dengan tenang.Sean dan Eloise kehilangan kata-kata. Mereka memandang Madeline dengan kaget setelah dia menanyakan pertanyaan itu.Setelah hening beberapa saat, Eloise berkata dengan hati-hati, "Miss Vera—”“Miss Vera,” Madeline mengulang nama itu, menyela Eloise sambil tersenyum. “Bukankah seharusnya kau memanggilku Eveline Montgomery sekarang?”“...”“...”Nafas Eloise dan Sean tersengal-sengal saat mendengar itu.Mereka menatap kosong pada wajah yang tersenyum menggemaskan di depan mereka. Pada saat itu, air mata mulai mengalir keluar dari mata mereka.“Eveline!”Eloise menangis tersedu-sedu sambil berlari ke arah Madeline
Ketika Eloise dan Sean mendengar bagaimana Madeline memanggil mereka, mereka memandangnya dengan cemas dan bingung. Eloise memanggil dengan hatinya yang patah, “Eveline…”Madeline tersenyum ringan, mengangkat sepasang matanya yang indah dan melihat ke sekeliling. Dia berjalan ke sofa bergaya Eropa dan mengusap permukaannya dengan jari-jarinya.“Waktu itu, kalian mengundangku makan malam demi Meredith dan rela bersikap sopan hanya untuk menjamu seorang musuh sepertiku. Kalian pasti merasa sangat tidak nyaman sekarang karena keadaan telah berubah, ‘kan?”Eloise dan Sean merasa semakin tertekan saat mendengar itu.Madeline tersenyum tenang, berkata, “Mrs. Montgomery, kau bertanya apakah aku sudah menemukan kedua orang tuaku setelah bertahun-tahun.”Saat melihat tatapan minta maaf Eloise, dia melanjutkan, "Mrs. Montgomery, apa kau ingat jawabanku?”“Eveline…”“Aku bilang aku sudah menemukan mereka, tapi kami tak dapat bersatu kembali karena meskipun aku berdiri tepat di depan mereka, mere
Setelah Madeline mengatakan itu, Eloise sudah menangis histeris duluan. Di pihak lain, Sean tak bisa lagi menahan air matanya.Mereka ingat ketika mereka pergi menemui Madeline di ruang kunjungan saat Brittany dibunuh.Wajah Madeline tampak pucat dan kuyu. Citra itu terus muncul di kepala mereka, begitu pula dengan perlakuan brutal dan kejam mereka terhadapnya.Mereka telah mengutuk dan menampar Madeline untuk membela Meredith. Sean bahkan menampar Madeline yang sudah terlanjur lemah hingga gadis itu roboh ke lantai. Sekarang hati mereka sakit saat kembali memikirkan semua itu.Mereka tak bisa menahan rasa sakit di hati mereka yang disebabkan oleh penyesalan.Eloise dan Sean tidak dapat membayangkan betapa kuatnya Madeline untuk tidak menangis dalam situasi itu.Saat ini, Madeline masih setangguh dan sekuat dulu. Dia tersenyum ringan saat mengingat masa lalunya yang memilukan.“Semua itu sudah lewat. Aku tak mau mengungkit-ungkitnya lagi.”Dia tersenyum ringan saat sebuah kilatan keke