"Terima kasih banyak, dokter."
"Pastikan dia tidak dehidarasi dan stress. Anda bisa minta bantuan perawat full time kalau memang perlu.""Saya akan mengingatnya. Sekali lagi, terima kasih atas bantuannya."Menutup pintu depan, Gregory kembali pada salah satu kamar tidur di rumah itu. Tampak sosok ayahnya yang duduk di samping anaknya yang terbaring di tempat tidur. Isterinya juga berdiri dengan khawatir di salah satu sisinya. Kepalanya menoleh dan menampilkan senyum miris saat melihat suaminya.Tersenyum masam, Gregory menghampiri adiknya dan mengusap rambut pirangnya yang tebal."Bagaimana keadaanmu, lil' bro?" Sangat jarang Gregory mengeluarkan panggilan itu.Memaksakan senyuman di wajahnya, Fred menatap Gregory sayu. "Lebih baik. Thanks, bro.""Kuharap ini terakhir kalinya aku membawamu ke rumah sakit, dude. Kau ini merepotkan saja!"Kekehan lemah terdengar dari mulut Fred. "Yeah. Aku juga berharap begitu."Kata-kata yang diucapkan dengan halus tapi sangat tajam itu membuat Rod tersadar, betapa getirnya hidup gadis itu selama ini. Ia cukup sering bertemu orang-orang dengan masalah berat dalam hidupnya. Orang-orang yang harus terus berjuang, meski penuh darah dan air mata. Dan mereka tidak bisa menunjukkan kepedihan dan kegetiran hidup itu pada orang lain. Karena di saat lemah, maka akan ada banyak orang-orang di luar sana yang mengantri untuk melibasnya hingga rata dengan tanah.Rod sangat yakin, wanita ini adalah salah satunya.Sebelum mengadakan pertemuan ini, ia telah meminta seseorang untuk sedikit menyelidiki latar belakang Andrea dan hasilnya membuat pria tua itu terkejut. Gadis ini ternyata telah menjadi sebatang kara tidak lama setelah peristiwa naas dulu. Hidupnya pun luntang-lantung dan berpindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain yang tidak jelas. Sampai akhirnya ia menemukan keahliannya di bidang kuliner dan menata karir-nya sedikit demi sedikit, dari m
Pertanyaan penuh nada khawatir itu membuat hati Fred menghangat. Ia tidak mau berharap tapi sialnya, perasaannya jauh lebih kuat dibanding akalnya. Ia masih sangat mencintai wanita di depannya ini dan yakin, tidak akan pernah dapat menemukan penggantinya hingga ia mati nanti."Aku tidak apa-apa. Hanya pusing sedikit.""Duduklah. Kami akan kesulitan mengangkatmu kalau kamu sampai pingsan."Terkekeh pelan, Fred menurut saat dirinya dituntun untuk duduk di lantai. Andrea menyusul dan ikut duduk. Klara yang melihat interaksi keduanya tidak mau kalah. Wanita itu perlahan beringsut mendekati Fred dan duduk di samping pria itu sambil menempelkan bahu mereka. Aroma parfum yang cukup menyengat menerpa hidung lelaki itu dan membuatnya mendorong bahu Klara menjauh. Ia sangat mual."Jauh-jauh dariku. Kau sangat bau."Melihat wajah Fred yang memutih dan berkeringat, Andrea sangat khawatir. "Fred? Kamu tidak apa-apa? Kamu pucat sekali."
= Taman St. George. Beberapa hari kemudian ="Sekarang, kau boleh mencium pengantinmu."Kata-kata itu membuat hati Fred berdebar-debar. Tangannya gemetar saat membuka tutup kudung Andrea yang kini telah menjadi isterinya. Tampak wajah pengantinnya yang cantik sempurna. Mata cokelat pria itu bergerak-gerak dan salah satu tangannya mengusap pipi wanita itu lembut. Kepalanya menunduk dan dengan sangat lembut, bibirnya mencium bibir wanita itu. Pelan dan dalam.Gemuruh tepuk tangan yang terdengar di telinganya, membuat Fred menjauhkan kepalanya dan menatap isterinya. Tatapan wanita itu tertunduk, mengarah ke buketnya. Bibirnya sama sekali tidak tersenyum. Hati Fred kembali sakit. Benarkah wanita ini sekarang sangat benci padanya?Berusaha meredakan kesedihannya, pria itu menggandeng isterinya dan tersenyum ke arah tamu-tamunya. Senyumnya tampak lebar dan bahagia, sama sekali tidak menggambarkan keterpurukannya di dalam. Pria itu tahu, ia tel
= Salah satu apartemen mewah di kota CA. Malam hari =Pasangan pengantin yang baru menikah pagi itu berdiri dengan canggung di tengah ruangan. Keduanya masih mengenakan pakaian pesta dan sama-sama lelah. Dua orang itu lelah setelah seharian berakting bahagia di hadapan semua orang, karena tidak satu pun dari mereka yang benar-benar merasa bahagia. Melepas jasnya capek, Fred berjalan pelan ke sebuah ruangan dan membuka pintunya. Saat menoleh pada Andrea, ia memutuskan tidak akan beradu argumen malam ini. Ia tahu wanita itu berusaha menampilkan diri sebagai isteri yang sempurna siang tadi, dan telah berhasil.Andrea Garrett adalah wanita sempurna baginya yang sayangnya, ia sendiri bukanlah pria yang sempurna untuk wanita itu. Selama di samping Andrea, ia telah menjadi pria lebih baik. Tapi kehadiran dirinya, justru membuat nasib wanita itu lebih buruk. Sepertinya, ia memang pembawa sial bagi kehidupan wanita itu. Termasuk sekarang. Ia menyeretnya masuk ke k
Penuturan suaminya membuat Lily tertegun. Ia sangat terkejut Gregory ternyata memiliki masalah berat sejak terakhir kali mereka berpisah. Ia tadinya menyangka pria itu baik-baik saja dan tidak peduli padanya. "Aku... Aku tidak tahu kalau kejadian itu sangat mempengaruhimu, Rory. Aku tidak pernah meminta dr. Hills untuk menceritakan apapun padamu, karena tidak mau membebanimu. Aku-""Justru seharusnya kamu menceritakannya, Red."Pandangan marah suaminya membuat Lily terdiam. Ia sangat merasa bersalah pada pria itu. "Rory...""Kamu seharusnya bilang padaku kalau kamu hamil anak kita. Anak KITA, Red. Dan aku baru mengetahuinya saat anak itu sudah tidak ada. Bagaimana bisa kamu setega itu padaku? Aku memintamu menikahiku saat itu, yang berarti aku benar-benar serius padamu. Kamu mengenalku sejak dulu, Red. Sejak kamu masih kecil. Apa kamu menyangka kalau aku pria jahat dan akan menyakitimu?"Mata biru Gregory terlihat berkaca-kaca. Baru kali
Keith Jacob Lee adalah anak tunggal dari Keith Lee, sr. Ayahnya adalah karyawan kantoran biasa dan ibunya seorang guru TK. Keith dibesarkan cukup baik dan memiliki cita-cita untuk menempuh karir sebagai psikolog pendidikan, mengikuti jejak ibunya. Namun demikian, keluarganya hanya dari kalangan menengah. Ayah dan ibunya harus banting tulang untuk membiayai sekolahnya yang termasuk sekolah elite, termasuk memenuhi cicilan rumah mereka yang selesai entah kapan. Keith kecil tidak mengetahui kondisi finansial keluarganya, sampai ia akhirnya bertemu dengan sepupunya ketika dirinya memasuki usia SMP.Pertemuan pertama itu cukup berkesan. Itu adalah pertama kalinya Keith bertemu Kyle Young. Orang tuanya hampir tidak pernah menceritakan mengenai asal-usul mereka, sampai Keith bertemu sendiri dengan sepupunya itu. Fisik dan perawakan keduanya yang hampir mirip membuat dua orang itu akrab dengan cepat. Tidak lama, Keith pun mengajak teman barunya ke rumah dan di situlah awal dari seg
"Bubba!"Teriakan kencang itu membuat kepala Keith menoleh dan senyuman lebar terlihat di bibirnya.Dari arah taman, tampak kibaran rambut keriting berwarna kemerahan. Pemiliknya adalah seorang gadis kecil bermata biru bulat dengan lesung di pipinya yang berbintik-bintik. Gadis itu mengingatkannya pada satu karakter di komik yang dulu pernah dibacanya saat kecil. Perilakunya pun hampir mirip. Ceria, senang tertawa dan kelihatan malu-malu saat ia bertemu dengan seseorang yang disukainya.Tentu saja Keith sangat tahu siapa orang yang disukai anak berambut merah itu. Sudah sejak beberapa tahun ini, ia telah menjadikan anak itu subject observasinya. Ia sangat mengenal sifat anak itu dari interaksinya yang hampir tiap minggu. Akhirnya, ia juga sadar kalau anak itu sebenarnya tidak percaya diri. Sebagai kompensasinya, anak itu belajar lebih banyak dan lebih keras dibanding orang lain. Sayangnya, cukup jarang orang-orang di luar sana yang bisa melihatnya sebagai
= Hampir 10 tahun kemudian. Sekitar 1 minggu sebelum kecelakaan maut di kota SD ="Apa maumu, Kyle?"Pertanyaan ketus itu membuat Kyle tersenyum simpul. Ia menatap saudaranya yang jarang ditemuinya. Hubungan keduanya sempat merenggang beberapa tahun, dan baru sedikit membaik saat keluarga Young membantu keuangan keluarga Lee yang terpuruk. Ayah Keith, Keith sr. menderita stroke yang membuatnya harus menjalani operasi jantung yang membutuhkan banyak biaya. Di saat anaknya yang baru saja merintis karir harus menguras tabungan, isterinya tiba-tiba saja menderita penyakit yang sama. Tidak tahu harus kemana lagi, Keith akhirnya menghubungi sepupunya yang dengan senang hati mengulurkan tangannya.Tentu saja ia akan senang hati membantu sepupunya, yang akan dengan mudah menjadi pion-nya kembali. Sepupunya ini pria yang terlalu polos. Ia menganggap dirinya seorang manipulatif hanya karena belajar ilmu psikologi, padahal banyak faktor yang dapat membuat p