= Kantor konsultan Ashley & Associates. Kota SD =
"Dad sudah yakin? Barangkali mereka berdua hanya bertengkar biasa. Awal-awal pernikahanku dulu dengan Lily juga begitu, tapi biasanya akan kembali baik kalau saling meminta maaf. Intinya komunikasi, dad."Terdengar helaan nafas Rod yang sangat berat. "Sepertinya kali ini serius, Greg. Tidak sampai 3 minggu lagi waktu kelahiran Andrea, dan Fred telah mengatur pengajuan cerai mereka pada pengacaranya. Aku juga baru tahu hal ini beberapa hari lalu. Tadinya aku mengira hubungan mereka baik-baik saja, sampai tidak sengaja menemukan salinan suratnya di meja anak itu. Mereka berdua benar-benar akan berpisah, Greg."Menyender ke kursinya, Gregory mendengar sesuatu yang membuatnya bangkit dari duduknya. Ia sedikit membuka pintu kantornya dan mengintip. Ternyata isterinya sedang bercengkerama dengan beberapa anak magang dan karyawan. Setiap beberapa hari sekali, ia memang meminta Lily menemaninya di kantor. Selain un= Rumah keluarga Harrington. Kota CA =Makan malam itu berlangsung khitmat. Mata Rod mengawasi dua pasangan itu yang tampak menikmati makanan mereka. Bibir pria tua itu tersenyum saat melihat anak tertuanya. Sangat terlihat kalau anaknya itu bahagia dengan pernikahannya. Tanpa harus banyak bicara, keduanya saling berkomunikasi hanya lewat pandangan mata. Anak angkatnya itu memang telah menemukan jodohnya.Berbeda saat ia melihat anak kandungnya sendiri. Mata tuanya dapat menangkap kesedihan dari pasangan itu. Ia yakin keduanya saling mencintai, tapi entah kenapa selalu ada tabir yang menghalanginya. Dua orang itu duduk diam dan tampak kaku. Mereka hanya berkomunikasi seperlunya. Masing-masing menjaga jarak dan enggan bertatap mata. Bahkan untuk saling bersentuhan saja, sepertinya tabu bagi mereka.Meletakkan gelas anggurnya, Rod mengambil nafas dalam sebelum bebicara."Andrea. Papa ingin bicara denganmu setelah makan malam. Di perpustakaan."
= Halaman belakang rumah keluarga Harrington. Jam 10 malam =Kebulan asap putih tampak memenuhi teras belakang rumah Harrington. Asap itu keluar dari mulut dan hidung Fred, seperti kereta uap. Salah satu tangannya memegang rokok, dan ia kembali menghirup batang rokok itu dalam. Entah sudah berapa puntung rokok yang pria itu hisap. Ekspresinya kosong.Di tengah ruangan keluarga, tampak sepasang suami isteri mengamati sosok itu dan menghela nafasnya. Gregory menatap isterinya dan mengecup ringan bibirnya."Kamu tidur saja dulu, Red. Aku harus bicara dulu dengannya."Memegang leher suaminya, Lily mencium pria itu lagi. "Bubba hanya butuh dukungan, Rory."Mengusap kepala Lily, Gregory tersenyum samar. "Aku tahu. Kamu tidurlah duluan."Pria itu menepuk kencang p*ntat isterinya dan mengawasi wanita itu naik ke lantai 2 hingga menghilang. Ia akhirnya menggeser pintu kaca dan kembali menutupnya. Lelaki itu duduk di lantai, di samping sau
= Beberapa jam sebelumnya =Menatap kepergian pasangan suami-isteri itu, Gregory akhirnya mendekat pada ayah angkatnya. Ia meneliti sosok pria yang sudah cukup renta di depannya dengan khawatir."Dad tidak apa-apa?"Terkekeh pelan, Rod mengangguk. "Aku baik-baik saja, son. Cukup lega juga bisa memarahi anak itu setelah sekian lama hanya menatapnya sedih."Komentar itu membuat Gregory tersenyum samar. Ia memasukkan kedua lengan ke saku celananya."Untuk selanjutnya, terserah pada keputusan mereka berdua, dad."Kembali Rod mengangguk. "Benar. Kita sebagai orang luar, memang hanya bisa berharap yang terbaik."Sedikit mendongak untuk menatap anak tertuanya yang tinggi, Rod menepuk bahu Gregory yang keras."Kau juga, son. Tetap jaga hubunganmu dengan isterimu. Sangat mudah untuk menikahi seseorang, tapi juga sangat sulit untuk mempertahankannya. Banyak yang lupa, fondasi pernikahan itu bukan cinta melainkan kepercaya
"Kamu yakin, Greg?""Bagian mana yang belum jelas, Red?"Kelopak mata Lily mengerjap dan tampak bingung. "Tapi... penampilan orang itu sangat maskulin, babe. Maksudku, tubuhnya juga berotot. Dia tidak terlihat... melambai...?""Sangat banyak penampilan luar yang menipu, sayang. Mereka semua akan ketahuan aslinya, kalau bertemu dengan seseorang yang mereka taksir. Naluri mereka mengambil alih dan di situ, barulah keluar belangnya."Kepala Lily menggeleng dan ia mengusap kedua lengan atasnya sendiri sambil merinding."Aku hanya tidak percaya. Belum percaya kalau Kyle sampai seberani itu padamu.""Aku juga tidak menceritakan sedetail ini pada Fred. Selain malu, aku juga cukup risih."Mata Lily menatap area bawah suaminya dan memandang pria itu kasihan."Dia benar-benar melakukannya?"Gemas, Gregory menarik tangan kiri Lily dan menemplokkannya ke bagian-bagian tubuhnya sendiri."Pertama, dia memega
= Salah satu kantor perwakilan RGDC. Kota NY. Sekitar 3 bulan kemudian =Jabatan tangan itu dilakukan antara dua orang yang mewakili perusahaan masing-masing. Keduanya tampak tersenyum sumringah, terutama pria baya bermata hijau yang saat ini merasakan kegembiraan di hatinya."Tuan Klein. Ada tidak tahu, betapa berartinya kerjasama ini bagi YnY Inc."Pria kurus tinggi di depannya tersenyum lebar. "Saya yang merasa sangat senang di sini, Tuan Young. Sudah cukup lama RGDC mempertimbangkan kerja sama dengan YnY, dan baru kali ini semuanya dapat terwujud."Mempersilahkan tamunya jalan duluan, Keifer mengangguk sopan. "Silahkan, Tuan Klein. Saya akan-""Di mana, Tuan Young muda? Maksud saya, Keith Young?"Mata Keifer mengerjap cepat, telah mengantisipasi kemungkinan pertanyaan itu."Keith sedang tidak ada di tempat saat ini, Tuan Klein. Tentu saja sebagai CEO YnY Inc. saya-lah yang harus hadir menyambut Anda di hari pertama m
= Apartemen Fred & Andrea. Kota CA = Suara pintu apartemen yang tertutup, membuat Andrea langsung keluar dari kamarnya. Ia telah menunggu-nunggu suaminya untuk pulang malam itu. Melihat Fred sedang membuka jasnya, wanita itu mendekat dan tangannya terulur, berinisiatif untuk membantu suaminya."Sedang apa kamu?"Tampak wanita itu menelan ludahnya dan menarik tangannya. "Aku hanya ingin membantu."Wajah pria itu gelap dan berpaling. "Aku tidak perlu dibantu. Aku akan mandi sebelum bertemu Emma."Tatapan Andrea nanar saat melihat suaminya langsung masuk ke kamar dan menutup pintunya. Wanita itu menggigit bibirnya dan duduk di sofa. Sudah beberapa bulan ini, Fred bersikap dingin padanya dan makin dingin saat mendekati akhir bulan ini. Ia sangat ingin memperbaiki hubungannya dengan suaminya, tapi pria itu justru malah menjauhinya. Lelaki itu bahkan seringkali menghindar untuk makan di rumah akhir-akhir ini.Pintu yang tadinya tertu
= Kantor The Harrington co. Beberapa hari kemudian =Dalam salah satu ruangan kantor, tampak tiga orang saling duduk berhadapan di sofa. Salah satunya terlihat memberikan penjelasan dengan sikap antusias, sedangkan dua lainnya mendengarkan dengan raut datar. Eskpresi Fred tampak dingin. Pria itu hanya menatap ke satu titik dengan tatapan kosong. Demikian pula Andrea, yang hanya memandangi tangan yang ada di pangkuannya. Pikiran keduanya sama sekali tidak ada di ruangan ini, dan ocehan lelaki di depan mereka hanyalah angin lalu saja.Puas dengan penjelasannya, pria berkacamata itu pun menatap Andrea sambil tersenyum."Jadi Nyonya Harrington, demikian penjelasan saya. Anda mendapatkan apartemen di tengah kota, dan uang perceraian sebanyak 30% dari aset Tuan Harrington. Di luar itu, beliau juga tetap memberikan tunjangan untuk puteri kalian berdua, Emmeline Harrington sampai berusia 21 tahun. Dengan persyaratan, Anda memberikan Tuan Harrington kesem
"Andrea...?""Maafkan aku, Frederick. Maafkan aku yang sudah jadi isteri egois dan tidak tahu diri. Aku hanya fokus pada diriku saja, dan sama sekali tidak pernah mau sadar kalau kamu pun terluka. Maafkan aku..."Wajah Andrea tertunduk dan ia menangis di pelukan pria itu. Kedua bahunya terguncang keras."Maafkan aku, Frederick... Tolong maafkan aku... Aku tidak mau berpisah darimu lagi... Maafkan aku, Fred..."Mata Fred mengerjap cepat. Ia masih belum bisa mencerna situasi yang terjadi tapi tangannya memeluk erat isterinya. Ia sendiri akhirnya menciumi pelipis Andrea masih dengan perasaan bingung. Yang ia tahu, ia tidak mau wanita itu melakukan hal yang dibencinya. Karena itu membuatnya makin merasa bersalah."Jangan lakukan hal yang tadi lagi, Andrea. Aku tidak suka kamu merendahkan dirimu sendiri."Kedua orang itu hanya berpelukan selama beberapa saat. Masing-masing tenggelam dalam perasaannya sendiri, sampai pada akhirnya Fred