26 April 2019
Butuh waktu hampir 3 minggu untuk Dexter berpikir sampai dia memutuskan untuk memikirkan dan melakukan saran dari Darwin. Masalahnya dia tidak bisa bercerita pada Eve atau siapa pun jadi proses berpikirnya menjadi makin lambat saja.
Tetapi 3 minggu itu diisinya dengan check kesehatan reproduksinya, dia merasa ada sesuatu yang salah dengan Eve yang tidak kunjung hamil. Hasilnya dia cukup mampu membuat Eve hamil berkali-kali, itu istilah yang dipakai Darwin untuknya.
Dexter sangat mengenal Eve yang suka sekali memiliki rencana di dalam otaknya tanpa memberitahunya. Bagaimana jika salah satu rencana itu adalah tidak memiliki anak dengan Dexter? Meskipun rencana Eve kadang menyakiti Dexter tetapi tujuannya pasti membuat Dexter dan Daniel bertahan di sisinya juga. Jadi kalau dia mengetahui Eve memang memiliki rencana, dia tidak yakin apakah dia bisa marah soal itu.
Dexter menyusun semua bukti di dalam otaknya, dia hampir mengambil satu kesimp
Terima kasih sudah membaca novel ini. Semoga kalian suka. Hug and kiss, Josie.
Erick tidak pernah melihat Eve yang seperti saat ini. Eve yang biasanya selalu memperlihatkan wajah tanpa ekspresi itu sudah diganti wajah Eve yang geram. Matanya menyipit namun sorot mata berkilat keemasan tetap tajam menusuk hati Erick. Napasnya yang dalam itu seperti tertahan sehingga membuat wajahnya memerah. “Jelaskan soal ini, Pa!” desis Eve pada ayahnya. Tangannya memegang beberapa lembar kertas yang tampaknya dijempret menjadi satu. Dia menaruh kertas itu di depan Erick yang tampaknya tidak bergeming dari kursi. Erick masih saja bersandar pada kursinya. Erick mengambil kertas itu dengan malas. Tubuhnya maju sedikit dan dia hanya menggapai kertas itu dengan tangan panjangnya. Entah apa yang tertulis di kertas itu yang membuat Eve begitu marah. Matanya masih tetap memandang Eve dengan tenang sementara Eve juga memandangnya dengan sengit. “Dapat dari mana?” sahut Erick dingin. Kepalanya menunduk dan memandang sekilas pada kertas yang sudah ada di pangkua
Dexter tidak pulang ke Rumah Besar D malam itu dan dia hanya menghubungi Eve supaya istrinya tidak khawatir. Dengan alasan pulang terlambat dari tempat pertemuannya, Dexter lebih memilih menginap di rumahnya sendiri yang posisinya lebih dekat dari tempat pertemuan itu. Eve, seperti yang diduganya, tidak keberatan, hanya meminta video call sebelum Daniel tidur. Seharian ini sebenarnya Dexter hanya ke kantor sebentar untuk memanggil Ilham. Berdiam sebentar di kantornya untuk menyelesaikan beberapa berkas. Lalu dia pergi ke kantor managemen apartemennya untuk mengurus semua rekaman CCTV yang dibutuhkannya dibantu Felix. Siangnya Dexter sudah tidak bisa menahan dirinya untuk menemui Aze yang diketahuinya sedang berada di Malaysia. Dia memesan tiket ke Malaysia pulang pergi di hari yang sama dan meminta Aze menemuinya di salah satu café yang berada di bandara. Dexter cukup cerdik memakai nomer telpon lain untuk menghubungi Aze, dia merasa Aze tidak akan mengangkat
Dexter sampai di rumahnya sendiri sekitar jam 11 malam. Sebenarnya dia membawa kunci rumah sendiri tetapi Bik Irah tetap saja bangun dan menyambutnya. Melihat wajah tuannya yang terlihat lelah, dia hanya menawari makan lalu dibalas dengan gelengan kepala dan perintah supaya Bik Irah kembali tidur saja. Dexter masuk ke dalam kamarnya, kamar yang ingin ditempatinya bersama Eve. Pemandangan taman itu tampak indah di malam hari meskipun warna bunganya menjadi sedikit lebih buram, kelihatannya besok dia harus meminta Pak Komar memasang lebih banyak lampu. Dexter membiarkan tirainya terbuka seperti terakhir saat dia mengadu gairahnya dengan Eve. Saat ingin tidur, Dexter tiba-tiba ingin berendam dulu di bathtub untuk melemaskan otot-ototnya. Mungkin saja hatinya juga akan lemas setelah tadi mendengar Aze berbicara. Karena itu juga dia tidak bisa pulang ke pangkuan Eve. Dia perlu menenangkan dirinya sendiri, karena Eve akan dengan mudahnya menangkap perubahan dalam suasana h
Eve sebenarnya seseorang yang istimewa. Dia bukanlah pendendam. Tidak pernah mengingat siapa yang membuat luka di hatinya tetapi selalu mengingat rasa sakit dari luka itu. Meskipun bekasnya sudah sangat tipis, namun rasanya sakitnya itu terkadang muncul. Dan jangan salahkan Eve jika dia selalu berusaha orang lain yang sangat dia sayangi tidak merasakan rasa sakit yang pernah singgah di hatinya. Meskipun caranya memang kadang tidak masuk akal. Eve bersedia menikahi tunangannya yang telah membuat adiknya hamil supaya adiknya mau melanjutkan kehamilannya sampai anaknya lahir. Lalu dia membebaskan adiknya dari semua tanggung jawab seorang ibu dan tanggung jawab seorang perebut tunangan orang lain. Semata-mata agar Aze tidak perlu merasakan rasanya terkungkung dalam hal yang namanya tanggung jawab. Eve bersedia menyerahkan semua kebebasannya dan keleluasaannya untuk menjadi seorang istri dari pria yang menolaknya terus-menerus saat mereka masih bertunangan
1 Mei 2019. Eve memasuki ruang praktek psikiater yang direkomendasikan oleh Darwin beberapa hari lalu. Eve tidak pernah meragukan rekomendasi dokter-dokter pilihan Darwin karena memang tidak pernah mengecewakan. Darwin akhirnya mau menemani Eve karena merasa khawatir juga pada Eve yang tidak bisa menceritakan apa yang dialaminya pada siapa pun. Eve sendiri bukan tidak mau bercerita, hanya seperti biasanya dia itu berhati-hati, karena dia belum bisa memikirkan apa yang bisa terjadi jika ini diketahui orang lain. Eve yang biasa memperkirakan apa yang akan dilakukan dan terjadi pada orang-orang di sekitarnya, saat ini merasa cukup bodoh karena tidak bisa berbuat begitu lagi. Ini akibat semuanya serba tidak bisa ditebak tentang skandal apa saja yang disembunyikan dan siapa saja yang menyembunyikannya. Hugo Hardian memberikan senyumnya sambil menyodorkan telapak tangan kanannya untuk menyalami Darwin dan Eve. Mereka juga membalas uluran tangan itu dan segera duduk
Eve bercerita tentang masa kecilnya dalam pengaruh hipnosis Dokter Hugo. Eve memang benar kalau dia pernah tinggal di rumah itu entah mulai umur berapa, tetapi dia bisa mengingatnya di saat sudah bisa berjalan dan berbicara sedikit-sedikit. Dia memanggil Mama dan Papa pada Diana dan Aksa. Mereka adalah orang tua yang penuh kasih sayang, memeluknya dengan hangat dan memenuhinya dengan kebahagiaan. Eve berbicara dengan penuh cinta tentang kedua kakak laki-lakinya. Del dan Ex, begitu dia menyebutnya. Del yang hanya bisa memeluknya tanpa berbicara dan Ex yang sangat cerewet bercerita padanya. Del yang selalu menggendongnya dan Ex yang suka sekali membuat Eve berlari mengejarnya. Sebentar lagi Eve menangis karena seorang pria dan wanita itu membawanya pergi dari rumah itu. Eve yang sudah cukup besar untuk menggambarkan Erick dan Rita yang sekarang adalah orang tuanya. Eve memanggil mereka dengan panggilan Daddy dan Mommy karena menolak menggantikan sosok papa dan mamanya.
10 Mei 2019. Dexter mengajak Felix untuk menjemput Daniel di rumah lalu langsung berangkat menjemput Eve di kantornya. Tentu saja, kemarin Dexter memancing ibu mertuanya dulu lalu meminta ijin untuk pergi bertiga ke luar kota. Setelah ada lampu hijau, dia meminta ijin pada ayah mertuanya, dan ajaibnya ijin itu turun juga meskipun diiringi ejekan yang hanya dia tertawakan saking sudah terbiasa mendengarnya. Dexter tentu saja harus meminta ijin karena kapasitasnya sebagai menantu yang masih tinggal bersama mertua. Dexter juga sudah tidak mau meminta ijin lagi untuk pindah ke rumahnya sendiri. Sejak mendengar nama Wenas Harahap dari Barnie dan Aze, dia jadi yakin ada skandal di masa lalu tentang dendam lama yang belum terbalas. Dia merasa Eve dan Daniel akan lebih aman tinggal di rumah keluarga Eve. Sesekali mereka tidur di rumah Dexter hanya untuk pergantian suasana saja, Eve sangat menyukainya dan Dexter cukup bangga dengan apa yang dilakukannya. Lagipul
“Terima kasih pinjaman mobilnya,” kata Dexter pada Arga sebelum pamit pulang. Jadi itulah sebabnya Eve teringat dengan mobil hitam yang mereka naiki ke Red Moon. “Sama-sama. Pinjam aja mobil dan sopirnya sampai kalian pulang. Aku juga tidak akan sanggup beli mobil itu cash kalau bukan Eve membantu membuka restoran ini. Masih ada mobilku yang satunya di rumah. Kalian nikmati liburan kalian. Jangan lupa kontak kami kalau kamu di Surabaya, Dex. Kita bisa liburan bareng lain kali. Jangan seperti Eve yang datang hanya untuk menghitung uang.” Arga tertawa. Eve itu hampir tidak pernah rewel meminta ini-itu, komitmennya jelas sejak awal mereka patungan dengan tidak adil. Semua uang dan properti dari Eve sedangkan Arga hanya bermodal ide dan kemampuannya memasak, sangat tidak berimbang tetapi Eve terlihat tidak peduli. Eve juga tidak mengomel saat restoran masih sepi dan merugi selama 2 bulan pertama. Eve merubah sistem pemasaran yang berimbas naiknya biaya promo dan