Home / Romansa / Pernikahan Yang Sempurna / |1|. Awal Mimpi Buruk Bermula

Share

Pernikahan Yang Sempurna
Pernikahan Yang Sempurna
Author: Happy_autunm

|1|. Awal Mimpi Buruk Bermula

Author: Happy_autunm
last update Last Updated: 2022-03-25 19:09:37

Tampak sebuah kaki panjang seorang pria yang terbungkus menawan dalam seluar hitam mahal, itu melangkah turun dari mobil. Sepasang kaki ber-sepatu kan hitam mengkilap itu menginjak lantai keramik halaman depan restoran dengan gerakan yang cukup mempesona.

Berdiri tegap tepat di samping mobil hitamnya yang mengilap. Semua staf dapat melihat sosoknya yang seperti pangeran malam yang dingin, itu tampil jumawa dalam setelan kemeja putih polos yang terbalut luaran mantel hitam panjang. Merapikan kedudukan dasi dilehernya, sepasang mata elang itu menatap angkuh ke depan— acuh tak acuh.

"Selamat datang pak Pasha!"

Beberapa pasang karyawan dan karyawati restoran berjejer dengan rapi menyambut kedatangannya. Mereka perlahan membungkuk, memberi salam penghormatan yang penuh formalitas. Lalu mempersilahkan pangeran malam yang dingin itu, untuk melangkah masuk kedalam restoran.

Pasha yang sama sekali tidak tersenyum sejak awal, melangkah kedalam dengan pesona arogannya. Membuat beberapa karyawati tak tahan untuk tidak menjerit melihat betapa tampannya ia.

Di dalam sana, restoran ber-interior glamor itu melengkapi penampilan maskulinnya yang berkelas. Beberapa titik cahaya lampu yang bersinar keemasan jatuh begitu menawan menyambut wajah tampannya yang kaku tanpa ekspresi.

Rangkaian bunga penuh warna memenuhi sisi kanan dan kiri ruangan dengan tatanan yang memukau. Sebuah meja bulat berukuran sedang, tampak cukup anggun dalam balutan kain putih yang halus. Di atasnya ada secangkir lilin aroma mawar pekat, yang memberi sentuhan romantik.

Pasha menarik salah satu kursi di meja itu dan duduk. Menatap ke depan, kursi yang menjadi milik pasangan makan malamnya itu masih kosong. Ia melirik arloji yang melingkari tangannya, itu sudah menunjukkan pukul delapan malam lewat.

"Lima menit" Wanita itu sudah membuang waktu lima menitnya yang berharga.

Lama ia menunggu, hingga tepat setelah tiga puluh menit berlalu. Tapi seseorang yang mengisi kursi kosong di depannya itu, masih juga belum muncul. Mengepalkan tangannya, kedua sudut bibirnya berkedut, tersenyum dingin, "Tiga puluh lima menit"

Tidak ada yang pernah membuatnya menunggu selama itu. Tapi wanita ini...

Mengangkat tangannya, Pasha mengirimkan sial pada pelayan untuk membawakan pesanannya. Segera seorang pria berseragam putih dengan pita hitam itu datang, membawa nampan yang diatasnya dua piala dan satu botol anggur merah.

Bersamaan dengan itu seorang gadis bergaun hitam elegan, muncul di ambang pintu restoran. Wajahnya yang tirus, putih dan menarik, tampil cukup menawan dalam balutan pasmina hitam yang mempesona. Melangkah masuk kedalam, gadis itu mengambil tiap pijakan yang cukup pelan, berjalan kesusahan mendatangi meja tempat mereka bertemu.

Itu karena sepasang high heels yang membungkus kakinya yang cantik dan ramping itu, membuat tubuh mungilnya terlihat meninggi dipaksakan. Jelas dari gelagatnya, gadis itu tampak seperti tidak terbiasa menggunakan benda itu di kedua kakinya.

Hal itu membuat penampilannya yang anggun, lebih mirip seperti sosok putri muda yang ceroboh. Persis..

Langkahnya yang gontai itu nyaris saja menabrak salah satu kaki meja. Tapi gadis itu dengan cepat memperbaiki posisi dan kembali berjalan seakan tidak terjadi apa-apa.

Gadis itu dapat merasakan tatapan dingin seseorang yang terus mengawasi gerak-geriknya dari kejauhan. Itu lekat dan tajam. Berhasil menciptakan hawa dingin yang kuat, yang menusuk hingga ke dada. Meremas jari-jemarinya, ia berusaha keras untuk tidak gugup.

Hingga tepat pada langkah terakhir, gadis itu sudah berdiri di depan meja yang sudah di dominasi oleh aura dingin nan gelap seseorang.

"Permisi!"

Terdengar suara jernih yang cukup kecil dan pelan, menyapa gendang telinga Pasha seperti bisikan nyamuk. Itu sangat halus nyaris tak terdengar. Mengacuhkan kedatangan gadis itu, ia hanya fokus pada pelayan pria yang sedang menata barang bawaannya di atas meja. Setelahnya pelayan pria itu sedikit membungkuk kearah Pasha, menanyakan pesanan lainnya.

Pasha terus melambaikan tangan, menyuruh pelayan itu pergi. Tepat setelah pelayan pria itu melangkah mundur meninggalkan meja, gadis yang berdiri di depannya itu tampak dengan gugup menarik kursi dan duduk. Meluruskan punggungnya, ia mengulas senyum tipis kearah Pasha, "Maaf untuk keterlambatan saya pak!" Bibir kecil se-merah ceri itu terbuka dan berkata cukup pelan seperti di awal.

Pak? Ujung bibir Pasha berkedut dingin. Mengambil sebotol anggur merah yang baru saja di bawa pelayan tadi, perlahan ia menuangkannya kedalam gelas miliknya sedikit. Setelahnya, ia dengan murah hati menuangkan minuman itu ke gelas milik gadis itu, hanya untuk di hentikan—

"Maaf pak, saya tidak minum itu!"

Pergerakan Pasha tertahan, sepasang alisnya bertaut dan mata elangnya menatap gadis mungil yang duduk di depannya tanpa kata. Ia dapat melihat bibir ceri itu memberi senyuman kecil, terlihat kikuk. Gadis itu mengangkat tangannya kearah pelayan dan memesan, "Tolong, secangkir teh chamomile"

Pasha perlahan meletakkan botol minuman itu di meja. Mengambil gelas minumannya, ia meneguk cairan merah itu sedikit dengan tatapan yang terus mengarah ke gadis kecil di depannya. Menatap dingin dan menekan.

"Maaf pak, langsung saja. Saya akan berterus terang pada anda malam ini" 

Pasha tidak mengira nyali gadis itu tidak menciut sama sekali. Banyak orang yang setelah berada cukup lama di bawah tatapannya, mereka pasti tak tahan hingga kehabisan kata untuk berbicara. Tapi gadis kecil di depannya ini—

Tampak cukup takut dan berani bersamaan.

"Saya seorang mahasiswi semester enam yang sama sekali tidak berniat untuk menikah muda. Saya cukup ambisius pada beberapa hal dan sangat berprinsip. Saya religius, sederhana dan kadang masih sedikit labil. Jadi mohon dengan sangat kepada anda, untuk membatalkan lamaran anda" Sekilas, bibir ranum itu bergetar dan wajah cantiknya terlihat agak pucat.

Sebenarnya gadis itu sangat gugup dan cukup takut. Kedua kakinya yang di bawah meja sudah bergetar sejak awal. Tapi syukurlah ia dapat mengucapkan rentetan kalimat panjang itu dengan cukup baik dan lancar. Di samping nyeri di perutnya yang benar-benar...

Tak tertahankan.

Pasha yang merenungi perkataan Hana tadi, itu tak sanggup menyembunyikan senyum dingin di bibirnya yang kesekian kalinya berkedut— tapi enggan berbicara. Ia hanya menggoyangkan gelas anggurnya dan kembali menyesapnya sedikit.

Hana dengan gugup meremas jari-jemarinya, menunggu pria di depannya itu berbicara. Tapi beberapa menit berlalu, yang terjadi hanyalah keheningan. Sampai seorang pelayan datang membawa pesanannya, ia mengangguk kecil kearah pelayan,  tersenyum simpul berkata, "Terimakasih"

"Sama-sama nona!" Pelayan itupun tersenyum sopan dan pergi.

"Jadi, apakah anda menyetujui permohonan saya ini?"

"Sebelum itu, bolehkah saya bertanya?"

"Ya" Gugup, Hana mengangguk.

"Apa kau adalah gadis yang di comblang kan dengan ku?"

Deg!

Detik itu Hana sadar. Ia benar-benar sudah terjebak dalam lubang yang digalinya sendiri. Hal fatal itu, telah membawa Hana terjerat dalam berbagai macam kekacauan yang tak pernah ia bayangkan.

Dan di situ pula

Awal dari mimpi buruknya bermula!

                                     —••—

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Abdul
Cerita yg bagus
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pernikahan Yang Sempurna   |2|. Negosiasi Pernikahan

    Kota X adalah sebuah kota metropolitan yang padat. Di penuhi dengan rentetan apartemen mewah, jejeran gedung tinggi dan pusat industri bisnis yang berkembang pesat. Beberapa pengusaha besar, konglomerat, dan orang-orang besar lainnya memenuhi kota itu. Tempat para publik figur memulai debutnya dan para perantau memulai keuntungannya.Sekilas— itu terlihat kota sibuk dan melelahkan.Tepat di sebuah gedung besar, di mana perusahaan ternama berdiri. Para karyawan di dalamnya tampak sangat bekerja keras, disiplin dan bergerak cepat. Beberapa dari mereka tengah sibuk mengetikkan sesuatu di layar komputer, beberapa yang lain membawa tumpukan kertas di tangan ke mesin fotokopi dan sisanya dengan cukup teliti memahami berkas dan dokumen yang menumpuk di meja.Di sebuah ruangan yang sudah di dominasi aura dingin seseorang. Tampak seorang pria duduk di kursi kerjanya, sedang memainkan jam pasir kecil yang ada di tangannya. Ia membalik jam pasir itu, lalu memperhatik

    Last Updated : 2022-03-25
  • Pernikahan Yang Sempurna   |3|. Kandidat Ketiga

    "Kasual yang ku maksud bukan dari caranya berpakaian"Shahbaz yang mendengar pernyataan itu, tak tau harus tertawa atau menangis. Ini sungguh di luar perkiraannya. Awalnya ia mengira 'kasual' yang di maksudkan putranya adalah seorang gadis cantik yang berpenampilan kasual. Tapi siapa yang menduga ternyata bukan begitu?"Lalu 'kasual' yang kau inginkan itu seperti apa?" Shahbaz jelas merasa frustasi. Ia hanya punya Pasha sebagai anak dan satu-satunya putra sebagai penerus. Tapi mengurus pernikahannya, serasa seperti mengurus pernikahan tiga orang anak."Kepribadiannya, mungkin?" Pasha terdengar ambigu."Baik, kalau begitu kita lanjut ke bunga yang kedua" Menolak untuk menyerah, Shahbaz langsung menggantikan foto itu dengan foto kandidat kedua. Ia masih berharap ada dari antara tiga kandidat itu, yang akan menarik minat putranya."Seperti yang terlihat, kandidat kedua ini cukup cantik dan feminim"Di foto itu terlihat seorang gadis cantik deng

    Last Updated : 2022-03-25
  • Pernikahan Yang Sempurna   |4|. Mak Comblang

    "Ah, aku sungguh menyesal mengambil sastra Arab. Kalian tau apa? Ilmu tashrif* ku saja sejauh ini bisa dibilang masih di tingkat dasar" Hana tersenyum simpul mendengar keluhan salah satu dari temannya. Mereka baru saja keluar dari ruang yang kebetulan dosen pengajarnya sudah berumur. Di dalam sana berlangsung cukup tegang selama dua jam-an penuh. Mereka diberondong dengan berbagai macam pertanyaan dan jika tidak bisa menjawab, mereka harus berdiri. Dan nasib tidak baik itu menimpa salah satu temannya yang bernama Salsa, yang lebih sering di panggil Chaca. "Tadi itu sungguh memalukan" Salsa meremas kepalanya frustasi, membuat tatanan kerudungnya sedikit berantakan. "Tidak masalah, kita kan masih belajar. Jika mengenai tashrif, aku pun sejauh ini masih terbalik-balik ketika men-tashrifkannya. Apa lagi yang terdiri dari empat huruf dan di tambah huruf illat* nya lagi" Yang berbicara kali ini adalah Miftah. Pecinta balaghah*. Hal yang membuatnya memantapkan hati mengambil sastra Arab u

    Last Updated : 2022-03-26
  • Pernikahan Yang Sempurna   |5|. Pangeran Malam

    "Papa bercanda?" Suara sendok dan garpu yang di banting ke piring, memecah keheningan ruang makan. Keira rasanya seperti baru saja mendengarkan guntur di siang hari. Apa itu— ia akan menikah? Di usia semuda ini? Dan atas pilihan Mak comblang?Ini sudah abad ke berapa, tapi kenapa papanya masih berpikir se-kuno itu?"Malam" Ratna baru saja pulang lembur, dengan pakaian kerjanya ia mendatangi ruang makan dan mendapati suasana terlihat tegang, "Ada apa ini?"Hana menoleh sekilas pada kakak tertuanya yang tampak kebingungan. Tidak berkata apa-apa, ia hanya mendesah pelan."Harusnya kak Ratna dulu dong yang menikah. Umurnya yang sudah hampir kepala tiga itu masih saja lajang dan hanya tau bekerja. Tapi kenapa malah aku yang mau dinikahkan?" Bebel Keira, dengan tegas menyatakan ketidaksetujuannya."Lagian papa hidup di abad apa sih hari gini masih pake Mak comblang? Pokoknya Keira gak setuju" Tentang Keira tegas, "Keira itu masih muda pa, baru dua

    Last Updated : 2022-03-26
  • Pernikahan Yang Sempurna   |6|. Bukan Kandidat Kedua

    "Hana ku mohon..bantu kakak mu ini, please.."Keesokan malam harinya, Keira yang tak berdaya menolak permintaan papanya itu, memohon pada Hana untuk membantunya dalam aksi menggagalkan 'kencan pertama'. Jika kesan yang didapat buruk pada pertemuan pertama, Keira seratus persen yakin si pangeran malam itu pasti akan menggagalkan pertunangan mereka yang tidak taunya ternyata akan di adakan bulan depan."Tapi kak, Hana benar-benar gak sanggup keluar. Perut Hana kram nih, nyeri datang bulan.." Tiap kali jatah bulanannya datang, Hana selalu saja menderita dismenore.Nyeri menstruasi yang ia rasakan itu rasanya seperti ratusan tangan mengoyak habis perutnya sampai ia tak tahan untuk tidak menangis. Tapi syukurlah malam ini kram perutnya masih dalam tahap toleransi."Kakak ambilkan obat pereda nyeri ya..kram perutnya gak seberapa parah kan?" Keira tentunya tau seperti apa jika adiknya itu sudah datang bulan. Hana bisa saja terbaring lemas seharian di kasur denga

    Last Updated : 2022-03-26
  • Pernikahan Yang Sempurna   |7|. Menikahlah Denganku

    "Maaf pak, saya tidak bisa minum itu" Tolak Hana sopan. Anggur yang sudah difermentasi itu tak lagi halal untuk di minum. Hana melambaikan tangannya ke atas, memanggil pelayan. Seorang pelayan wanita pun berjalan mendatangi meja, "Ada yang bisa saya bantu nona Hana?" Staf tersebut tentu mengenal Hana. Putri bungsu dari pemilik restoran tempat mereka bekerja. Putri konglomerat yang dikenal religius dan menarik diri dari publik. Seringkali gadis cantik itu datang ke restoran, mentraktir kedua sahabatnya makan di sana. Biar begitu Hana tetap tampil rendah hati dan tidak sombong. "Tolong, secangkir teh chamomile" Hana mengelus perut datarnya. Tidak tau kenapa nyeri menstruasinya menjadi lebih parah dari sebelumnya. Pelayan wanita itu sempat melihat keganjilan dari rona wajah cantik Hana yang tampak agak memucat. Ia awalnya ingin bertanya apa gadis itu baik-baik saja? Hanya merasakan aura dingin Pasha yang mendominasi sekitar, ia tak tahan untuk segera pergi meninggalkan meja. "Maaf p

    Last Updated : 2022-03-26
  • Pernikahan Yang Sempurna   |8|. Menginap Di Rumah Sakit

    "A-aku..""Ayo ke rumah sakit" Seperti kau memiliki barang yang berharga. Melihat ada kesalahan sedikit saja, kau tak tahan untuk segera membawa barang itu ke tempat perbaikan."Tidak perlu" Hana dengan cepat menggelengkan kepalanya menolak.Kesal karena melihat Hana yang tak menurut, tanpa basa-basi lebih jauh. Pasha langsung membopong gadis kecil itu ke atas pundaknya. Hana sontak meronta, apa-apaan pria ini?"Pak, apa yang anda lakukan? Anda bukan mahram saya" Jerit Hana histeris. Mengundang berbagai pasang mata tertuju kearah mereka."Cepat turunkan saya!" Hana dengan keras memberontak untuk turun. Tapi nyeri dalam perutnya, membuat Hana tak punya kekuatan yang besar untuk melakukannya.Pasha menolak menurunkan Hana, terus membopongnya keluar dan memasukkan gadis kecil itu kedalam mobilnya. Hana di dalam sana sudah menangis deras, tak dapat memikirkan apa-apa lagi. Nyeri dalam perutnya sungguh sangat tidak tertolong.Mendeng

    Last Updated : 2022-03-26
  • Pernikahan Yang Sempurna   |9|. Apa Kau Ambeien?

    Hana membuka matanya ketika samar-samar sinar matahari pagi mendominasi wajahnya. Terdengar suara tarikan tirai yang di geser. Hana menoleh dan mendapati seorang perawat baru saja menyingkap tirai jendela. Hana rasanya seperti baru terjaga dari mimpi. Ia tidak akan pernah mengira ada hari dimana ia dilarikan ke rumah sakit hanya karena kram menstruasi. Mengingat kejadian semalam, rasanya Hana ingin menangis karena malu. "Pagi, anda sudah bangun?" Sapa perawat cantik itu ramah. "Pagi, Sus" Hana mengangguk sopan, "Ya, baru saja" "Ah, kakak lelaki anda baru saja pergi membeli sarapan. Ia berpesan pada saya jika anda bangun untuk meminta anda menunggunya" "Kakak lelaki?" Hana mengerutkan keningnya bingung. Sejak kapan ia punya kakak laki-laki? Ia hanya punya dua orang kakak perempuan. "Em" Perawat itu mengangguk dan tersenyum, "Kalau begitu saya permisi" Setelah kepergian perawat itu, Hana tanpa sengaja menoleh kearah sofa yang ada

    Last Updated : 2022-03-27

Latest chapter

  • Pernikahan Yang Sempurna   |140|. Extra Chapter: Bulan Madu

    Pagi harinya, Ratna sudah berpakaian dengan rapi. Ia mengenakan setelan baju formal berwarna navy dan mencoba mengenakan hijab bewarna abu-abu pemberian dari Hana. "Sayang, kamu sudah selesai?" Eman membuka pintu kamar dan melongok kedalam. Sesaat matanya berkedip terkejut mendapati istrinya yang tiba-tiba mengenakan hijab di kepalanya. Itu membungkus indah wajah tirusnya, membuat penampilan formalnya terlihat anggun dan jumawa. "Gimana menurut kamu? Lucu ya aku berhijab begini?" "Anggun." "Ya?" Eman tersadar. Ia berdeham dan dengan daun telinganya yang memerah ia berujar, "Kamu terlihat menawan dengan berhijab seperti itu." Ratna merasa begitu manis dengan pujian tersebut. Hatinya langsung merasa tergelitik melihat daun telinga suaminya yang memerah. Padahal sudah beberapa bulan, tapi terkadang Eman masih malu-malu kepadanya. "Aku sudah selesai. Yuk kita pergi." "Sekarang?" Eman bergeming beberapa saat. "Ya terus kapan lagi." Ratna tergelak kecil. Ia mengapit lengan suaminy

  • Pernikahan Yang Sempurna   |139|. Extra Chapter: Wisuda Hana

    Setengah tahun berlalu sudah. Dalam kurun waktu tersebut Hana berusaha keras untuk membagi perannya sebagai seorang istri, ibu dan juga sebagai mahasiswa. Dalam kurun waktu tersebut juga, berkat ketekunannya dan kegigihannya, ia berhasil mengejar semua ketertinggalan nya dan menyelesaikan studinya.Meskipun ia terlambat dan tertinggal dari teman-temannya yang sudah menyandang sarjana setahun ke belakang. Tapi ia tidak menyesali keterlambatan nya. Ia berpikiran positif dan yakin semua yang terjadi pasti ada hikmahnya."Selamat Hanaaaa...." Chaca dan Miftah menyerbunya dari kanan-kiri dan memeluknya erat. Seerat persahabatan yang telah mereka jalin selama ini."Akhirnya kamu menjadi sarjana juga Han." Tukas Miftah yang terharu menatap sahabatnya yang akhirnya telah mengenakan baju toga setelah semua hal-hal berat yang dilewatinya setahun ke belakang."Walaupun kita gak wisuda bareng, tapi ritual lempar topi toga nya harus tetap dilakukan barengan." Chaca mengambil topi toga dari atas ke

  • Pernikahan Yang Sempurna   |138|. Mimpi Buruk Telah Berakhir

    Saat ia merasakan tangan panas Pasha yang besar, mulai menggerayangi perutnya dari belakang. "Syuhh" Pasha menekan jari telunjuknya di bibir Hana."K-kamu ngapain? Buat apa tangan mu di situ?"Alih-alih menjawab, Pasha merapatkan dada bidangnya ke punggung telanjang Hana. Lengan kokoh nya mengukung tubuh kecil istrinya itu dalam kuasa tubuh kekarnya.Halusnya kulit Hana yang menyentuh kulit kerasnya, membuatnya merasa nyaman.Hana menjadi gugup saat suhu panas tubuh Pasha telah menguasai tubuhnya. Ia dapat mendengar nafas berat suaminya itu yang berhembus di dekat daun telinganya."Masa nifas mu, sudah selesai sejak tiga bulan yang lalu kan?""I-iya""Apakah kiranya kamu sudah siap?" Tanya Pasha, mulutnya tepat berada didepan telinga Hana.Hana menelan saliva nya gugup, saat merasakan nafas panas Pasha berhembus melewati daun telinganya."S-sejujurnya, aku masih b-belum siap..""Kalau begitu mari bercumbu seperti ini saja" Pasha menyapu bibir padatnya ke telinga istrinya. Membuka mul

  • Pernikahan Yang Sempurna   |137|. Bukan Menemani Namanya

    Tepat setelah malam syukuran kelahiran Daud dikediaman Arya, pada hari ketujuhnya, Pasha melakukan aqiqah Daud di kediaman Shahbaz. Ia sudah sepakat dengan Hana untuk melakukannya di sana.Pasha sudah membeli dua ekor kambing yang cukup gemuk untuk anak laki-laki pertamanya itu dengan Hana.Tanpa sepengetahuan Pasha, seorang wanita yang sudah lama sekali tidak terlihat dimatanya muncul di acara aqiqah tersebut. Wanita itu bersembunyi dan diam-diam mencuri pandang kearah Pasha bersama istrinya yang sedang menggendong Daud."Kamu yakin tidak ingin datang menjumpainya?" Tanya Shahbaz, pada mantan istrinya itu.Wanita itu tersenyum kecil menggeleng, "Melihat dari sini saja sudah cukup, akan terlalu egois bagiku jika menemuinya sekarang"Shahbaz tidak berkata apa-apa lagi."Pasha cukup pandai memilih istri" Ucap wanita itu tersenyum, "Ia cantik sekali""Iya. Dia baik dan juga penurut" Sambung Shahbaz."Cucu kita juga sangat tampan, ingin rasanya aku menggendongnya""Apa kamu menyesal karen

  • Pernikahan Yang Sempurna   |136|. Acara Syukuran Kelahiran Cucu

    Malam harinya, kediaman Arya dipenuhi oleh para tamu. Ia membuat syukuran untuk kelahiran cucunya dan mengundang semua koleganya untuk datang. Shahbaz sebagai besannya, juga turut diundang bersama keluarga besar. "Di mana Pasha dan Hana? Apa sudah sampai?" Tanya Arya pada Ratna"Mereka masih dijalan Paa" Jawab Ratna yang baru saja selesai menelpon Hana.Hingga tak berapa lama menit kemudian. Pasha dan Hana sudah tiba di kediaman Arya. Kehadiran mereka pun langsung mencuri perhatian para tamu.Malam itu Hana mengenakan setelan yang serasi dengan Pasha. Di mana Pasha tampil jumawa dalam baju Koko putih dan Hana tampil anggun dalam balutan abaya putih dan pashmina bewarna senada. Awalnya ia pikir Pasha akan menyuruhnya untuk berganti dengan kerudung biasa, teringat terakhir kali di acara keluarga Pasha melakukannya. Tapi anehnya kali ini tidak. Semenjak ia hamil Daud dan terlebih setelah melahirkannya, suaminya itu memang sudah banyak berubah. Di kediaman Arya sangat ramai. Cukup bany

  • Pernikahan Yang Sempurna   |135|. Cemburu Tanda Cinta

    "Hum" Pasha menyandarkan dagunya manja di atas pundak Hana dan memperhatikan mata mungil Daud yang mulai berkedip-kedip seperti akan tertidur."Daud sepertinya mulai mengantuk""Iya, Alhamdulillah""Lantunan shalawat mu yang merdu itu benar-benar membuatnya berhenti menangis"Hana tersenyum mengangguk, "Hem" Matanya yang penuh sorot keibuan itu, dengan lembut memperhatikan sepasang mata Daud yang kini sudah terpejam."Lain kali lakukan juga padaku" Tukas Pasha.Hana tergelak kecil, "Buat apa? Kamu kan sudah besar, bukan bayi yang—"Pasha mengecup bibir Hana dan menghisapnya lama. Hana memejamkan matanya dan sesaat terbuai dengan ciuman lembut itu.Pasha perlahan melepas bibir Hana dari bibirnya, "Aku juga ingin diperlakukan seperti itu saat susah tidur" Ucap Pasha, sambil menatap manik mata hitam Hana dalam."En, aku juga akan melakukannya padamu. Bayi besar ku.." Ucap Hana sambil mencium kening Pasha gemas."Aku tidak mau di panggil bayi"Hana tertawa kecil."Tidak lucu!" Mata dingin

  • Pernikahan Yang Sempurna   |134|. Beraksi Menggoda Tuan Pasha

    Sama seperti malam-malam sebelumnya, Hana tidak dapat tidur nyenyak karena sebentar-sebentar terbangun mendengar suara tangis Daud. Jika sudah seperti itu Hana akan menepuk-nepuk lembut Daud yang sudah dibedung itu dan memberikannya asi.Tapi terkadang tangis Daud tidak kunjung berhenti. Seperti yang terjadi malam ini. Hana sampai menggigit jari karena bingung harus mendiamkannya seperti apa."Haak ahak..oek..oek..""Daud..""Hak..ahaak oek..oek...""Syuhh, gantengnya mama.. kenapa nangis terus hum?""Oek..oek..""Daud saayang...""Oek..oek..""Sholatullah salamullah.." Hana pun mulai bershalawat, mencoba menenangkan Daud yang tak kunjung berhenti menangis."Oek..haak..oek.."Pasha yang tengah tertidur itu, mengerutkan keningnya. Matanya menyipit dan sedikit terbuka, "Kenapa sayang? Daud nya nangis lagi?" Ucap Pasha dengan suara sengau dan serak nya."Iya nih, padahal udah aku kasih asi tapi masih gak berhenti nangisnya"Pasha perlahan bangun dari tidurnya dan setengah menguap. Ia men

  • Pernikahan Yang Sempurna   |133|. Hampir Mati Ketakutan

    Hana tersenyum tenang menanggapi mereka semua. Jempolnya mengusap lembut pipi bayinya dan menundukkan kepalanya, ia kembali mengecup lembut bayi mungilnya itu. "Pasha, masih belum sadar?" Tanya Hana pada mereka semua.Shahbaz menghela nafas panjang, "Kata dokter Pasha mengalami syok berat karena melihat keadaan mu di ruang persalinan tadi. Dan sampai sekarang ia masih belum sadar"Hana tersenyum tipis. Ia sudah menduganya, itu pasti terjadi karena Pasha terlalu mengkhawatirkan keadaannya."Kenapa dia jadi lelaki bisa lemah sekali? Bukannya menemani istrinya sampai selesai melahirkan, tapi ia malah pingsan" Ketus Keira.Ratna langsung menyikut perut Keira, "Jangan berkata begitu. Dia bisa selemah itu juga karena hampir mati ketakutan karena merisaukan keadaan Hana"Keira hanya memasang ekspresi cemberut.Brak!Tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka. Tampak Pasha muncul dan setengah berlari menghampiri ranjang."Hanaa" Pasha langsung memeluk Hana yang tengah berbaring di ranjang. Kepa

  • Pernikahan Yang Sempurna   |132|. Pingsan Di Ruang Persalinan

    Tak terasa kandungan Hana sudah menginjak usia sembilan bulan. Semenjak itu pula Pasha tidak lagi membuat Hana tinggal di mansion yang jaraknya cukup jauh dalam mencapai rumah sakit di kota. Karena itulah ia membawa Hana kembali ke apartemen yang selama ini diurus dengan baik oleh Bi Titin.Saat tanggal kelahiran yang diprediksi kan oleh dokter mulai mendekat, buat jaga-jaga, Pasha langsung mengambil cuti. Hal tersebut membuat kelipatan kerja Eman sebagai sekretarisnya bertambah.Pasha pun menghabiskan harinya dengan mengurus dan menjaga Hana sedemikian rupa. Ia masih menyiapkan makanan, membuat jus dan terkadang memijit pundak dan kaki Hana yang kerapkali merasa pegal.Sedangkan urusan apartemen, piring kotor dan pakaian, bi Titin yang mengurus semuanya."Pashaa, Hana mau minum jus bayam" Pinta Hana manja. Sebulan membiasakan diri memanggil Pasha tanpa sebutan 'pak', Hana akhirnya dapat melakukannya dengan lancar.Bahkan ia berpikir untuk memanggil suaminya itu dengan 'sayang' nantiny

DMCA.com Protection Status