= Salah satu night club. Jam 22.00 =
"Hi, bruv!"Teriakan di tengah kegaduhan itu membuat Fred menoleh dan tersenyum. "Dude! Duduklah!"Kedua pria itu berpelukan ala lelaki dan tangan Fred memanggil salah satu pelayan. Ia memesan satu botol minuman keras terbaik, yang terkenal berharga sangat mahal dan juga cukup memabukkan. Di atas meja sendiri, sudah ada beberapa botol lain dan juga kaleng bir serta cemilan yang siap disantap."Wow! Ada perayaan?"Pertanyaan itu membuat Fred terkekeh. Ia mengambil sekaleng bir dan melemparkannya asal ke Keith."Tidak juga. Aku hanya ingin mabuk hari ini. Kau ke sini bawa mobil?"Membuka kaleng birnya, Keith langsung menenggaknya. "Tidak. Aku pakai taksi tadi. Hari ini aku tidak bawa mobil. Sama sepertimu, aku juga ingin mabuk malam ini."Suara tawa Fred teredam bunyi dentangan musik yang keras dari lantai dansa. Penuh semangat, pria itu mendentingkan kaleng birnya ke kalengSuara musik yang berdebum kencang menyambut Andrea dan rombongannya saat memasuki night club. Salah satu dari para pria itu mengalungkan tangan ke leher wanita itu dan memeluknya erat."Akhirnya kau mau ikut juga minum-minum malam ini."Jengah, Andrea melepaskan dirinya. Ia mulai menyesal ikut ajakan James ke tempat ini. Tadinya ia berharap semua timnya akan ikut, tapi ternyata hanya James dan juga pemilik restoran br*ngsek yang datang ke sini. Sepertinya ia telah dijebak oleh dua orang b*ngsat di depannya ini.Tersenyum canggung, Andrea mulai mundur. "Sepertinya aku akan pulang saja. Tempat ini-"Tarikan kasar di tangannya membuat wanita itu menubruk tubuh seseorang di depannya. Saat menengadah, ia melihat raut m*sum wajah pria yang mempekerjakannya. Tangan pria itu melingkari tubuhnya erat."Jangan begitu. Kau pun hanya tinggal hitungan minggu kerja di tempatku. Aku akan sangat merindukanmu. Berikan aku kenang-kenangan indah sebelum kau
Cahaya matahari pagi menimpa kulit putih itu dan perlahan, kedua mata yang tadinya tertutup itu mulai terbuka. Ia mendesah puas dan bibirnya tersenyum bahagia. Menutup matanya lagi, tangan Fred menyentuh kasur di sebelahnya dan gerakannya terhenti. Matanya yang cokelat langsung terbuka dan pria itu bangun dari posisinya. Ia terlihat bingung dan saat mendengar suara pintu dari arah luar, lelaki itu langsung berdiri dan menghambur keluar kamar tanpa mengenakan sehelai benang pun.Sosok yang saat ini terlihat hampir keluar dari apartemen itu membuat Fred memanggil panik."Andrea!" Tubuh wanita itu sedikit mematung, sampai akhirnya perlahan berbalik. Tampak wajahnya yang bersih dan segar tanpa make-up. Meski hampir berkepala-4, tapi wanita itu terlihat jauh lebih muda dibanding usianya. Rambutnya yang pendek pun tampak bergelombang membingkai wajahnya yang oval."Fred. Selamat pagi." Suara wanita itu datar.Kening Fred berkerut dalam. Ia cuk
"Terima kasih banyak, dokter.""Pastikan dia tidak dehidarasi dan stress. Anda bisa minta bantuan perawat full time kalau memang perlu.""Saya akan mengingatnya. Sekali lagi, terima kasih atas bantuannya."Menutup pintu depan, Gregory kembali pada salah satu kamar tidur di rumah itu. Tampak sosok ayahnya yang duduk di samping anaknya yang terbaring di tempat tidur. Isterinya juga berdiri dengan khawatir di salah satu sisinya. Kepalanya menoleh dan menampilkan senyum miris saat melihat suaminya.Tersenyum masam, Gregory menghampiri adiknya dan mengusap rambut pirangnya yang tebal."Bagaimana keadaanmu, lil' bro?" Sangat jarang Gregory mengeluarkan panggilan itu.Memaksakan senyuman di wajahnya, Fred menatap Gregory sayu. "Lebih baik. Thanks, bro.""Kuharap ini terakhir kalinya aku membawamu ke rumah sakit, dude. Kau ini merepotkan saja!"Kekehan lemah terdengar dari mulut Fred. "Yeah. Aku juga berharap begitu."
Kata-kata yang diucapkan dengan halus tapi sangat tajam itu membuat Rod tersadar, betapa getirnya hidup gadis itu selama ini. Ia cukup sering bertemu orang-orang dengan masalah berat dalam hidupnya. Orang-orang yang harus terus berjuang, meski penuh darah dan air mata. Dan mereka tidak bisa menunjukkan kepedihan dan kegetiran hidup itu pada orang lain. Karena di saat lemah, maka akan ada banyak orang-orang di luar sana yang mengantri untuk melibasnya hingga rata dengan tanah.Rod sangat yakin, wanita ini adalah salah satunya.Sebelum mengadakan pertemuan ini, ia telah meminta seseorang untuk sedikit menyelidiki latar belakang Andrea dan hasilnya membuat pria tua itu terkejut. Gadis ini ternyata telah menjadi sebatang kara tidak lama setelah peristiwa naas dulu. Hidupnya pun luntang-lantung dan berpindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain yang tidak jelas. Sampai akhirnya ia menemukan keahliannya di bidang kuliner dan menata karir-nya sedikit demi sedikit, dari m
Pertanyaan penuh nada khawatir itu membuat hati Fred menghangat. Ia tidak mau berharap tapi sialnya, perasaannya jauh lebih kuat dibanding akalnya. Ia masih sangat mencintai wanita di depannya ini dan yakin, tidak akan pernah dapat menemukan penggantinya hingga ia mati nanti."Aku tidak apa-apa. Hanya pusing sedikit.""Duduklah. Kami akan kesulitan mengangkatmu kalau kamu sampai pingsan."Terkekeh pelan, Fred menurut saat dirinya dituntun untuk duduk di lantai. Andrea menyusul dan ikut duduk. Klara yang melihat interaksi keduanya tidak mau kalah. Wanita itu perlahan beringsut mendekati Fred dan duduk di samping pria itu sambil menempelkan bahu mereka. Aroma parfum yang cukup menyengat menerpa hidung lelaki itu dan membuatnya mendorong bahu Klara menjauh. Ia sangat mual."Jauh-jauh dariku. Kau sangat bau."Melihat wajah Fred yang memutih dan berkeringat, Andrea sangat khawatir. "Fred? Kamu tidak apa-apa? Kamu pucat sekali."
= Taman St. George. Beberapa hari kemudian ="Sekarang, kau boleh mencium pengantinmu."Kata-kata itu membuat hati Fred berdebar-debar. Tangannya gemetar saat membuka tutup kudung Andrea yang kini telah menjadi isterinya. Tampak wajah pengantinnya yang cantik sempurna. Mata cokelat pria itu bergerak-gerak dan salah satu tangannya mengusap pipi wanita itu lembut. Kepalanya menunduk dan dengan sangat lembut, bibirnya mencium bibir wanita itu. Pelan dan dalam.Gemuruh tepuk tangan yang terdengar di telinganya, membuat Fred menjauhkan kepalanya dan menatap isterinya. Tatapan wanita itu tertunduk, mengarah ke buketnya. Bibirnya sama sekali tidak tersenyum. Hati Fred kembali sakit. Benarkah wanita ini sekarang sangat benci padanya?Berusaha meredakan kesedihannya, pria itu menggandeng isterinya dan tersenyum ke arah tamu-tamunya. Senyumnya tampak lebar dan bahagia, sama sekali tidak menggambarkan keterpurukannya di dalam. Pria itu tahu, ia tel
= Salah satu apartemen mewah di kota CA. Malam hari =Pasangan pengantin yang baru menikah pagi itu berdiri dengan canggung di tengah ruangan. Keduanya masih mengenakan pakaian pesta dan sama-sama lelah. Dua orang itu lelah setelah seharian berakting bahagia di hadapan semua orang, karena tidak satu pun dari mereka yang benar-benar merasa bahagia. Melepas jasnya capek, Fred berjalan pelan ke sebuah ruangan dan membuka pintunya. Saat menoleh pada Andrea, ia memutuskan tidak akan beradu argumen malam ini. Ia tahu wanita itu berusaha menampilkan diri sebagai isteri yang sempurna siang tadi, dan telah berhasil.Andrea Garrett adalah wanita sempurna baginya yang sayangnya, ia sendiri bukanlah pria yang sempurna untuk wanita itu. Selama di samping Andrea, ia telah menjadi pria lebih baik. Tapi kehadiran dirinya, justru membuat nasib wanita itu lebih buruk. Sepertinya, ia memang pembawa sial bagi kehidupan wanita itu. Termasuk sekarang. Ia menyeretnya masuk ke k
Penuturan suaminya membuat Lily tertegun. Ia sangat terkejut Gregory ternyata memiliki masalah berat sejak terakhir kali mereka berpisah. Ia tadinya menyangka pria itu baik-baik saja dan tidak peduli padanya. "Aku... Aku tidak tahu kalau kejadian itu sangat mempengaruhimu, Rory. Aku tidak pernah meminta dr. Hills untuk menceritakan apapun padamu, karena tidak mau membebanimu. Aku-""Justru seharusnya kamu menceritakannya, Red."Pandangan marah suaminya membuat Lily terdiam. Ia sangat merasa bersalah pada pria itu. "Rory...""Kamu seharusnya bilang padaku kalau kamu hamil anak kita. Anak KITA, Red. Dan aku baru mengetahuinya saat anak itu sudah tidak ada. Bagaimana bisa kamu setega itu padaku? Aku memintamu menikahiku saat itu, yang berarti aku benar-benar serius padamu. Kamu mengenalku sejak dulu, Red. Sejak kamu masih kecil. Apa kamu menyangka kalau aku pria jahat dan akan menyakitimu?"Mata biru Gregory terlihat berkaca-kaca. Baru kali