Madeline bisa memahami ketidaksukaannya. Lagi pula, bagaimana bisa reputasi memperbaiki rasa sakit dan luka sebuah keluarga yang dihancurkan?Felipe berbalik dan menatap Madeline. Kilatan berbahaya di matanya menghilang dengan cepat dan hanya ada kelembutan yang tersisa.“Vera, mulai sekarang, semuanya akan menjadi milik kita.”Madeline tersenyum dan mengangguk. "Semua ini milikmu. Bagaimanapun, ini adalah milik Keluarga Whitman. Aku tak pernah mau mengambil alih perusahaan ini. Sekarang karena telah kembali ke dirimu, perusahaan ini akan kembali ke pemiliknya yang sah.”Felipe terkejut. “Kau tak mau ini?”“Hal yang paling kuinginkan saat ini adalah melihat Jeremy putus asa dalam keadaan tidak punya apa-apa," kata Madeline dan mengerutkan kening seolah sedang berpikir keras.“Tapi, aku tetap merasa alasan mengapa aku dapat meretas komputer Jeremy dengan begitu mudah untuk mentransfer semua saham dan informasi penting adalah karena dia sengaja membiarkan aku melakukannya.”“Maksudmu dia
Madeline terkejut dengan kemunculan Jeremy yang tiba-tiba. Namun, entah mengapa, dia menghembuskan nafas lega.Felipe kesal karena penyataan cinta dan lamarannya tiba-tiba disela. Sedikit amarah muncul di sepasang mata hitamnya yang lembut. “Jeremy, kenapa kau di sini? Kau tak lagi punya posisi disini.”Sepasang mata sipit Jeremy menatap lurus Felipe, lalu tatapannya mendarat ke wajah Madeline.Saat dia bertemu dengan tatapan dingin gadis itu, tatapannya berubah menjadi lembut.“Aku tahu kau membenciku dan ingin aku mati. Aku terima segala macam pembalasan dendam darimu, tapi aku tak akan membiarkanmu bersama laki-laki ini … apalagi menikah dengannya.”Lewat intonasinya, Jeremy tak menyisakan ruang untuk bernegosiasi, dan ada aura mendominasi di dalam sepasang matanya yang gelap.Ketika Madeline hendak mengatakan sesuatu, dia mendengar Felipe terkekeh di belakangnya.“Kau tak akan membiarkan ini?” Dia tertawa sembari menanyai, “Siapa kamu tak bisa membiarkan ini? Apa kau lupa bagaimana
“Jika ini membuat Madeline merasa lebih baik, apa pun mungkin.”“A-apa? Apa kau bilang, Jeremy?” Karen membelalakkan kedua matanya karena syok. “Kau sangat membenci perempuan itu, tapi mengapa kau… Kau sungguh-sungguh jatuh cinta pada Madeline?”Jeremy tak menjawab pertanyaan Karen, tatapannya yang melembut adalah jawaban terbaik.“Aku akan mencarikan sebuah tempat yang pantas untukmu pindah secepatnya. Jangan membuatku jengkel dengan hal-hal yang tidak penting.”Setelah selesai mengatakan itu, dia berbalik dan pergi. Namun, dia berhenti saat melihat kakeknya di depannya. Old Master Whitman memegang tongkatnya, dan meskipun wajah berkerutnya terlihat tegas, kedua matanya tetap memancarkan kebaikan.“Ikuti aku,” ucapnya ke Jeremy sebelum berbalik.Jeremy ragu-ragu selama dua detik sebelum mengikuti orang tua itu.Ruang kerja.Old Master Whitman memandang langit kelabu di luar jendela. Setelah jeda yang cukup lama, dia menghela nafas.“Apa yang akan kau lakukan sekarang?”“Jangan khawa
Jeremy mengajukan pertanyaan yang selama ini dia simpan di dalam hatinya kepada Old Master. Kakeknya memandang langit kelabu di luar sana, dan ada kilatan kesedihan di matanya. “Kisah ini di mulai 23 tahun yang lalu…”Ceritanya kembali ke lebih dari 20 tahun yang lalu. Saat Jeremy merasa bingung, dia bisa menebak bahwa ini mungkin ada hubungannya dengan kedua orangtua Felipe.Benar saja, setelah mendengarkan cerita Old Master, Jeremy punya sebuah jawaban konkret.Di saat yang sama, cerita kakeknya juga membuktikan bahwa Felipe adalah orang yang sangat berbahaya. Dia tak bisa membiarkan Madeline terlalu dekat dengan Felipe.Old Master menghentikan Jeremy ketika dia akan pergi. "Cepat atau lambat Maddie mungkin akan tahu tentang ini. Ditambah lagi, Felipe membantunya melewati saat-saat tersulit dalam hidupnya, jadi dia sangat mempercayai Felipe. Sebaliknya, Maddie membencimu dan memandangmu dengan hina, jadi dia tidak akan percaya apapun yang kau katakan.”“Aku tak berharap dia mempercay
Ketika dia sedang merenungkan hal itu, lampu di apartemen Madeline padam.Jeremy merasakan nafasnya tersengal-sengal saat pikirannya mulai kemana-mana.Dia melemparkan botol anggur kosong ke tempat sampah dan berbalik tanpa ragu-ragu.Namun, saat hendak masuk ke apartemen, dia melihat Felipe berjalan keluar.Sebagian rasa frustrasi Jeremy yang terpendam menghilang dan dia berhenti berjalan. Ketika melihat Felipe pergi dengan ekspresi muram di wajahnya, dia akhirnya masuk ke dalam gedung.Jeremy menemukan unit Madeline dengan mudah. Dia masih ingat bahwa Madeline pernah mengundangnya ke apartemennya sebelumnya ketika gadis itu kembali ke kehidupannya sebagai Vera.Pada saat itu, dia mendapati bahwa Madeline sebenarnya tidak tinggal bersama Felipe.Sekarang, Jeremy perlahan berjalan ke pintu dan berdiri di sana dengan diam.Angin dan salju beterbangan ke dalam gedung dari jendela. Rasa dingin yang menusuk tulang menembus kulitnya seperti jarum, tapi Jeremy tidak peduli.Ini tidak seberap
Suara pria itu lembut dan pasti. Namun, juga terdengar seperti memohon padanya. Kedua matanya kabur dan bingung. Meskipun dia terlihat tidak mabuk, dia juga terlihat mabuk pada saat yang bersamaan.Madeline memandang pria di depannya dengan acuh tak acuh dan berkata, "Aku tak ingin mendengarkan apa pun yang kau katakan. Aku merasa jijik melihatmu.”Kata-katanya secara blak-blakan menunjukkan penghinaannya terhadap pria itu sementara matanya yang kesal menyebabkan Jeremy berdiri di sana dengan perasaan terperanjat.Jeremy merasa seolah-olah hatinya telah jatuh ke sebuah palung tak berdasar di mana rasa dingin yang menusuk tulang menyebar dari hatinya ke sekujur tubuhnya.Dia sangat merindukan ini. Dulu, gadis ini akan menatapnya dengan begitu banyak kekaguman dan cinta di sepasang matanya yang berbinar.Sekarang, Madeline menatapnya dengan tatapan yang bahkan lebih dingin dari bagaimana seseorang akan memandang orang asing.Saat dia melihat Jeremy menatapnya dengan sebuah ekspresi lingl
Di tengah keheningan, Jeremy bisa mendengar Madeline tertawa kecil.“Jeremy, semuanya sudah sangat terlambat. Aku tak akan punya perasaan padamu apapun yang kau katakan sekarang," ucap Madeline dingin. Dia tak lagi memiliki kerinduan yang sama pada pria ini.“Karena aku tidak mencintaimu lagi.”Meskipun dia tahu bahwa gadis ini tidak mencintainya, ketika dia mendengar Madeline mengatakannya dengan lantang, Jeremy akhirnya merasakan bagaimana rasanya ada sejuta anak panah menancap di hatinya..Dia merasa seperti ada pisau-pisau tak terlihat menghujani dirinya, mengiris lepas dagingnya dari tubuhnya. Yang tersisa darinya sekarang hanyalah tulang belulangnya.Madeline tiba-tiba mengangkat tangannya dan mendorong lengan Jeremy yang tak bernyawa.Dia berbalik dan menatap sinis pria yang putus asa itu.“Jeremy, aku sudah selesai denganmu. Saat kau menyuruh seseorang untuk membongkar batu nisan kakekku, aku langsung menyesal telah jatuh cinta dengan laki-laki berdarah dingin dan tidak berpera
Mungkin karena terkejut, tapi jantung Madeline berdegup kencang.Awalnya dia ingin mengabaikan pria di lantai itu, tapi saat dia melihat kedua alis Jeremy mengerut dan penampakannya yang seperti sedang kesakitan, tanpa sadar dia berjongkok dan mengukur suhu pria itu.Pipinya dingin, tapi keningnya panas sekali.Saat dia mendekat, selain aroma tubuh pria ini, bau alkohol yang menyengat juga tercium.Jeremy telah minum banyak dan bahkan berada di luar di tengah dinginnya angin sepanjang malam. Sepertinya pria ini sedang demam sekarang.Madeline tak mau berurusan dengan Jeremy, jadi dia berpikir untuk menelepon 911 agar ambulans bisa membawa pria ini pergi. Namun, ketika dia berbalik untuk melakukan itu, Jeremy meraih tangannya.Tangan pria ini sangat dingin, seolah-olah telah dibekukan menjadi es. Hawa dingin dari tangan pria ini menembus tulang-belulangnya.“Jangan pergi…” Jeremy bergumam seperti masih berada di dalam mimpi, bulu-bulu matanya bergerak sedikit. Kemudian, dia perlahan mem