Restoran Baba Kong terletak di Orchard Road, agak ke ujung jalan, agak jauh dari stasiun MRT tempat Eve turun. Suasananya masih ramai, ini sudah biasa pada jam makan malam. Meja-meja hampir terisi penuh, untung teman-teman Eve sudah tiba duluan.
Eve melambaikan tangan pada sepasang pria dan wanita yang duduk berdampingan itu.
“Reveline Daveno! Beib, tambah cantik aja!” seru wanita itu kegirangan.
“Kamu juga, Ana!” balas Eve. Mereka berpelukan.
“Aku juga mau dipeluk!” sahut pria itu.
“Gabung, Ari!” seru Eve. Mereka bertiga jadi berpelukan.
“Berhenti ah, berasa jadi teletubbies,” sahut Eve tertawa.
“Minus antenna, beib.”
“Wah, gawat, sinyalnya terhambat gara-gara antenanya ketinggalan!”
Mereka tertawa. Masa-masa sekolah itu memang menyenangkan, membawa kegilaan itu kembali.
“Lama amat! Bosen nungguin kamu!” protes Ana.
Suasana di restoran itu tidak kunjung sepi meski jam sudah menunjukkan jam 8 lebih. Pelanggan datang silih berganti datang menempati meja yang baru ditinggalkan pelanggan sebelumnya. Mereka berempat sekarang berjalan menuju tempat parkir mobil mereka.Eve dan Ana berjalan sejajar membiarkan kedua pria itu berjalan di belakang mereka dengan jarak dekat. Jalanan tidak terlalu ramai tetapi angin yang bertiup itu terasa enak.“Jadi gimana kalian ketemu?” tanya Dexter. Lebih baik bertanya pada Ari dan Ana daripada bertanya pada Eve. Sampai saat ini mereka tidak pernah membicarakan teman atau mantan kekasih mereka satu sama lain.“Ariana itu teman sekolahku, junior high school.”“Kita semua orang Indonesia, tapi kami masih betah tinggal dan kerja di sini. Ketemu mulai grade 7. Grade 10 Eve kembali ke Indonesia. We all sad, we’ve missed you,” kata Ana. Eve memeluknya.“Lalu grade 12, Eve kembali lagi ke sini
22 Mei 2018Evita merasa waktu berjalan sangat cepat dengan kehadiran ketiga orang yang sementara ini tinggal di rumahnya. Bukannya dia kesepian tinggal sendiri bersama para pelayan, hidupnya cukup berwarna dengan beberapa teman dan kenalan, tetapi ketiga orang itu menambah nuansa dalam hidupnya.Eve yang tenang, bahkan terlalu tenang sampai tidak menyadari ada jeratan yang disediakan untuknya. Dexter yang ragu dengan perasaannya tetapi tetap enggan lepas dari jeratan yang dibuatnya sendiri karena yang dijerat tak kunjung mengerti. Jangan lupakan Aze yang mulai tenang karena mempercayai dirinya bisa bangkit dari keterpurukan yang diciptakan tanpa berpikir. Itu bukan cinta segitiga, hanya dari dua sisi tetapi garisnya tidaklah lurus, agak berliku. Hanya saja semua masih jalan di tempat.Dua setengah bulan sudah berlalu sejak mereka tinggal di rumah Evita, hanya berbeda satu minggu, Aze datang lebih dulu. Kandungan Aze sudah mencapai 6.5 bulan, lebih tepatnya 29 m
Telpon dari Felix di malam hari membuat Dexter harus menyetir secepat yang dia bisa ke kamar sewaan Felix untuk menjemputnya. Temannya itu perlu ke rumah sakit secepatnya. Suara Felix kedengaran tidak enak di telinga Dexter, lemah dan menahan sakit. Sangat mengkhawatirkan. Felix sudah tidak sanggup untuk memesan taksi dan keluar dari kamarnya untuk menunggu taksi datang. Dia tidak cukup percaya diri ada taksi yang mau untuk masuk ke dalam kamarnya, bisa-bisa mereka curiga akan dirampok. Dexter sempat menawarkan ambulans saja, tetapi dia mengerti Felix merasa tidak nyaman. Sakit di negara yang asing baginya, dia butuh seorang teman. Saat itu, dia sadar harus membantu Felix secepatnya. Dia berpamitan pada Eve dengan singkat dan segera berangkat menjemput Felix. Sedikit kecewa karena Eve terlihat tidak peduli, hanya mengangguk dan berkata agar Dexter berhati-hati. Eve tidak bertanya siapa nama temannya, di mana temannya tinggal atau kapan dia akan pulang. Itu bu
Eve sudah membalik-balik tubuhnya puluhan kali atau bisa jadi sudah ratusan kali, dia tidak menghitung lagi. Telentang, tengkurap, miring ke kanan, miring ke kiri, kaki di atas bantal, kepala tanpa bantal, kepala berganjal bantal, menutup kepalanya dengan bantal, sepertinya dia sudah mencoba hampir semua gaya tidur. Hitung juga sekalian dengan beberapa kombinasi dari gaya-gaya tadi. Ini tidur dengan gaya terbanyak dalam hidupnya.Eve juga sudah meminum habis satu gelas coklat hangat buatan neneknya. Biasanya dia akan tertidur karena merasa hangat dan mungkin saja karena merasa kenyang. Dia sudah merasakan tubuhnya hangat dan kenyang juga tetapi tetap saja tidak bisa tidur.Apa mungkin karena Dexter tidak ada di kamar yang sama dengannya sekarang menjadi penyebab dia tidak bisa tidur? Oh, please, Eve menyadari dengan pasti dia bukan tipe perempuan yang biasa bermanja-manja atau harus ditemani. Jadi pasti bukan karena itu!Tetapi memang saat tidak melihat Dexter y
Pagi itu terasa sedikit dingin dan mencekam untuk Dexter. Eve tidak memandangnya sama sekali saat berada di meja makan. Seandainya dia bisa memandang mata itu sekali saja, mungkin dia bisa mengira-ngira apa yang terjadi.Untungnya Dexter masih bisa mendengar suara Eve yang bersenda gurau dengan neneknya. Aze tidak ikut makan pagi hari ini. Bukan tidak ikut, hanya sedikit tertunda, karena Aze ingin sarapan dengan jus alpukat. Dan untuk pertama kalinya, Eve lupa membeli alpukat tadi pagi karena alpukat terakhir dihabiskan oleh Aze tadi malam. Jadi saat sarapan dimulai, Eve harus meminta salah satu pelayan membeli alpukat di toserba dekat rumah Evita.Dexter merasa tidak nyaman, apakah mungkin semalam dia ketahuan Eve sedang memeluk dan mencium puncak kepalanya. Dia masih ingat Ana mengatakan Eve merasa tidak nyaman dengan pria yang memujanya. Kalau pun itu memang yang terjadi, Dexter bisa membela dirinya. Dexter berbeda dari semua pria itu, dia suaminya, jadi semua
“Bisakah kita membesuk Felix setelah kita pulang kerja?”Dexter mengerutkan keningnya sambil terus memperhatikan jalanan di depannya. Baru saja Eve mengetahui Felix yang sakit, dia sudah minta mengunjungi Felix. Hanya karena Felix yang sakit? Aneh, dari semalam sampai tadi pagi Eve tidak meminta mengunjungi teman Dexter yang sedang sakit. Begitu nama Felix disebutkan, senyum Eve langsung muncul kembali dan minta bertemu.“Ex, kamu dengar kan?”“Iya. Dia nggak bisa dijenguk.”“Kenapa?”‘Soalnya aku nggak mau kamu melakukan itu!’“Dia malu.”“Kita kunjungi kalau dia sudah pulang ke rumah ya?” sahut Eve santai.“Dia nggak mau dikunjungi di rumahnya.”“Felix aneh. Sepertinya dia dulu nggak begitu.”Mereka memang sudah setuju bahwa mereka akan menjadi teman dalam perkawinan ini. Tetapi apakah pantas Eve
Eve baru bisa mendapatkan janji temu untuk latihan senam hamil Aze sore ini. Usia kandungan Aze sudah memasuki minggu ke 30, hampir 7 bulan. Eve sudah menunda niatnya selama sebulan karena permintaan Aze. Aze malu bertemu banyak orang dengan perut besarnya dan Eve memakluminya.Eve terus mencari dan bernegosiasi dengan dokter kandungan Eve agar bisa mendapatkan ijin spesial untuk latihan senam hamil di rumah saja. Eve beralasan kondisi psikis Aze yang belum bisa menerima kenyataan kehamilannya itu patut dipertimbangkan.Setelah sebulan, dokter itu menyerah dan membuatkan janji temu dengan bidan yang melatihnya. Bidannya juga pasti senang karena Eve bersedia membayar lebih mahal. Latihan akan dilakukan seminggu sekali di rumah, sayangnya harus pada hari kerja, tepatnya hari setiap hari Kamis.Senam hamil bisa dilakukan sendirian, di dalam atau di luar ruangan. Setidaknya kekhawatiran Eve berkurang karena dia tidak mendapatkan jalan untuk meminta Dexter membantuny
Dexter melepaskan jasnya dan menyampirkan jas itu di kursi kantornya. Tamunya akan segera datang dan dia tidak suka. Kalau bukan urusan kerja, Dexter memilih pergi saja meninggalkan kantornya. Tetapi dia harus tetap profesional kalau tidak ingin merasa malu pada Eve dan ayah mertuanya. “Bapak Martin sudah di sini. Dia nunggu di ruang rapat,” kata Felix. “Kamu ke sana aja sekalian ikut rapat,” sahut Dexter. Felix jadi ingin tertawa melihat sahabatnya memasang muka tidak suka, setengah memelas memintanya ikut. Dia tidak butuh penjelasan, muka Dexter itu adalah wajah orang yang tidak mau ketemu seseorang. “Ketemu kamu dulu baru ketemu kita. Katanya orang di kantor pusat, Martin sudah ketemu sama perwakilan Grup Asterix dan Wongso pusat minggu lalu jadi tinggal lanjut sama kita.” Dexter menarik napasnya. Dulu dia senang sekali kalau dihadapkan dengan Martin, sangat menantang, saling unjuk gigi memperlihatkan apa yang mereka punya. Tetapi sekarang di
“Kamu sudah mendapat 4 bulan cutimu, Eve. Kapan mau mulai kerja sungguhan?” tanya Erick. Sejak kehamilan Eve menginjak 8 bulan sampai Raven berusia 3 bulan, Eve mengerjakan semuanya dari rumah, kadang datang untuk rapat-rapat atau urusan penting lainnya, mungkin hanya 2-3 kali dalam seminggu. Tetapi Erick harus mengakui semua berjalan lancar di tangan Eve, seperti biasanya, tanpa cela. “Papa harus mulai memberikan Rana tanggung jawab yang lebih besar.” Adik lelaki Eve sudah datang dari Amerika Serikat 6 bulan yang lalu dan Eve mengajarinya dengan telaten. Rana juga bukannya tidak berpengalaman karena dia juga bekerja di sebuah perusahaan rekanan Angkasa Wongso di New York sembari menyelesaikan kuliah S2-nya. Eve hanya memperkenalkan aturan dan cara kerja mereka di Asterix Grup karena Asterix lebih besar dan lebih luas. “Aku akan berikan, tetapi jabatanmu tetap sama, tidak bisa diisi orang lain. Makanya lahirkan anak lagi supaya keluarga kita akan makin besar.
Angin semilir di taman samping membuat Eve membetulkan roknya yang sedikit berkibar. Pinggiran rok itu dia selipkan di bawah pahanya yang sedang berada di atas kursi taman dari batu yang berbentuk kursi. Beberapa daun tampak berjatuhan, membuat rumputnya yang kehijauan berbercak kekuningan. Bunga-bunga di saat-saat seperti ini juga tumbuh bermekaran meskipun kebanyakan di antaranya selalu ada yang mekar tanpa mengenal waktu sepanjang tahun. Semalam hujan jadi tanah masih terlihat sedikit basah pagi ini dengan cuaca yang cukup hangat. Eve lebih suka cuaca lebih dingin dari ini karena dia juga malas kulitnya yang terlalu putih itu terasa seperti tersengat berada di bawah terik sinar matahari. Namun demi untuk menjemur Raven, dia rela membiarkan kulitnya terkena sinar matahari pukul 8 pagi yang katanya menyehatkan. Tanaman di taman ini semakin banyak dari hari ke hari. Maria terus saja menambahkan tanaman-tanaman hias dan berbagai macam bunga setiap kali d
Eve membuka kotak berpita seukuran kotak gaun di hadapannya itu saat pesta usai 30 menit yang lalu. Semua tamu sudah pulang meninggalkan tuan rumah dalam kelelahan dan kebahagiaan. Kotak berwarna perak itu adalah kado pemberian Dexter sebagai ucapan terima kasihnya sudah menemani hidupnya dalam 2 tahun ini. Itu waktu yang singkat, tetapi mengingat mereka memiliki sejarah percintaan yang cukup panjang, rasanya ini juga hadiahnya atas masuknya Eve kembali dalam relung hatinya dan kesediaan wanita itu kembali ke dalam hidupnya. Dexter sebenarnya sedang memperhatikan Eve yang memegang dan membuka kotak itu dengan perlahan seakan waktu berjalan dengan sangat lambat. Tetapi memang dia harus bersabar seperti Eve bersabar menghadapi dirinya dulu. Eve mengeluarkan kertas yang berada dalam balutan plastik yang membungkusnya, menjaga rapuhnya kertas itu. “Kamu seorang Wongso, Love.” Kertas yang mengubah nama Eve dengan tambahan nama Wongso di belakangnya sudah a
4 Maret 2020 Eve sedang duduk di meja riasnya. Lelah, itu yang dirasakannya. Senang, itu perasaannya. Seorang wanita muda berdiri di belakang Eve dan tersenyum. “Kamu cantik, Eve.” “Terima kasih. Perut ini makin berat dan aku makin sering lelah, Aze.” Kandungan Eve sudah menginjak usia 5 bulan. Aze mengangguk. Dia juga ingat betapa besar perutnya saat itu, hampir2 tahun lalu. Eve yang jarang mengeluh juga akhirnya meloloskan keluhan juga, tidak salah, menjadi wanita hamil itu tidak mudah. Seingat Aze, hanya Eve yang selalu ada bersamanya, meredakan semua keluhannya, melakukan semua keinginannya, tentu dengan syarat-syarat, Eve memang selalu licik begitu. “Pesta memang merepotkan untuk wanita hamil,”sahut Aze. “Lebih enak berkeliling mall?” tanya Eve sambil tersenyum. Aze tertawa lirih dan mengangguk. Mereka akan segera menghadiri pesta perayaan perkawinan Dexter dan Eve yang kedua. Eve keberatan sebenarnya, perutnya yang makin
Sudah sejak awal Aksa merasa bersalah menyembunyikan semua fakta tentang Rosalind dan Reveline dari wanita yang dianggap sebagai ibunya sendiri. Evita tidak memiliki hubungan darah dengan Aksa tetapi mereka sudah sangat dekat. Pelan-pelan Aksa menceritakan masalah Rosalind sampai kehadiran Reveline pada Evita setelah kematian Rosalind. Selama ini Rosalind yang melarang melibatkan Keluarga Daveno dalam hal apa pun untuk melindungi keluarga itu. Aksa sangat mengerti bagaimana sifat Evita, wanita tua yang keras namun penyayang dan cukup bijaksana menilai semua hal. Evita tidak menyalahkan siapa pun. Dia hanya menyesali jalan hidup anaknya dan wanita yang dicintainya berakhir seperti sekarang. Namun yang paling besar adalah penyesalannya terhadap Reveline yang tidak bisa menjadi seorang Daveno. Evita dan Albert datang mengunjungi Reveline setiap bulan, tidak ada seorang Daveno yang bisa disia-siakan, termasuk Reveline. Semua orang lupa memperhitungk
Dexter, anak kedua Diana, yang kala itu berumur hampir 4 tahun yang paling gembira dengan kabar itu. Dia paling suka menemani Rosalind ke mana pun sambil mengelus perut buncit bibinya itu. Selain menyukai calon anak Rosalind, Dexter juga sangat menyukai mata coklat keemasan Rosalind. “Cantik. Mata Tante Ros cantik,” kata Dexter dengan polosnya. Rosalind akan terkekeh mendengarnya. Di dalam keluarga Aksa memang tidak ada yang bermata coklat keemasan seperti Rosalind jadi wajar Dexter begitu terpikat. “Ini namanya warna amber, Ex. Nanti anak ini juga mempunyai mata seperti Tante,” sahut Rosalind geli. Warna mata Rosalind didapatnya dari sang ibu yang berasal dari Italia. Mata Erick dan mata Rosalind yang coklat pasti akan menurun pada anaknya. Rosalind sangat menyayangi Dexter sampai memberikan nama panggilan kesayangan padanya dan rajin mendengarkan ocehan bocah berumur 4 tahun itu. “Berarti anak Tante nanti pasti cantik,” celoteh Dexter lagi. “Bisa ju
Hubungan keempat manusia itu memang amatlah rumit dan sulit untuk dijelaskan. Erick yang mencintai Rosalind malah berakhir menikahi Rita. Raja yang mencintai Rita malah berakhir menikahi Rosalind. Entah bagaimana kisah mereka penuh drama yang memilukan bisa berakhir seperti itu. Namun mereka belum tahu saja kalau itu barulah sebuah permulaan dari skandal yang lebih besar lagi. Erick tidak sepenuhnya jatuh dalam pesona seorang Amrita Adira yang cantik dan lemah lembut. Meskipun sudah menikah, dia tidak pernah menyentuh Rita yang setia menunggunya berpaling kepadanya. Rita juga mengetahui siapa yang dicintai Erick tetapi dia juga tidak keberatan untuk menunggu entah sampai kapan, waktu memang tidak bertepi untuk Rita. Raja pun tidak berbeda, dia masih belum jatuh sepenuhnya dalam pesona Rosalind yang memiliki jiwa pemberontak, tetapi bedanya Raja menyetubuhi Rosalind berkali-kali meskipun wanita itu juga berkali-kali menolak. Keras kepalanya Rosalind membuat Raja berte
Darwin menolak untuk merasa cemas akan tertangkap lagi. Untung didikan ayahnya membuat dia bisa mengendalikan emosi dalam berbagai suasana hati, jadi mudah saja untuk membohongi orang tua Eve dan Dexter yang tampaknya makin solid saja. Tetapi Eve adalah salah satu orang yang bisa membaca emosi Darwin di balik wajah tenangnya. Jadi Eve akan mudah sekali menangkap kecemasannya, yang untungnya masih tidur lelap. Tekanan jiwanya pasti terlalu banyak karena rupanya Eve lolos juga dari pengawasannya untuk mencari tahu tentang skandal kelahirannya yang mengejutkan. Kesalahan Eve yang jelas adalah informasi itu dipresentasikan dalam benaknya tanpa bicara pada saksi yang mengalaminya, mereka adalah orang tua Eve dan Dexter. Darwin berusaha menghalau orang tua Eve dan Dexter masuk ke dalam ruangan. “Eve belum bisa dikunjungi. Jangan khawatir, kami akan terus pantau. Nanti semua bisa masuk kalau dia sudah sadar.” Darwin bernapas lega karena tidak ada satu pun yang menya
Eve mematikan sambungan telponnya. Masih berusaha menarik napas dan menormalkan debaran jantungnya. Berpikirlah, Eve! Jangan memiliki perasaan apa pun, Eve! Perintah-perintah itu dibuat Eve untuk dirinya sendiri. Akhir-akhir ini dia sering sekali menggunakan perasaannya saat berpikir. Dia ingat benar kata-kata pria yang dia mintai keterangan, “Reveline Andrea Wongso lahir pada tanggal 5 Maret 1990, anak dari pasangan Angkasa Wongso dan Diana Hadis Wongso. Ini out of the record, Ibu Eve. Di berkas ini tertulis kalau Erickho Daveno berhasil membuktikan Reveline sebagai anaknya jadi akte kelahiran bisa berubah. Buktinya dengan test DNA.” Sebelumnya Eve memang tidak bertanya soal akte kelahirannya yang lama, dia hanya bisa bertanya soal pergantian namanya keluarga pada akte kelahirannya lewat sidang. Pria yang diajaknya bicara barusan dulu mengatakan kalau berkas Eve tidak lengkap. Eve mengabaikan instingnya kala itu, mengabaikan kalau pria itu menutupi sesuatu. Ja