= Flashback kejadian hampir 17 tahun yang lalu. Universitas A. Kota CA =
"Dimana Fred?"Pria yang tadinya menunduk itu menengadah dari ponselnya dan menatap malas. "Cari di sana. Biasanya dia sedang menerima service dari salah satu gadis bodoh yang memujanya."Paham dengan maksud itu, Andrea segera melangkah ke lokasi yang ditunjuk. Jari-jarinya memegang gagang pintu dan langsung membukanya lebar. Sama sekali tidak mengira kalau pemandangan yang ada di depannya benar-benar di luar bayangannya sore itu.Wajah gadis itu membeku dan matanya terpusat pada pasangan m*sum yang sedang memepet ke tembok. Tampak tubuh seorang gadis tidak berpakaian sedang dipepet oleh pria di belakangnya. Tidak jauh berbeda dengan si gadis, lelaki itu hanya mengenakan celana jins yang sudah melorot, memperlihatkan b*kong serta pahanya yang terlihat sedang berkontraksi.Tidak perlu orang pintar untuk mencerna situasi yang sedang terjadi, dan kedua orang itu menolehSejak kejadian itu, hubungan Andrea dan Fred sedikit merenggang. Keduanya masih sering berdiskusi dan juga mengobrol santai, tapi itu jika ada orang lain di sekitar mereka. Saat hanya berdua saja, tiba-tiba gadis itu menghilang atau pergi karena alasan yang tidak masuk di akal pria itu.Seiring waktu, fokusnya yang tertuju pada Andrea membuat pria muda itu tanpa sadar mulai meninggalkan kehidupan playboy-nya. Casanova yang tadinya harus selalu memiliki kencan berbeda di tiap minggunya, kini sering menghabiskan waktunya sendirian saja di rumah.Seperti malam ini, Fred duduk di dapur dan memutar-mutar gelasnya. Tampangnya termenung dan murung."Oh? Kau masih di sini?"Kepala Fred menoleh dan tampak Gregory masuk ke dapur dan membuka kulkas. Pria tinggi itu mengambil botol susu dan menuangkan isinya ke dalam mug."Kau minum susu malam-malam begini?""Aku lapar."Kembali menundukkan kepalanya, Fred bergumam pelan. "Aku rindu
Ruangan rawat itu menjadi cukup ramai dengan kehadiran para pengunjung malam itu. Mereka sampai harus sedikit diusir oleh seorang perawat, saat waktu sudah cukup larut."Tuan dan Nyonya, mohon dapat memberi waktu bagi pasien untuk istirahat dulu. Ini untuk kesembuhannya. Kalian bisa berkunjung lagi besok di jam yang sama, dan sebaiknya tidak seramai sekarang."Tidak enak dengan pengusiran itu, pasangan suami-isteri Walton akhirnya pamit. Disusul dengan anak-anak mereka beserta dengan teman-temannya. Sampai akhirnya tinggallah Rod beserta Andrea di sana.Mengusap rambut Fred yang tebal, Rod menghela nafasnya kasar. "Cepatlah sembuh, son. Jangan membuatku khawatir lagi."Mendengar itu, Fred tersenyum lebar. Ia tahu ayahnya menyayangi anak-anaknya, meski sikapnya keras."Aku akan sembuh, pap. Badanku kuat. Jangan terlalu cemas."Mengacak rambut anaknya sekali lagi, Rod mengangguk. Ia baru saja akan pergi saat menatap Andre
Beberapa minggu setelah itu berlangsung sangat cepat, dan Fred akhirnya bisa kembali dalam kehidupannya sebagai mahasiswa lagi. Sama sekali tidak tampak bekas-bekas lukanya saat pria itu datang ke kampus dan berlatih seperti biasa. Meski dilarang Rod, tapi ia berkeras membawa kampusnya menjadi juara dalam pertandingan terakhir sebelum ia memutuskan untuk mundur nanti. Semuanya berjalan baik. Perkuliahannya baik, latihannya lancar, bahkan para gadis-gadis pun kembali mulai mengelilinginya seperti biasa. Ia hanya tinggal menunjuk dengan jarinya dan mereka pun jatuh ke tangannya. Masalah terbesarnya adalah, ia tidak lagi tertarik pada mereka. Pemandangan tubuh-tubuh seksi di depan matanya menjadi hal yang sangat biasa dan membuatnya tidak bern*fsu lagi. Ia juga bosan menatap wajah-wajah yang terpoles tebal atau bahkan telah mendapat perbaikan di sana-sini dari seorang dokter ahli.Fred bosan, sampai ia mempertanyakan kejantanannya. Ia mulai meragukan dirinya masih me
"Pulang sekarang?"Mengangguk malu-malu, Andrea tersenyum pada Fred. Ini adalah bulan ke-10 mereka resmi berkencan dan dengan permintaan gadis itu, tidak ada seorang pun yang mengetahui hubungan ini. Keduanya hanya akan bertemu setelah perkuliahan selesai dan pulang bersama. Tidak ada yang curiga karena hal itulah yang sering dilakukan dua orang sahabat itu sejak lama.Melihat tangan Andrea yang mengayun-ayun di sampingnya, Fred tidak tahan dan segera menggenggamnya. Ia sebenarnya sangat ingin mengungkapkan status mereka, tapi gadis itu tidak mau. Pria itu hanya ingin agar semua orang tahu kalau gadis ini adalah miliknya, dan menjauhkan mereka yang berusaha mendekatinya.Mempererat genggamannya, pria itu tersenyum pada gadis di sampingnya. Betapa ia sangat bahagia saat ini. Baru kali ini, Fred merasakan yang namanya mencintai seseorang. Rasa cintanya mengalahkan n*fsunya. Selama ini, ia tidak mengira akan cukup dengan satu wanita saja tapi perasaannya pada
"Harrington! Apa yang terjadi!?"Hari itu, kampus heboh. Di sebagian besar email mahasiswa dan petinggi universitas, terkirim gambar-gambar Frederick Harrington yang tidak senonoh. Pria dalam gambar hampir semuanya tidak mengenakan sehelai benang pun. Tampak jelas kalau foto-foto itu diambil saat Fred tidak sadar. Ada yang di tempat tidur, dari depan atau pun belakang tapi semuanya tidak ada yang menunjukkan kalau lelaki itu berpose. Masalahnya, situasi yang ada memperlihatkan kalau pria itu tampaknya sedang berkencan dengan seseorang meski semua wajah wanita yang ada di sana sengaja disamarkan. Hal itulah yang membuat nama baik lelaki itu terancam cemar. Ia ketahuan memiliki kehidupan liar di dalam kampus, padahal image-nya di mata dosen dan juga orang tuanya cukup baik selama ini.Hantaman keras di meja kayu itu membuat tubuh Fred terlonjak. Baru kali ini selama menjalani kehidupan kampus, ia merasakan kemarahan prof. Declan yang merupakan dosen pembimb
= Kembali ke masa sekarang ="Kau sudah menerimanya?""Ya. Aku sudah menerimanya. Aku sudah menceritakannya pada Reiss dan dia bersedia membantu. Tapi mungkin akan butuh waktu, karena saat ini dia sepertinya masih sibuk dengan project-nya yang lain."Mendengar itu, Fred mengangguk. "Tidak apa. Aku bisa menunggu. Aku bersedia membayar mahal, selama dia bisa menemukan pelakunya, Greg.""Seharusnya tidak ada masalah, dude. Reiss dan rekannya adalah mantan hacker yang handal. Dengan skill dan juga kemajuan teknologi sekarang, aku rasa mereka tidak akan mengalami banyak kesulitan.""Baguslah. Aku akan menunggu kabar baik darimu."Sejenak, Gregory terdiam. "Kenapa kau ingin mengungkapnya sekarang? Apa yang terjadi, Fred?"Suara Fred terdengar ragu-ragu, tapi ia memutuskan untuk sedikit menceritakannya pada Gregory."Aku bertemu dengan Andrea hampir 2 minggu lalu.""Andrea? Sebentar, sebentar... bukannya itu-"
Waktu berjalan cepat. Tidak terasa, hari ini adalah hari kepulangan suaminya. Dengan tidak sabar, Lily duduk di salah satu kafe di airport dan berulang kali menatap jam tangannya. Ia terlalu cepat datang, tapi ia tidak bisa hanya duduk dan berpangku tangan di rumah sakit. Ia sangat ingin bertemu dengan suaminya!Berusaha mengusir rasa gelisahnya, wanita itu membuka tabletnya. Beberapa hari lalu, ada seseorang yang membutuhkan bantuan men-design ulang sebuah tempat penitipan anak. Ia tadinya tidak ingin mengambil project itu tapi karena Gregory mendorongnya, ia pun akhirnya mengambilnya. Sejujurnya, ia memang butuh sesuatu untuk mengalihkannya dari kesedihan karena kondisi ayahnya yang terus-menerus menurun. Lily baru saja akan tenggelam dalam pekerjaannya saat menyadari seseorang berdiri di depannya. Matanya mengerjap dan kepalanya terdongak dari layar tablet yang dipegangnya.Di depannya berdiri seorang wanita sangat cantik. Rambutnya panjang berwarna ge
Usapan yang sangat lembut terasa di pipinya dan perlahan, wanita di tempat tidur itu membuka matanya. Ia pun bertatapan dengan sepasang mata berwarna biru yang sangat indah. Mata itu menaungi hidung yang mancung dan bibir merah muda yang tersenyum padanya. Untuk pertama kali dalam hidupnya, Liliana Walton bersemu hanya karena memandang wajah yang telah sangat familiar ini.Sambil melamun, salah satu tangannya mengusap pipi Gregory yang mulai berjambang. Ia suka rasanya."Aku baru sadar kalau kamu ganteng, Greg. Kenapa baru sekarang, ya?"Mata biru Gregory mengedip dan pria itu mendekat. Ia menempelkan tubuhnya ke atas isterinya. Salah satu tangannya mengusap-usap rambut merah Lily yang berantakan di bantal."Kamu baru sadar sekarang. Sedangkan aku dari dulu sudah sadar, kalau kamu wanita yang istimewa."Tanpa sadar, Lily menarik jenggot pendek Gregory. Ia terkejut dengan kata-kata pria itu. Ada perasaan yang membuncah dirasakan wanita itu
= Beberapa minggu, hampir satu bulan setelah kejadian di apartemen Kyle ="Apa yang kau lakukan, Kyle? Bukan seperti ini rencana kita! Kau bilang hanya ingin membuat Fred dan Andrea putus dengan membuatnya cemburu padaku! Tidak pernah kau bilang akan menyebarkan foto-foto Frederick yang seperti itu di kampus!" Kekehan terdengar dari Kyle yang masih santai dengan dumbbell-nya. Ia asyik menatap bayangannya sendiri."Memangnya kenapa? Semuanya mulus, kan? Frederick terkena batunya, seperti keinginan kita.""Tapi tidak dengan Andrea! Tidak ada rencana membuat Andrea dikeluarkan, bruv! Apa yang kau lakukan sudah kelewat batas! Aku akan mengatakannya pada prof. Dec untuk mempertimbangkan kembali!"Melihat Keith akan keluar ruangan dengan marah, dengan santai Kyle meletakkan dumbbell-nya ke lantai."Memangnya apa yang mau kau bilang ke orangtua itu? Kalau aku yang menyebarkan foto-foto Frederick? Apa kau punya bukti aku yang melakukann
Selama beberapa waktu, Lorelai latihan bersama Kyle di ruangan gym milik pria itu. Apartemen Kyle cukup mewah dan pria itu merubah salah satu kamar tamunya menjadi ruangan latihan yang berisi beberapa peralatan mahal. Pria itu senang menghabiskan waktu di sana untuk latihan, sekaligus mengagumi dirinya sendiri karena dinding-dindingnya diubah menjadi cermin yang besar dan memenuhi ruangan.Tampak lelaki itu membantu Lorelai untuk melakukan peregangan dan tangannya berada di perut gadis itu yang rata. Matanya yang hijau menelusuri tubuh gadis itu yang meski masih berusia 15 tahun, tapi sudah terbentuk sempurna. Kedua asetnya tampak menggiurkan dan kakinya yang jenjang terlihat seksi. Gadis itu sangat seksi, dan sayangnya ia tidak tertarik. Ia jauh lebih tertarik pada kakak-kakak lelakinya yang s*alnya, justru menunjukkan rasa tidak suka padanya.Karena kesal, tanpa sadar salah satu telapak Kyle justru mer*mas d*da Lorelai kuat dan membuat gadis itu tertegun. Kedua p
= Flashback hampir 18 tahun yang lalu. Salah satu cafe, kota CA. Amerika ="Aku akan melakukannya malam ini. Kau ikut?"Pria muda di depannya tampak menunduk menatap minumannya sendiri. Tampangnya gugup."Kyle... Apa kau yakin-""Kau ini mau membantuku atau tidak!?" Nada suara saudaranya yang tinggi membuat Keith mendongak. Ia menelan ludah saat melihat ekspresi Kyle yang keras dan penuh kemarahan."Aku tentu saja mau membantumu, bruv. Tapi cara ini...""Kau sudah lupa yang dilakukan orang s*alan itu padaku? Dia menghajarku habis-habisan, mate! Dan dia melakukannya setelah mel*cehkan aku! Saudaranya pun tahu kekurangan orang kurang ajar itu, tapi malah diam saja dan justru memusuhiku! Kau tahu dia tidak suka padaku, kan?"Menghela nafasnya, Keith memandang Kyle skeptis. "Tapi dia tidak ada hubungannya, bruv. Apa kau tega memanfaatkannya? Anak itu masih polos dan tidak harus bertanggungjawab untuk kelakuan kakak
Mata indah Claudia membesar, dan wanita itu perlahan mundur ke belakang."Keith...?"Di depan matanya, terlihat Keith menggenggam benda besi berkilat di tangannya. Pria itu menodongkannya ke arahnya dengan raut muka yang kosong dan datar.Jantung Claudia berdebar kencang dan ia mengangkat kedua tangannya hati-hati."Keith. Turunkan benda berbahaya itu. Kau tidak tahu cara menggunakannya."Komentar itu membuat Keith akhirnya mengeluarkan dengusan dan juga tawa kecil. Tatapannya tampak geli."Kau bilang, aku tidak tahu caranya? Justru aku sangat tahu, Kyle. Apa kau tidak tahu kalau paman Keifer sering mengajakku berburu menggantikanmu? Kau yang terlalu pengecut melihat darah, sering bersembunyi di balik alasan latihan untuk pertandingan. Aku bukan banci seperti dirimu, Kyle Young karena aku sangat tahu bagaimana cara menggunakan senjata api. Apapun jenisnya!"Rahang Claudia mengeras dan terdengar aliran nafas yang kencang
= Salah satu apartemen mewah. Kota NY. Sekitar 5 hari kemudian =Dalam apartemen yang hampir kosong itu, terserak beberapa kotak sudah penuh yang terisi berbagai macam barang. Apartemen yang tadinya mewah dan rapih itu kini terlihat kotor dan tidak terpelihara. Beberapa pajangannya sudah tidak ada karena dijual. Sisanya, sebagian masuk ke dalam kotak. Tampak seseorang yang sedang berdiri di tengah ruangan terlihat frustasi dan melempar ponselnya kesal ke arah sofa. Ia hampir saja membantingnya tadi ke lantai, kalau tidak ingat keadaannya saat ini.Salah satu kakinya menendang kotak yang berisi barang yang asal-asalan dimasukkan ke dalamnya."S*alan!?"Sangat kesal, Claudia berteriak sangat kencang dalam ruangan itu beberapa kali. Ia sangat frustasi, tapi tidak tahu harus melampiaskannya pada siapa. Ayahnya masuk penjara, sepupunya menghilang entah ke mana. Ia sendiri tidak bisa ke kantor YnY Inc. karena perusahaannya telah disegel dan masih menung
Setelah kepergian Maverick, pasangan suami-isteri itu tampak membereskan meja makan. Menatap Lily yang tengah melipat lap-nya, Gregory sedikit bersender ke meja pantry."Bagaimana menurutmu dia?""Dia? Maksudmu ayahmu?""Hmm."Menyimpan lap-nya di meja pantry, Lily ikut bersender di sebelah suaminya. Wanita itu tampak berfikir."Dia sebenarnya mirip denganmu. Kaku seperti kanebo kering. Pertama melihatnya pun aku sedikit takut.""Kanebo kering? Memangnya, aku sekaku itu?"Pertanyaan itu membuat Lily tertawa kecil. "Memangnya kamu tidak sadar? Kamu itu kaku, Greg. Dari dulu sampai sekarang, banyak orang yang takut padamu. Anak magang di kantor pun begitu. Mereka lebih suka bertanya pada Mike dibanding padamu. Mungkin kalau tidak sekaku itu, akan banyak orang mendekatimu. Termasuk para agen pemasaran di sebelah kantor kita."Baru sadar dengan kata-katanya, Lily terdiam. Wanita itu tampak berfikir dan memandang sua
"KEITH!? KAU MEMANG B*NGSAT!? B*JINGAN KAU!?"Tidak terhindar lagi, sebuah bogem yang keras mendarat di wajah Keith yang mulus dan membuat tubuh pria tampan itu terdorong ke tembok. Fred hampir saja maju lagi, saat melihat tetesan darah di lantai. Pria itu segera menahan saudara angkatnya yang juga ingin mendaratkan hantaman di wajah tamunya."Jangan, Greg. Dia terjangkit HIV. Lebih baik hati-hati."Kata-kata itu membuat Gregory mundur dan menghela nafasnya. Sepertinya, ia memang tidak boleh berbuat tindakan kekerasan lagi. Kepalanya menggeleng dan ia menyerahkan keputusan pada Fred yang menepuk pundaknya. Tampak bibir adiknya memberikan senyuman kecut padanya."Biar aku yang membereskannya. Hal ini tidak akan pernah selesai kalau dilanjutkan dengan kekerasan.""Enak saja kau ngomong begitu! Kau sudah puas karena telah menghajarnya, Frederick!"Kembali Fred menepuk pundak Gregory. "Sudahlah. Aku cukup khilaf tadi."Kedua
= Apartemen Gregory & Lily =Suara pintu yang tertutup membuat Lily menongolkan kepalanya dari dapur. "Greg? Kamu datang?""Yes, baby. Aku sudah pulang." Gregory menggantungkan mantelnya ke lemari dan menyimpan ranselnya.Langkah pria itu membawanya ke dapur. "Kamu masak apa?"Raut Lily tampak bersalah dan ia meringis. "Maaf, aku tidak memasak. Aku hanya menghangatkannya saja. Tapi aku pulang dari rumah sudah cukup sore, dan tidak sempat kalau masak."Memeluk isterinya, Gregory memberinya ciuman sayang. "Tidak masalah, Red. Asal jangan membuatmu capek saja, aku tidak masalah memakan masakan jadi."Bibir wanita itu mencium suaminya beberapa kali dan menariknya ke meja makan."Hanya sekali saja. Aku janji, kalau nanti rumah kita sudah jadi, aku akan memasak makanan enak untukmu."Pria itu terkekeh dan keduanya mulai menikmati makan malam mereka. Setelahnya, pasangan itu bersantai di ruang keluarga sambil menonton
= Kantor konsultan Ashley & associates. Kota SD ="Bagaimana kabarmu?""Saya baik-baik saja. Terima kasih sudah bertanya, Tuan Rothschild."Jawaban yang tulus itu membuat Maverick mengerjap. Ia menatap sosok anaknya yang terlihat jauh lebih lembut dan lebih positif dibanding tahun kemarin. Sangat jelas, pria itu bahagia dengan kehidupannya.Pria baya itu menghela nafasnya dalam. Matanya menelusuri sejumlah orang yang tampak lalu-lalang di luar ruangan kantor Gregory yang berjendela kaca. Semua orang tampak sibuk, mencerminkan cukup banyak project yang diterima konsultan akhir-akhir ini. Dalam hatinya, Maverick merasa bangga untuk anaknya."Aku tidak melihat isterimu. Dia tidak datang hari ini?"Suara rendah Gregory terdengar melembut samar. "Lily sedang ada di rumah kami, mengurus interior-nya."Kepala Maverick berpaling dan memandang anaknya. "Kalian sudah punya rumah sendiri?""Baru saja jadi, tapi interiornya