= Salah satu apartemen mewah. Kota NY =
Kepala cantik itu menoleh saat terdengar suara pintu yang terbuka. Tampak ia kembali sibuk dengan lipstik-nya saat tahu siapa yang sedang masuk ke ruangan itu."Tumben kau sering pulang malam, Keith. Biasanya kau paling tidak betah di kantor."Membuka dasinya asal, pria itu tidak menjawab. Ia malah memperhatikan wanita yang tampak berdandan sangat cantik malam itu. Gaunnya cukup mengundang, meski tertutup di bagian bawahnya."Kau mau pergi?"Pertanyaan itu membuat si wanita tersenyum dan mendekatinya. Salah satu tangannya mengusap pipi Keith yang sedikit berjambang karena lupa bercukur."Kau mau aku tinggal?"Sorot jijik tampak dari mata Keith dan pria itu mundur. "Jangan sentuh aku!"Penolakan itu membuat si wanita marah. Ia hampir saja menampar Keith tapi mengurungkannya. Tampak ia meraih mantelnya yang tergeletak di tempat tidur."Kau sekarang tidak asyik lagi,Hampir tengah malam, barulah pintu apartemen itu terbuka. Ruangan telah gelap dan suasana terasa sepi. Melangkah ke dalam, Gregory meletakkan buket bunganya di meja makan dan mulai membuka mantelnya. Ia membuka pintu kulkas dan mengambil air mineral dingin. Hari ini benar-benar melelahkan untuknya. Tadi, dirinya harus membereskan dulu perjanjian kontrak dengan salah satu klien-nya. Belum lagi tiba-tiba ada masalah di perizinan untuk pembangunan rumah tinggal pribadinya. Semua masalah itu muncul bersamaan.Membuang botol kosongnya, ia akan berbalik saat melihat ada sesuatu di dalam oven. Berjongkok, Gregory mengambil kue bolu dari sana. Kue itu sederhana dan tidak ada icing di atasnya. Merasa lapar, ia mengirisnya sedikit dan memakannya. Ketika mengunyahnya, matanya membelalak."Hmmh! Enak!"Pria itu duduk di kursi dan mengambil lagi irisan yang lain. Tidak sadar, ia telah menghabiskan setengah dari kuenya sendirian. Perutnya kenyang saat Gregory akhirnya b
= Rumah sakit St. Collins. Kota NY ="Apa rencanamu sekarang?"Menatap berkas di depannya nanar, kepala wanita cantik itu menggeleng. "Ini tidak benar, kan?"Paham dengan reaksi orang di depannya, pria itu menghela nafasnya dalam."Mau berapa kali kau coba? Ini sudah kedua kalinya."Kepala wanita itu menggeleng dengan keras kepala. "Tidak. Aku pernah baca, ada tes yang bisa memberikan hasil lebih akurat. Aku ingin tes itu, H!""Kau memang benar. Tapi hasilnya keluar lebih lama, sekitar beberapa hari. Kau yakin mau menunggu?""Ya! Itu lebih baik dibanding hasil tidak jelas seperti ini!"Perkataan itu membuat sang dokter terdiam. Ia cukup kesal dengan reaksi pasiennya. Tapi ia mengangguk dan meraih telepon di mejanya. Terdengar dokter itu berbicara beberapa saat dan menutup teleponnya."Baiklah. Kau bisa tes lagi di sini. Tapi kita akan memerlukan sampel lebih banyak. Sambil menunggu, aku akan memastikan
= Kantor pusat YnY Inc. Tiga hari sebelum pengumuman pada para direksi =Ketukan di pintunya membuat Keifer mengangkat kepalanya. Wajahnya terlihat sumringah saat ia menatap sosok Keith yang masuk ke ruangannya."Tutup pintunya, Jake."Menurut, Keith menutup pintunya dan berdiri tegak di tengah ruangan. Keifer memandang pria itu bingung."Duduklah, Jacob. Kenapa kau berdiri di sana?"Lagi-lagi pria itu menurut dan duduk di sofa, depan pamannya. Tampak pria tua itu memandanginya dengan penuh kepuasan dan gembira. Ia mengulurkan sebuah majalah bisnis di depan keponakannya."Kau berhasil, son! Berita kerja sama antara YnY Inc. dengan RGDC perwakilan NY sudah mulai tersebar. Animo positif membuat harga saham kita meningkat drastis dalam kurun waktu kurang dari 3 minggu. Jaga jangan sampai ada berita negatif selama masa-masa genting ini."Mendengar itu, senyuman Keith terlihat datar. "Tentu saja, paman. Apalagi paman sudah me
= Kantor The Harrington co. Kota CA = "Itu Keith?"Meletakkkan ponselnya, Ed menatap Fred. "Ya. Dia butuh bantuanku. Tidak aneh.""Oh? Keith juga klien-mu? Tadinya aku mengira kau hanya mau menerimaku saja, Ed."Menggeleng-geleng, tampak Ed menunduk dan menatap laporan-laporan yang ada di meja dan juga laptop-nya. Pria berambut keriting itu mengenakan kacamata yang tidak pernah dilihat Fred selama ini."Semua orang akan aku terima, buddy. Selama dia memberikan bayaran yang setimpal."Fred terkekeh pelan. "Dari dulu kau memang oportunis. Kau pintar dan lulus cum laude. Sampai sekarang, aku tidak paham kenapa kau memilih menjadi seorang investor sejati dan menenggelamkan mukamu dalam laporan keuangan. Memang, penghasilannya lebih besar tapi apa kau tidak rindu berinteraksi dengan banyak orang dan duduk di dalam kantor mewah seperti dulu? Karirmu jauh lebih pesat dari kita semua, dude."Mengetikkan sesuatu di laptopnya, pe
= Apartemen Fred & Andrea =Tampak Fred terburu-buru masuk ke gedung apartemennya. Ia bertemu Cole yang berjaga seperti biasa."Tuan Harrington. Selamat siang. Tumben Anda datang siang-siang begini.""Ada sesuatu, Cole. Oh ya, kau lihat isteriku?"Kepala Cole menggeleng. "Saya belum melihat Nyonya sejak Anda pergi pagi tadi, Tuan. Kemungkinan besar beliau masih ada di apartemen."Memastikan tidak ada yang melihat, Fred mengeluarkan beberapa lembar uang dan mengulurkannya."Kau masih ingat permintaanku, kan?"Senyuman Cole tampak sumringah. Mengangguk, pria muda itu segera memasukkan uang itu ke sakunya."Tentu saja, Tuan Harrington. Saya akan mengawasi Nyonya. Saya akan segera mengabari Anda setiap kali beliau meninggalkan gedung ini."Mendengar itu, Fred mengangguk. "Sejauh ini tidak ada yang aneh?""Tidak ada, Tuan. Kegiatan Nyonya biasanya keluar di pagi hari untuk pergi ke supermarket di ba
= Kantor konsultan Ashley & Associates. Kota SD ="Dad sudah yakin? Barangkali mereka berdua hanya bertengkar biasa. Awal-awal pernikahanku dulu dengan Lily juga begitu, tapi biasanya akan kembali baik kalau saling meminta maaf. Intinya komunikasi, dad."Terdengar helaan nafas Rod yang sangat berat. "Sepertinya kali ini serius, Greg. Tidak sampai 3 minggu lagi waktu kelahiran Andrea, dan Fred telah mengatur pengajuan cerai mereka pada pengacaranya. Aku juga baru tahu hal ini beberapa hari lalu. Tadinya aku mengira hubungan mereka baik-baik saja, sampai tidak sengaja menemukan salinan suratnya di meja anak itu. Mereka berdua benar-benar akan berpisah, Greg."Menyender ke kursinya, Gregory mendengar sesuatu yang membuatnya bangkit dari duduknya. Ia sedikit membuka pintu kantornya dan mengintip. Ternyata isterinya sedang bercengkerama dengan beberapa anak magang dan karyawan. Setiap beberapa hari sekali, ia memang meminta Lily menemaninya di kantor. Selain un
= Rumah keluarga Harrington. Kota CA =Makan malam itu berlangsung khitmat. Mata Rod mengawasi dua pasangan itu yang tampak menikmati makanan mereka. Bibir pria tua itu tersenyum saat melihat anak tertuanya. Sangat terlihat kalau anaknya itu bahagia dengan pernikahannya. Tanpa harus banyak bicara, keduanya saling berkomunikasi hanya lewat pandangan mata. Anak angkatnya itu memang telah menemukan jodohnya.Berbeda saat ia melihat anak kandungnya sendiri. Mata tuanya dapat menangkap kesedihan dari pasangan itu. Ia yakin keduanya saling mencintai, tapi entah kenapa selalu ada tabir yang menghalanginya. Dua orang itu duduk diam dan tampak kaku. Mereka hanya berkomunikasi seperlunya. Masing-masing menjaga jarak dan enggan bertatap mata. Bahkan untuk saling bersentuhan saja, sepertinya tabu bagi mereka.Meletakkan gelas anggurnya, Rod mengambil nafas dalam sebelum bebicara."Andrea. Papa ingin bicara denganmu setelah makan malam. Di perpustakaan."
= Halaman belakang rumah keluarga Harrington. Jam 10 malam =Kebulan asap putih tampak memenuhi teras belakang rumah Harrington. Asap itu keluar dari mulut dan hidung Fred, seperti kereta uap. Salah satu tangannya memegang rokok, dan ia kembali menghirup batang rokok itu dalam. Entah sudah berapa puntung rokok yang pria itu hisap. Ekspresinya kosong.Di tengah ruangan keluarga, tampak sepasang suami isteri mengamati sosok itu dan menghela nafasnya. Gregory menatap isterinya dan mengecup ringan bibirnya."Kamu tidur saja dulu, Red. Aku harus bicara dulu dengannya."Memegang leher suaminya, Lily mencium pria itu lagi. "Bubba hanya butuh dukungan, Rory."Mengusap kepala Lily, Gregory tersenyum samar. "Aku tahu. Kamu tidurlah duluan."Pria itu menepuk kencang p*ntat isterinya dan mengawasi wanita itu naik ke lantai 2 hingga menghilang. Ia akhirnya menggeser pintu kaca dan kembali menutupnya. Lelaki itu duduk di lantai, di samping sau
= Beberapa minggu, hampir satu bulan setelah kejadian di apartemen Kyle ="Apa yang kau lakukan, Kyle? Bukan seperti ini rencana kita! Kau bilang hanya ingin membuat Fred dan Andrea putus dengan membuatnya cemburu padaku! Tidak pernah kau bilang akan menyebarkan foto-foto Frederick yang seperti itu di kampus!" Kekehan terdengar dari Kyle yang masih santai dengan dumbbell-nya. Ia asyik menatap bayangannya sendiri."Memangnya kenapa? Semuanya mulus, kan? Frederick terkena batunya, seperti keinginan kita.""Tapi tidak dengan Andrea! Tidak ada rencana membuat Andrea dikeluarkan, bruv! Apa yang kau lakukan sudah kelewat batas! Aku akan mengatakannya pada prof. Dec untuk mempertimbangkan kembali!"Melihat Keith akan keluar ruangan dengan marah, dengan santai Kyle meletakkan dumbbell-nya ke lantai."Memangnya apa yang mau kau bilang ke orangtua itu? Kalau aku yang menyebarkan foto-foto Frederick? Apa kau punya bukti aku yang melakukann
Selama beberapa waktu, Lorelai latihan bersama Kyle di ruangan gym milik pria itu. Apartemen Kyle cukup mewah dan pria itu merubah salah satu kamar tamunya menjadi ruangan latihan yang berisi beberapa peralatan mahal. Pria itu senang menghabiskan waktu di sana untuk latihan, sekaligus mengagumi dirinya sendiri karena dinding-dindingnya diubah menjadi cermin yang besar dan memenuhi ruangan.Tampak lelaki itu membantu Lorelai untuk melakukan peregangan dan tangannya berada di perut gadis itu yang rata. Matanya yang hijau menelusuri tubuh gadis itu yang meski masih berusia 15 tahun, tapi sudah terbentuk sempurna. Kedua asetnya tampak menggiurkan dan kakinya yang jenjang terlihat seksi. Gadis itu sangat seksi, dan sayangnya ia tidak tertarik. Ia jauh lebih tertarik pada kakak-kakak lelakinya yang s*alnya, justru menunjukkan rasa tidak suka padanya.Karena kesal, tanpa sadar salah satu telapak Kyle justru mer*mas d*da Lorelai kuat dan membuat gadis itu tertegun. Kedua p
= Flashback hampir 18 tahun yang lalu. Salah satu cafe, kota CA. Amerika ="Aku akan melakukannya malam ini. Kau ikut?"Pria muda di depannya tampak menunduk menatap minumannya sendiri. Tampangnya gugup."Kyle... Apa kau yakin-""Kau ini mau membantuku atau tidak!?" Nada suara saudaranya yang tinggi membuat Keith mendongak. Ia menelan ludah saat melihat ekspresi Kyle yang keras dan penuh kemarahan."Aku tentu saja mau membantumu, bruv. Tapi cara ini...""Kau sudah lupa yang dilakukan orang s*alan itu padaku? Dia menghajarku habis-habisan, mate! Dan dia melakukannya setelah mel*cehkan aku! Saudaranya pun tahu kekurangan orang kurang ajar itu, tapi malah diam saja dan justru memusuhiku! Kau tahu dia tidak suka padaku, kan?"Menghela nafasnya, Keith memandang Kyle skeptis. "Tapi dia tidak ada hubungannya, bruv. Apa kau tega memanfaatkannya? Anak itu masih polos dan tidak harus bertanggungjawab untuk kelakuan kakak
Mata indah Claudia membesar, dan wanita itu perlahan mundur ke belakang."Keith...?"Di depan matanya, terlihat Keith menggenggam benda besi berkilat di tangannya. Pria itu menodongkannya ke arahnya dengan raut muka yang kosong dan datar.Jantung Claudia berdebar kencang dan ia mengangkat kedua tangannya hati-hati."Keith. Turunkan benda berbahaya itu. Kau tidak tahu cara menggunakannya."Komentar itu membuat Keith akhirnya mengeluarkan dengusan dan juga tawa kecil. Tatapannya tampak geli."Kau bilang, aku tidak tahu caranya? Justru aku sangat tahu, Kyle. Apa kau tidak tahu kalau paman Keifer sering mengajakku berburu menggantikanmu? Kau yang terlalu pengecut melihat darah, sering bersembunyi di balik alasan latihan untuk pertandingan. Aku bukan banci seperti dirimu, Kyle Young karena aku sangat tahu bagaimana cara menggunakan senjata api. Apapun jenisnya!"Rahang Claudia mengeras dan terdengar aliran nafas yang kencang
= Salah satu apartemen mewah. Kota NY. Sekitar 5 hari kemudian =Dalam apartemen yang hampir kosong itu, terserak beberapa kotak sudah penuh yang terisi berbagai macam barang. Apartemen yang tadinya mewah dan rapih itu kini terlihat kotor dan tidak terpelihara. Beberapa pajangannya sudah tidak ada karena dijual. Sisanya, sebagian masuk ke dalam kotak. Tampak seseorang yang sedang berdiri di tengah ruangan terlihat frustasi dan melempar ponselnya kesal ke arah sofa. Ia hampir saja membantingnya tadi ke lantai, kalau tidak ingat keadaannya saat ini.Salah satu kakinya menendang kotak yang berisi barang yang asal-asalan dimasukkan ke dalamnya."S*alan!?"Sangat kesal, Claudia berteriak sangat kencang dalam ruangan itu beberapa kali. Ia sangat frustasi, tapi tidak tahu harus melampiaskannya pada siapa. Ayahnya masuk penjara, sepupunya menghilang entah ke mana. Ia sendiri tidak bisa ke kantor YnY Inc. karena perusahaannya telah disegel dan masih menung
Setelah kepergian Maverick, pasangan suami-isteri itu tampak membereskan meja makan. Menatap Lily yang tengah melipat lap-nya, Gregory sedikit bersender ke meja pantry."Bagaimana menurutmu dia?""Dia? Maksudmu ayahmu?""Hmm."Menyimpan lap-nya di meja pantry, Lily ikut bersender di sebelah suaminya. Wanita itu tampak berfikir."Dia sebenarnya mirip denganmu. Kaku seperti kanebo kering. Pertama melihatnya pun aku sedikit takut.""Kanebo kering? Memangnya, aku sekaku itu?"Pertanyaan itu membuat Lily tertawa kecil. "Memangnya kamu tidak sadar? Kamu itu kaku, Greg. Dari dulu sampai sekarang, banyak orang yang takut padamu. Anak magang di kantor pun begitu. Mereka lebih suka bertanya pada Mike dibanding padamu. Mungkin kalau tidak sekaku itu, akan banyak orang mendekatimu. Termasuk para agen pemasaran di sebelah kantor kita."Baru sadar dengan kata-katanya, Lily terdiam. Wanita itu tampak berfikir dan memandang sua
"KEITH!? KAU MEMANG B*NGSAT!? B*JINGAN KAU!?"Tidak terhindar lagi, sebuah bogem yang keras mendarat di wajah Keith yang mulus dan membuat tubuh pria tampan itu terdorong ke tembok. Fred hampir saja maju lagi, saat melihat tetesan darah di lantai. Pria itu segera menahan saudara angkatnya yang juga ingin mendaratkan hantaman di wajah tamunya."Jangan, Greg. Dia terjangkit HIV. Lebih baik hati-hati."Kata-kata itu membuat Gregory mundur dan menghela nafasnya. Sepertinya, ia memang tidak boleh berbuat tindakan kekerasan lagi. Kepalanya menggeleng dan ia menyerahkan keputusan pada Fred yang menepuk pundaknya. Tampak bibir adiknya memberikan senyuman kecut padanya."Biar aku yang membereskannya. Hal ini tidak akan pernah selesai kalau dilanjutkan dengan kekerasan.""Enak saja kau ngomong begitu! Kau sudah puas karena telah menghajarnya, Frederick!"Kembali Fred menepuk pundak Gregory. "Sudahlah. Aku cukup khilaf tadi."Kedua
= Apartemen Gregory & Lily =Suara pintu yang tertutup membuat Lily menongolkan kepalanya dari dapur. "Greg? Kamu datang?""Yes, baby. Aku sudah pulang." Gregory menggantungkan mantelnya ke lemari dan menyimpan ranselnya.Langkah pria itu membawanya ke dapur. "Kamu masak apa?"Raut Lily tampak bersalah dan ia meringis. "Maaf, aku tidak memasak. Aku hanya menghangatkannya saja. Tapi aku pulang dari rumah sudah cukup sore, dan tidak sempat kalau masak."Memeluk isterinya, Gregory memberinya ciuman sayang. "Tidak masalah, Red. Asal jangan membuatmu capek saja, aku tidak masalah memakan masakan jadi."Bibir wanita itu mencium suaminya beberapa kali dan menariknya ke meja makan."Hanya sekali saja. Aku janji, kalau nanti rumah kita sudah jadi, aku akan memasak makanan enak untukmu."Pria itu terkekeh dan keduanya mulai menikmati makan malam mereka. Setelahnya, pasangan itu bersantai di ruang keluarga sambil menonton
= Kantor konsultan Ashley & associates. Kota SD ="Bagaimana kabarmu?""Saya baik-baik saja. Terima kasih sudah bertanya, Tuan Rothschild."Jawaban yang tulus itu membuat Maverick mengerjap. Ia menatap sosok anaknya yang terlihat jauh lebih lembut dan lebih positif dibanding tahun kemarin. Sangat jelas, pria itu bahagia dengan kehidupannya.Pria baya itu menghela nafasnya dalam. Matanya menelusuri sejumlah orang yang tampak lalu-lalang di luar ruangan kantor Gregory yang berjendela kaca. Semua orang tampak sibuk, mencerminkan cukup banyak project yang diterima konsultan akhir-akhir ini. Dalam hatinya, Maverick merasa bangga untuk anaknya."Aku tidak melihat isterimu. Dia tidak datang hari ini?"Suara rendah Gregory terdengar melembut samar. "Lily sedang ada di rumah kami, mengurus interior-nya."Kepala Maverick berpaling dan memandang anaknya. "Kalian sudah punya rumah sendiri?""Baru saja jadi, tapi interiornya