17 Januari 2019
Dexter menarik napas lega melihat tumpukan file di depannya. Jam 3 pagi, seharusnya dia lelah dan tidur namun malah makin segar. Itu pasti karena pekerjaannya sudah selesai. Laporan akhir sudah diserahkan ke pusat. Dexter sudah mengusulkan perubahan direktur anak perusahaan yang sekarang sedang diperiksanya, di Kediri, banyak kejanggalan dalam pembukuan dan laporan bahan, belum lagi gosip menyogok pejabat desa setempat untuk pembebasan lahan.
Dia menengok ke arah Felix yang sedang tidur di ranjang dekat lemari. Hari ini sama seperti yang sebelumnya, mereka berbagi kamar lagi.
Sesuai janji, urusan di Jawa Timur selesai, boleh pulang ke Jakarta untuk membelai istrinya dan menggendong anaknya. Ayahnya bahkan berpesan agar Dexter menggeseknya lebih sering sampai menghasilkan sesuatu, sesuatu yang lucu dan kalau bisa berwajah mirip Eve atau Dexter. Itu mudah dimengerti, orang tua Dexter ingin memiliki cucu lagi, yang bermata coklat seperti Eve yang
Terima kasih sudah membaca novel ini. Semoga kalian menikmati sampai akhir. Barnie akan diceritakan lebih lanjut di beberapa bab berikutnya, soon! Hug and kiss, Josie.
Saat Felix menyetir mobil Alphard masuk ke halaman Rumah Besar D, dia tidak bisa menyembunyikan kekagumannya. Baru kali ini dia masuk ke dalam rumah Keluarga Daveno itu. Rumah itu memiliki gerbang tinggi seperti sebuah istana berwarna putih dan keemasan. Tidak berlebihan, tampak anggun namun berkuasa. Jalan masuk cukup luas sampai bisa dilewati untuk dua mobil dan dikelilingi taman yang luas. Parkir mobil tamu cukup dekat dengan garasi para penghuni rumah, sekitar 300 meter dari gerbang masuk. Gerbang keluar juga sudah terlihat, lebih kecil daripada yang pertama. “Ada danau buatan yang dikelilingi hutan buatan dan taman di belakang rumah ini. Sulit melihatnya dari sini. Kakek Eve menyukai pemandangan semacam itu,” kata Dexter saat melihat pandangan mata Felix yang meneliti rumah itu dengan cermat. Rumah ini memang selalu menarik perhatian orang yang baru pertama kali masuk ke dalamnya. Dexter menyuruh Felix berhenti di depan sebuah tangga besar yang akan menu
Eve memandang ayahnya dengan penuh perhatian saat itu. Dan Eve menyadari ayahnya sedang berbohong. Kata ‘tidak’ yang diucapkan dua kali itu seperti meyakinkan dirinya sendiri ketimbang meyakinkan orang lain. Ayahnya tidak akan mengatakan hal yang sama dua kali, tidak akan pernah. Tetapi Eve memang mengerti bagaimana ayahnya. Jauh di lubuk hatinya Erick juga tidak suka berbohong karena sebuah kebohongan itu menyakiti orang lain, tetapi memang konsepnya sekarang adalah ‘white lie’. Jadi saat berbohong dia harus meyakinkan dirinya sendiri bahwa kebohongan itu tidak menyakiti orang-orang yang dia cintai. Akhirnya Eve mengambil satu fakta penting kalau ayahnya juga mengenal Wenas Harahap. Bahkan baru-baru ini Eve juga mendengar nama Hanas Harahap di belakang pria itu. Namun semuanya kembali tertutup, kabur, dan menghilang seakan semuanya menutupi hal-hal yang seharusnya ada di depan matanya. Peringatan itu juga tidak main-main. Eve yakin ayahnya tidak pernah menak
Daniel sudah bangun lebih dulu dan mulai menjambak rambut Daddy. Menciumnya membabi buta dengan tangan memegangi wajah Daddy padahal Daddy masih tidur. Dia sangat senang dan bersemangat karena orang yang ditunggunya sudah pulang. Eve sudah keluar dari kamar mandi dengan jubah mandinya dan memilih menonton pemandangan drama perang lucu antara Daniel dan Dexter. Dia lalu ikut berlutut di atas ranjangnya tetapi tidak ingin melakukan apa pun untuk memisahkan mereka, hanya ingin menonton dan tersenyum tanpa henti. “Kamu kerja hari ini?” tanya Eve. Dexter baru saja bangun dalam posisi kepalanya agak tegak dan badan masih enak telentang. Dia memeluk Daniel di sebelahnya yang masih saja mengganggunya, tetapi dia tidak keberatan. Eve yang memindahkan Daniel segera setelah dia bangun karena khawatir Dexter tidak mendengar suara bayi yang akan bangun sebentar lagi. Maya merasa tidak enak masuk ke kamar Daniel kalau Daddy sedang pulang dan Eve tidak keberatan. Eve juga a
Sebenarnya Dexter juga tidak perlu penjelasan Eve soal Darwin karena dia sudah mengorek semua informasi dari Darwin sendiri, meskipun pasti ada bagian yang disensor sendiri oleh Darwin. Jadi tidak bisa 100% bisa dipercaya. Masih ada sumber yang paling bisa dipercaya, itu adalah ibu mertuanya, Rita. Itulah kegunaan menemani mertuanya belanja, dari pakaian, kebutuhan rumah tangga sampai perhiasan. Dexter itu menantu favorit Rita, bukan karena dia satu-satunya, tetapi karena dia bisa diajak berbelanja bersama. Rita juga tidak merasa keberatan membagi informasi soal Eve. Dexter kadang memang bisa sangat menjengkelkan jika menginginkan sesuatu, sama seperti Eve, hanya saja lebih terang-terangan di depan Rita. Dexter akan suka bertanya apa saja yang diinginkannya dan biasanya memang seputar kehidupan Eve sebelum menikah. Rita sebagai ibu Eve, kadang ingin menjewer telinganya dan berkata, “Bukankah ini sudah terlambat?! Dulu diberi kesempatan kenapa tidak dipakai de
Eve membaca kertas di tangannya dengan penuh perhatian. Dia menarik napas dan membuangnya lagi. Semua sudah dipastikan, Daniel memang adalah anggota keluarga Frans Satria. Dia melipat kertas hasil tes DNA antara sampel Daniel dan Maria Kemilau, ibu dari Frans Satria dan Felix Laksamana. Hasilnya memang sesuai dugaannya. Eve mendapatkan sampel rambut Maria saat mereka kembali bertemu sebelum Dexter pulang. Eve tahu dia akan sulit bergerak kalau suaminya sudah pulang karena dia akan selalu bertanya dan mengekorinya ke mana-mana. Mata kelamnya membuat Eve betah berlama-lama di dekatnya dan bersedia diseret ke mana saja, meskipun dia kesal terus-terusan dianggap koper dan sekarung beras yang bisa diajak tidur bersama oleh Dexter. Eve ingin membuat tes DNA lagi membandingkan Daniel dengan Felix. Tetapi Darwin malah memarahinya. “Tujuannya apa?” tanya Darwin kala itu. Wajahnya menunjukkan rasa tidak sabar ingin mendengar jawaban Eve atas keinginan konyolnya itu.
Saat mobil mereka sudah berhenti di depan rumah itu, Eve masih belum ingin turun dari mobil. Dia masih saja memandangnya dari dalam mobil dengan pandangan kagum. Rumah itu tidak memiliki pagar dari besi tetapi pagar dari tanaman boxwood yang tertata rapi mengelilingi halaman depan, hanya setinggi pinggang Eve, sedangkan tanaman boxwood melingkari bagian samping rumah dengan tinggi melebihi tubuh Dexter. Di dalam halaman ada berbagai bunga dan tanaman rambat, warnanya begitu indah dipadukan. “Aku ingin American Holly tapi aku takut kena tangan Niel, ada durinya sedikit. Aku juga ingin bunga soka jawa tetapi itu akan terlalu lama tumbuh. Menurut aku yang ini aman. Di sini memang hanya boleh pakai pagar kayu atau tanaman. Bagian belakang tetap harus memakai tembok karena ada bangunan rumah juga di belakang.” Mereka berjalan bersama masuk ke halaman depan rumah. “Ini juga cantik, Ex.” Eve tersenyum. “Kapan-kapan kita bisa ganti tanamannya kalau bosan. Pakai pucuk
19 Januari 2019. Dexter memang mengabaikan kata-kata Pak Komar waktu dia memperkenalkan Eve di rumahnya tetapi sekarang dia tiba-tiba saja mengingatnya. Itu tidak sengaja, hanya karena dia melihat foto-foto di album yang tampak sudah tua dan tersembunyi. “Nona Eve, akhirnya Nona kembali pulang.” Hari ini Dexter sedang mencari apa-apa saja yang perlu dibawanya ke rumahnya sendiri. Memang tidak akan secepat itu mereka pindah tetapi karena sebentar lagi dia harus ke Kalimantan dan sudah diperingatkan kalau ini akan makan waktu yang lama, maka tidak ada salahnya mengatur barang bawaannya mulai dari sekarang. Eve sedang pergi ke salon dengan ibunya, Diana, entah mereka mau perawatan apa saja. Sebenarnya Dexter lebih suka bergelung dengan Eve tanpa peduli waktu saat Daniel sudah tidur dengan nyenyak, tetapi Diana sepertinya juga ingin menikmati waktu bersama Eve. Dexter akhirnya mengalah untuk membiarkan istri dan ibunya pergi berdua saja ke salon.
4 Maret 2019 Eve merasa cukup aneh saja Dexter tidak merengek lagi padanya untuk merayakan hari jadi perkawinan mereka yang pertama, meskipun dia sedikit merasa lega juga. Rengekan itu berhenti sejak sebulan lalu. Pria itu dengan tenangnya langsung mengerti kalau mereka memang kesulitan bersama di hari itu, bahkan berpesan supaya Eve tenang saja mengurus pekerjaannya. Eve sampai mengerutkan keningnya waktu itu, sangat tidak biasa untuk Eve melakukan itu di depan suaminya yang jadi aneh. Tetapi tentu saja Dexter tidak mengerti semudah itu, Eve harus membujuknya dengan keras dengan syarat yang harus dipenuhinya. Eve yang harus memutar otak memenuhi semua keinginannya. Dexter seperti memberi Eve masa percobaan untuk menuruti semua kemauannya lalu memberikan pengertiannya. Pria itu makin pintar tawar-menawar, puji Eve dalam hati saja. “Aku nggak bisa pulang jadi kamu yang datang ke sini dengan Daniel. Setiap akhir minggu, Jumat malam datang, Senin pagi pu