Suasana di restoran itu tidak kunjung sepi meski jam sudah menunjukkan jam 8 lebih. Pelanggan datang silih berganti datang menempati meja yang baru ditinggalkan pelanggan sebelumnya. Mereka berempat sekarang berjalan menuju tempat parkir mobil mereka.
Eve dan Ana berjalan sejajar membiarkan kedua pria itu berjalan di belakang mereka dengan jarak dekat. Jalanan tidak terlalu ramai tetapi angin yang bertiup itu terasa enak.
“Jadi gimana kalian ketemu?” tanya Dexter. Lebih baik bertanya pada Ari dan Ana daripada bertanya pada Eve. Sampai saat ini mereka tidak pernah membicarakan teman atau mantan kekasih mereka satu sama lain.
“Ariana itu teman sekolahku, junior high school.”
“Kita semua orang Indonesia, tapi kami masih betah tinggal dan kerja di sini. Ketemu mulai grade 7. Grade 10 Eve kembali ke Indonesia. We all sad, we’ve missed you,” kata Ana. Eve memeluknya.
“Lalu grade 12, Eve kembali lagi ke sini
22 Mei 2018Evita merasa waktu berjalan sangat cepat dengan kehadiran ketiga orang yang sementara ini tinggal di rumahnya. Bukannya dia kesepian tinggal sendiri bersama para pelayan, hidupnya cukup berwarna dengan beberapa teman dan kenalan, tetapi ketiga orang itu menambah nuansa dalam hidupnya.Eve yang tenang, bahkan terlalu tenang sampai tidak menyadari ada jeratan yang disediakan untuknya. Dexter yang ragu dengan perasaannya tetapi tetap enggan lepas dari jeratan yang dibuatnya sendiri karena yang dijerat tak kunjung mengerti. Jangan lupakan Aze yang mulai tenang karena mempercayai dirinya bisa bangkit dari keterpurukan yang diciptakan tanpa berpikir. Itu bukan cinta segitiga, hanya dari dua sisi tetapi garisnya tidaklah lurus, agak berliku. Hanya saja semua masih jalan di tempat.Dua setengah bulan sudah berlalu sejak mereka tinggal di rumah Evita, hanya berbeda satu minggu, Aze datang lebih dulu. Kandungan Aze sudah mencapai 6.5 bulan, lebih tepatnya 29 m
Telpon dari Felix di malam hari membuat Dexter harus menyetir secepat yang dia bisa ke kamar sewaan Felix untuk menjemputnya. Temannya itu perlu ke rumah sakit secepatnya. Suara Felix kedengaran tidak enak di telinga Dexter, lemah dan menahan sakit. Sangat mengkhawatirkan. Felix sudah tidak sanggup untuk memesan taksi dan keluar dari kamarnya untuk menunggu taksi datang. Dia tidak cukup percaya diri ada taksi yang mau untuk masuk ke dalam kamarnya, bisa-bisa mereka curiga akan dirampok. Dexter sempat menawarkan ambulans saja, tetapi dia mengerti Felix merasa tidak nyaman. Sakit di negara yang asing baginya, dia butuh seorang teman. Saat itu, dia sadar harus membantu Felix secepatnya. Dia berpamitan pada Eve dengan singkat dan segera berangkat menjemput Felix. Sedikit kecewa karena Eve terlihat tidak peduli, hanya mengangguk dan berkata agar Dexter berhati-hati. Eve tidak bertanya siapa nama temannya, di mana temannya tinggal atau kapan dia akan pulang. Itu bu
Eve sudah membalik-balik tubuhnya puluhan kali atau bisa jadi sudah ratusan kali, dia tidak menghitung lagi. Telentang, tengkurap, miring ke kanan, miring ke kiri, kaki di atas bantal, kepala tanpa bantal, kepala berganjal bantal, menutup kepalanya dengan bantal, sepertinya dia sudah mencoba hampir semua gaya tidur. Hitung juga sekalian dengan beberapa kombinasi dari gaya-gaya tadi. Ini tidur dengan gaya terbanyak dalam hidupnya.Eve juga sudah meminum habis satu gelas coklat hangat buatan neneknya. Biasanya dia akan tertidur karena merasa hangat dan mungkin saja karena merasa kenyang. Dia sudah merasakan tubuhnya hangat dan kenyang juga tetapi tetap saja tidak bisa tidur.Apa mungkin karena Dexter tidak ada di kamar yang sama dengannya sekarang menjadi penyebab dia tidak bisa tidur? Oh, please, Eve menyadari dengan pasti dia bukan tipe perempuan yang biasa bermanja-manja atau harus ditemani. Jadi pasti bukan karena itu!Tetapi memang saat tidak melihat Dexter y
Pagi itu terasa sedikit dingin dan mencekam untuk Dexter. Eve tidak memandangnya sama sekali saat berada di meja makan. Seandainya dia bisa memandang mata itu sekali saja, mungkin dia bisa mengira-ngira apa yang terjadi.Untungnya Dexter masih bisa mendengar suara Eve yang bersenda gurau dengan neneknya. Aze tidak ikut makan pagi hari ini. Bukan tidak ikut, hanya sedikit tertunda, karena Aze ingin sarapan dengan jus alpukat. Dan untuk pertama kalinya, Eve lupa membeli alpukat tadi pagi karena alpukat terakhir dihabiskan oleh Aze tadi malam. Jadi saat sarapan dimulai, Eve harus meminta salah satu pelayan membeli alpukat di toserba dekat rumah Evita.Dexter merasa tidak nyaman, apakah mungkin semalam dia ketahuan Eve sedang memeluk dan mencium puncak kepalanya. Dia masih ingat Ana mengatakan Eve merasa tidak nyaman dengan pria yang memujanya. Kalau pun itu memang yang terjadi, Dexter bisa membela dirinya. Dexter berbeda dari semua pria itu, dia suaminya, jadi semua
“Bisakah kita membesuk Felix setelah kita pulang kerja?”Dexter mengerutkan keningnya sambil terus memperhatikan jalanan di depannya. Baru saja Eve mengetahui Felix yang sakit, dia sudah minta mengunjungi Felix. Hanya karena Felix yang sakit? Aneh, dari semalam sampai tadi pagi Eve tidak meminta mengunjungi teman Dexter yang sedang sakit. Begitu nama Felix disebutkan, senyum Eve langsung muncul kembali dan minta bertemu.“Ex, kamu dengar kan?”“Iya. Dia nggak bisa dijenguk.”“Kenapa?”‘Soalnya aku nggak mau kamu melakukan itu!’“Dia malu.”“Kita kunjungi kalau dia sudah pulang ke rumah ya?” sahut Eve santai.“Dia nggak mau dikunjungi di rumahnya.”“Felix aneh. Sepertinya dia dulu nggak begitu.”Mereka memang sudah setuju bahwa mereka akan menjadi teman dalam perkawinan ini. Tetapi apakah pantas Eve
Eve baru bisa mendapatkan janji temu untuk latihan senam hamil Aze sore ini. Usia kandungan Aze sudah memasuki minggu ke 30, hampir 7 bulan. Eve sudah menunda niatnya selama sebulan karena permintaan Aze. Aze malu bertemu banyak orang dengan perut besarnya dan Eve memakluminya.Eve terus mencari dan bernegosiasi dengan dokter kandungan Eve agar bisa mendapatkan ijin spesial untuk latihan senam hamil di rumah saja. Eve beralasan kondisi psikis Aze yang belum bisa menerima kenyataan kehamilannya itu patut dipertimbangkan.Setelah sebulan, dokter itu menyerah dan membuatkan janji temu dengan bidan yang melatihnya. Bidannya juga pasti senang karena Eve bersedia membayar lebih mahal. Latihan akan dilakukan seminggu sekali di rumah, sayangnya harus pada hari kerja, tepatnya hari setiap hari Kamis.Senam hamil bisa dilakukan sendirian, di dalam atau di luar ruangan. Setidaknya kekhawatiran Eve berkurang karena dia tidak mendapatkan jalan untuk meminta Dexter membantuny
Dexter melepaskan jasnya dan menyampirkan jas itu di kursi kantornya. Tamunya akan segera datang dan dia tidak suka. Kalau bukan urusan kerja, Dexter memilih pergi saja meninggalkan kantornya. Tetapi dia harus tetap profesional kalau tidak ingin merasa malu pada Eve dan ayah mertuanya. “Bapak Martin sudah di sini. Dia nunggu di ruang rapat,” kata Felix. “Kamu ke sana aja sekalian ikut rapat,” sahut Dexter. Felix jadi ingin tertawa melihat sahabatnya memasang muka tidak suka, setengah memelas memintanya ikut. Dia tidak butuh penjelasan, muka Dexter itu adalah wajah orang yang tidak mau ketemu seseorang. “Ketemu kamu dulu baru ketemu kita. Katanya orang di kantor pusat, Martin sudah ketemu sama perwakilan Grup Asterix dan Wongso pusat minggu lalu jadi tinggal lanjut sama kita.” Dexter menarik napasnya. Dulu dia senang sekali kalau dihadapkan dengan Martin, sangat menantang, saling unjuk gigi memperlihatkan apa yang mereka punya. Tetapi sekarang di
Pagi ini Eve hanya menghangatkan soto ayam yang sudah dibuatnya sejak kemarin malam. Hari ini Eve sangat sibuk jadi lebih baik memasak yang praktis meskipun makan waktu lama. Dia hanya perlu menyiapkan bihun dan telur rebus. Koya yang ada sudah dibelinya beberapa hari yang lalu.“Oma, bisa panggilkan orang untuk membersihkan bagian dalam kasur di kamarku?”“Oma sudah bersihkan seminggu sebelum kamu datang, Lin.”“Kalau begitu nanti waktu aku kerja, mereka bisa datang membersihkan lagi.”“Oh, baiklah, Oma panggil mereka nanti. Apa ada yang perlu Oma sampaikan ke mereka?”“Tidak. Yang sebelumnya mungkin kurang bersih, Oma.”“Kenapa kamu bilang begitu, Lin?”“Leherku merah-merah, ini digigit kutu, Oma,” kata Eve. Dia mengangkat rambutnya dan menggulungnya lalu menjepitnya di kepalanya. Dia menunjuk lehernya dan berkata, “Lihat, Oma, leherku.”