Pagi itu terasa sedikit dingin dan mencekam untuk Dexter. Eve tidak memandangnya sama sekali saat berada di meja makan. Seandainya dia bisa memandang mata itu sekali saja, mungkin dia bisa mengira-ngira apa yang terjadi.
Untungnya Dexter masih bisa mendengar suara Eve yang bersenda gurau dengan neneknya. Aze tidak ikut makan pagi hari ini. Bukan tidak ikut, hanya sedikit tertunda, karena Aze ingin sarapan dengan jus alpukat. Dan untuk pertama kalinya, Eve lupa membeli alpukat tadi pagi karena alpukat terakhir dihabiskan oleh Aze tadi malam. Jadi saat sarapan dimulai, Eve harus meminta salah satu pelayan membeli alpukat di toserba dekat rumah Evita.
Dexter merasa tidak nyaman, apakah mungkin semalam dia ketahuan Eve sedang memeluk dan mencium puncak kepalanya. Dia masih ingat Ana mengatakan Eve merasa tidak nyaman dengan pria yang memujanya. Kalau pun itu memang yang terjadi, Dexter bisa membela dirinya. Dexter berbeda dari semua pria itu, dia suaminya, jadi semua
“Bisakah kita membesuk Felix setelah kita pulang kerja?”Dexter mengerutkan keningnya sambil terus memperhatikan jalanan di depannya. Baru saja Eve mengetahui Felix yang sakit, dia sudah minta mengunjungi Felix. Hanya karena Felix yang sakit? Aneh, dari semalam sampai tadi pagi Eve tidak meminta mengunjungi teman Dexter yang sedang sakit. Begitu nama Felix disebutkan, senyum Eve langsung muncul kembali dan minta bertemu.“Ex, kamu dengar kan?”“Iya. Dia nggak bisa dijenguk.”“Kenapa?”‘Soalnya aku nggak mau kamu melakukan itu!’“Dia malu.”“Kita kunjungi kalau dia sudah pulang ke rumah ya?” sahut Eve santai.“Dia nggak mau dikunjungi di rumahnya.”“Felix aneh. Sepertinya dia dulu nggak begitu.”Mereka memang sudah setuju bahwa mereka akan menjadi teman dalam perkawinan ini. Tetapi apakah pantas Eve
Eve baru bisa mendapatkan janji temu untuk latihan senam hamil Aze sore ini. Usia kandungan Aze sudah memasuki minggu ke 30, hampir 7 bulan. Eve sudah menunda niatnya selama sebulan karena permintaan Aze. Aze malu bertemu banyak orang dengan perut besarnya dan Eve memakluminya.Eve terus mencari dan bernegosiasi dengan dokter kandungan Eve agar bisa mendapatkan ijin spesial untuk latihan senam hamil di rumah saja. Eve beralasan kondisi psikis Aze yang belum bisa menerima kenyataan kehamilannya itu patut dipertimbangkan.Setelah sebulan, dokter itu menyerah dan membuatkan janji temu dengan bidan yang melatihnya. Bidannya juga pasti senang karena Eve bersedia membayar lebih mahal. Latihan akan dilakukan seminggu sekali di rumah, sayangnya harus pada hari kerja, tepatnya hari setiap hari Kamis.Senam hamil bisa dilakukan sendirian, di dalam atau di luar ruangan. Setidaknya kekhawatiran Eve berkurang karena dia tidak mendapatkan jalan untuk meminta Dexter membantuny
Dexter melepaskan jasnya dan menyampirkan jas itu di kursi kantornya. Tamunya akan segera datang dan dia tidak suka. Kalau bukan urusan kerja, Dexter memilih pergi saja meninggalkan kantornya. Tetapi dia harus tetap profesional kalau tidak ingin merasa malu pada Eve dan ayah mertuanya. “Bapak Martin sudah di sini. Dia nunggu di ruang rapat,” kata Felix. “Kamu ke sana aja sekalian ikut rapat,” sahut Dexter. Felix jadi ingin tertawa melihat sahabatnya memasang muka tidak suka, setengah memelas memintanya ikut. Dia tidak butuh penjelasan, muka Dexter itu adalah wajah orang yang tidak mau ketemu seseorang. “Ketemu kamu dulu baru ketemu kita. Katanya orang di kantor pusat, Martin sudah ketemu sama perwakilan Grup Asterix dan Wongso pusat minggu lalu jadi tinggal lanjut sama kita.” Dexter menarik napasnya. Dulu dia senang sekali kalau dihadapkan dengan Martin, sangat menantang, saling unjuk gigi memperlihatkan apa yang mereka punya. Tetapi sekarang di
Pagi ini Eve hanya menghangatkan soto ayam yang sudah dibuatnya sejak kemarin malam. Hari ini Eve sangat sibuk jadi lebih baik memasak yang praktis meskipun makan waktu lama. Dia hanya perlu menyiapkan bihun dan telur rebus. Koya yang ada sudah dibelinya beberapa hari yang lalu.“Oma, bisa panggilkan orang untuk membersihkan bagian dalam kasur di kamarku?”“Oma sudah bersihkan seminggu sebelum kamu datang, Lin.”“Kalau begitu nanti waktu aku kerja, mereka bisa datang membersihkan lagi.”“Oh, baiklah, Oma panggil mereka nanti. Apa ada yang perlu Oma sampaikan ke mereka?”“Tidak. Yang sebelumnya mungkin kurang bersih, Oma.”“Kenapa kamu bilang begitu, Lin?”“Leherku merah-merah, ini digigit kutu, Oma,” kata Eve. Dia mengangkat rambutnya dan menggulungnya lalu menjepitnya di kepalanya. Dia menunjuk lehernya dan berkata, “Lihat, Oma, leherku.”
7 Juli 2018“Eve, punggungku sakit,” kata Aze setengah merintih. Eve sedang memijat kakinya, lalu mulai berpindah memijat punggung Aze. Eve mengingat seminggu ini Aze sering mengeluh sering mulas dan punggungnya terasa mau patah. Perutnya memang makin besar.“Apakah lebih sakit daripada sebelumnya? Katakan padaku kalau sakitnya mulai ya,” sahut Eve.“Ini, Eve,” kata Aze yang tengah meringis kesakitan.Eve menghitung berapa menit sakitnya dan meraba perut Aze. Dia memang belum pernah hamil dan melahirkan tetapi Eve selalu memperhatikan kata-kata dokter kandungan Aze. Mungkinkah ini sakit akan melahirkan? Tetapi tanggal perkiraan persalinan Aze masih 1 bulan lagi.“Eve, ini terlalu sakit. Rasanya sampai di bawah sini,” kata Aze sambil menunjuk bagian bawah panggulnya. Satu menit 10 detik, ini kontraksi yang terlalu lama, perut Aze jadi keras seperti papan.Eve mengerti perasaan tidak enak yang se
Eve pasrah dengan apa yang terjadi, sedari awal memang dia tidak berharap Aze akan merawat Daniel. Itu sudah berpindah menjadi tanggung jawab Eve begitu bayi mungil itu lahir ke dunia. Tetapi Aze sama sekali tidak memandang bayinya seakan dia sudah ‘selesai’ dengannya, itu membuat Eve sedih. Eve yang sibuk dengan Daniel dan pekerjaannya tidak begitu memperhatikan Aze yang masih dirawat di rumah sakit setelah operasi Caesar yang terpaksa dilakukan. Mereka tidak memiliki banyak waktu untuk mengobrol. Neneknya meluangkan waktu lebih banyak di rumah sakit dibandingkan Eve. Boks bayi yang terletak di samping Aze pun hanya didatangi oleh pengasuh yang disewa oleh Evita. Entah bayi itu menangis atau tertawa, Aze tidak terlihat tertarik untuk melihatnya. Tetapi satu hal yang membuat Eve merasa lega adalah Aze yang tampak bersemangat dan bergairah. Cahaya Aze yang bertumpu pada keceriaan masa muda dan kecantikannya sudah kembali. Saat Eve menawarkan untuk memba
Sejujurnya Eve masih takut memegang tangan Daniel yang begitu kecil apalagi memeluk tubuhnya. Tubuh itu begitu rapuh dan bisa remuk. Makanya kalau ada berita ibu membuang anak atau orang membunuh bayi, Eve lebih mudah emosi. Yang rapuh itu harus dilindungi bukan dibuang atau dicelakai. Sepasang tangan dan kaki mungil itu kadang menghentak-hentak dengan aktif jika bayi itu sudah bangun, apalagi kalau sedang kelaparan. Eve membuat cetak tangan dan kaki Daniel, dengan foto saat baru lahir dan dibingkai dengan pigura. Tangan yang mengepal itu mungkin tangan yang sama yang sering ber-tos ria dengan Eve berlapiskan kulit dan otot perut Aze. Maya memasak air untuk air mandi Daniel. Eve tidak mencampur air panas dengan air dingin untuk mandinya Daniel. Daniel mandi memakai air panas itu yang sudah diangin-anginkan sampai menjadi hangat. Bayi itu masih tidur dengan nyenyak, bisa dibilang 80% waktunya hanya untuk tidur, sisanya untuk minum susu, mengompol dan menangis.
Dexter sudah tidak sabar untuk pulang ke Singapura. Tunggu sebentar, dia salah, pulang itu ke Jakarta, berlibur baru ke Singapura. Tetapi sekarang jadi beda. Pulang harus ke Singapura, atau ke mana saja, di mana Lovie-nya berada. Awalnya pekerjaan yang diberikan Aksa, ayah Dexter, itu terdengar lebih sederhana. Tiga hari saja, targetnya sudah selesai. Dexter mengiyakan, hanya 3 hari tanpa Eve, dia akan baik-baik saja. Memang 3 hari selesai tetapi ayahnya memberikan tugas lain. Dexter ingin menolaknya, mentah-mentah kalau bisa, tetapi tidak bisa. Ayahnya bukan orang yang menerima alasan begitu saja, mengoreknya sampai kehabisan jawaban lalu ujung-ujungnya tetap saja harus dikerjakan. Sama seperti nasib perjodohannya dengan Eve. Nah, kalau sekarang dia menolak pekerjaan dari ayahnya karena makhluk yang ditolaknya dulu, ayahnya akan tertawa sambil mengejeknya. Lalu ayahnya dengan tega akan menyebarkan berita itu pada besannya, ayah Eve, Papa Erick. Jadi ayahnya