Share

Bab 6

last update Last Updated: 2024-03-16 08:46:37

Kindly tak bisa menjawab. Tangannya terkepal kuat hingga urat bermunculan di balik kulitnya. Ingin sekali dia menekan Niela agar lebih patuh tapi ada sesuatu yang menahan keinginannya. Ada pertimbangan yang mengurungkan niat untuk menyakiti. Dia benci respon tubuhnya itu. Dia benci terlihat lemah di hadapan orang yang di benci.

Akhirnya Kindly pergi meninggalkan Niela tanpa sepatah katapun. Pria itu berkendara ugal-ugalan membelah jalan raya kota. Melampiaskan emosi yang terus menguar. Entah kepada siapa amarah ini ditujukan.

Niela meraba pipi bekas tamparan sang suami yang meninggalkan ruam merah. Dia menatap dirinya yang sedang duduk di depan cermin rias. Wanita itu merasa air matanya sudah terkuras habis hingga mengering.

"Menyedihkan sekali." Gumamnya pada diri sendiri.

Deskripsi kata hancur adalah kata paling tepat untuk kondisinya sekarang. Tak ada masa depan yang cerah sesuai ekspektasi ketika menikah. Sebaliknya, suram dan gelap.

'Kuat, kamu harus kuat Niel. Semangat!' batinnya menyunggingkan senyum cantik.

Malam itu Niela kembali insomnia. Sekalinya terlelap malah di hantui mimpi buruk hingga terjaga sampai pagi.

"Mata panda lagi." Ucapnya saat bercermin usai mandi.

Wajahnya jauh dari kata segar. Di tambah dengan ruam merah yang sedikit biru. Niela mencoba berbagai bentuk masker agar menutupi wajah kacaunya saat kerja. Meskipun mata panda itu masih terekspos.

Ceklek

Niela menoleh ke arah suara pintu yang terbuka. Di sana berdiri Kindly bersetelan rapi seperti biasanya.

"Polisi memanggil kita untuk memberi keterangan." Kata Kindly lalu segera pergi tanpa menutup pintu.

Ah Niela hampir lupa kasus perampokan malam lalu. Dia jadi merasa tidak enak harus ijin terlambat lagi hari ini. Tapi dia juga tidak bisa menolak panggilan polisi sebab Niela menjadi saksi pertama saat perampokan terjadi. Wanita itu buru-buru turun setelah mengabari Harell.

Kali ini perjalanan tidak sehening sebelumnya. Mulut Kindly sesekali berbicara. Bicara dengan beberapa klien. Pria itu tampak sibuk meski hanya melalui ponsel dan tablet. Perkerjaan terlihat lebih menarik dari pada sang istri yang duduk di sebelahnya.

Berbeda dengan perkiraan Niela. Memberi penjelasan saat bersaksi menyita waktu banyak. Tidak terhitung berapa kali dia menyalakan ponsel sekedar melihat jam hingga sesi tanya jawab itu selesai.

Mereka baru bisa keluar saat sudah lewat tengah hari. Niela mulai gelisah mengingat keterlambatannya sangat melewati batas. Harell memang bilangnya tidak apa-apa tapi tetap saja perasaan tidak enak itu ada.

"Berhenti di depan sana." Perintah Kindly pada supir.

"Baik tuan."

Niela hanya bisa menghela nafas. Tak ada keberanian untuk bertanya ataupun protes pada sang suami yang sudah turun dari mobil entah ke mana.

"Lama sekali." Gumam Niela tak sabar menunggu.

Harapan agar Kindly bisa terlihat menuju mobil terasa seperti anugrah besar bagi Niela. Dan... Terkabul.

Ceklek

Kindly masuk lalu melemparkan kantung kresek di pangkuan istrinya. Niela terlonjak ketika benda itu tiba-tiba mendarat padanya. Dia melirik Kindly yang kembali sibuk dengan layar ponsel setelah memberikan perintah "jalan!" pada supir. Lelaki itu tetap awet dengan Wajah dinginnya. Niela penasaran dan segera membuka isi kantung agar bisa melihat isinya.

"Obat?" Tanya Niela yang bingung.

"Obati lukamu agar tidak mempermalukanku." Jawab Kindly ketus lalu berdehem.

Meski dengan cara agak kasar tapi Niela bisa merasakan perhatian Kindly. Mungkin tidak seberapa untuk menutup kesalahannya namun Niela lega suaminya mulai berubah.

"Terimakasih." Ucap Niela.

Sepi. Tak ada respon apapun. Tak apa, itu lebih baik dari pada kena gamparan lagi. Obat tersebut segera dia masukkan ke dalam tasnya.

"A.. anu, bisakah aku turun di sana?" Suara Niela terbata-bata takut tidak sisetujui.

Kindly akhirnya mau menatap Niela yang langsung menunduk.

"Mau apa?"

"Ma.. mau naik bus dari halte itu." Katanya sembari mengangkat kepala meski belum berani bertemu tatap lama dengan sang suami. "Soalnya itu, aku mau kerja. Maksudku kita akan beda arah nantinya."

Seperti biasa Kindly tidak menjawab lagi. Niela pasrah. Hari ini sepertinya dia tidak di-ijinkan pergi. Tapi...

"Jangan pulang malam seperti kemarin!" Peringat Kindly setelah mereka berhenti di halte.

"Ha? I..iya baik." Ucap Niela gugup campur senang.

Dan untuk pertama kalinya Kindly melihat senyuman dari ekspresi girang Niela.

'cantik'

Niela semangat penuh menuju tempat kerjanya. Ada yang berbeda dari auranya hari ini, dan Harell menyadari itu.

"Kenapa pakai masker?" Heran Harell.

"Emm mau saja, lagi ada jerawat." Bohong Niela lagi.

"Yakin?"

"Dari pada itu, Niel mau minta maaf lagi-lagi terlambat kerja. Nanti potong saja saat gajian." Katanya tulus sembari menunduk.

"Memangnya kau yakin masih bisa kerja di sini setelah ini?" Ucap Harell menyilangkan tangan di dada.

Niela menatap Harell tak percaya. Bukannya tadi seniornya bilang tidak apa-apa? Kenapa sekarang malah begini? Ah, Niela terlalu percaya diri rupanya.

"Oh maaf. Ka.. kalau begitu Niel pergi." katanya pelan penuh penyesalan.

"Kenapa tidak memohon?" Suara itu menghentikan Niela yang hampir berbalik melangkah.

"Niel merasa tidak pantas karena Niel memang salah." Akunya.

"Pfftt Ha..ha..ha" Harell tertawa memenuhi ruangannya "Kenapa kamu mudah sekali dikerjai Niel." Katanya lalu lanjut tertawa lagi.

Niela mengerjapkan mata bingung. Dia sempat loading untuk mengerti. Sungguh seniornya ini terlalu banyak bermain. Ini memang ciri khas dari sifatnya pada orang yang dianggap dekat. Sayangnya Niela yang polos sangat mudah dikelabuhi.

"Ih kak Harell sudah, berhenti tertawanya." Kesal Niela merasa dipermainkan.

"Oke duduklah dulu." Kata Harell menunjuk kursi di depannya. Niela menurut dan duduk di sana.

"Dengar yah Niela juniorku. Lain kali pertahankan hak-mu. Jangan mau di perlakukan semaunya oleh orang-orang di sekitarmu. Anggap saja ini pelajaran." Tegas Harell yang kembali pada jiwa berwibawanya.

"Ta.. tapikan Niel memang benar melanggar aturan."

"Iya tapikan aku sudah beri ijin. Kau pun punya bukti pesan-nya kan? Pakai itu sebagai senjata."

"..."

"Tidak semua orang itu baik Niel. Kamu harus kuat mempertahankan hak-mu kalau tidak mau kalah pada orang curang. Mengerti?"

"Iya mengerti." Niela mengangguk patuh.

Dia akui itu sulit untuk di lakukan. Tapi tetap membenarkan semua perkataan sang senior. Niela kagum pada Harell yang membawa banyak perubahan. Semakin tampan dan cerdik.

Sama seperti kemarin, Niela hanya belajar beberapa hal yang harus di pahami selama menjadi asisten Harell. Beruntung jadwal Harell tidak padat. Pukul 5 sore pun ke-2 nya turun bersama hendak pulang. Lengan Niela di tarik Harell ke arah parkiran.

"Eh kak? Niel naik bus saja, tidak usah di antar." Ucap Niela yang masih di seret pelan.

"Siapa bilang aku mau beri tumpangan?"

Lagi, seniornya mulai melakukan sesuatu yang tidak bisa di tebak. Mata Niela membulat kala Harell menyerahkan kunci di depan sebuah motor berkilau. Tak usah di tanya, motor itu baru keluar dari dus-nya.

"Tahu cara mengendarainya kan?"

"Tahu tapi..."

"Ambil dan pergi." Final Harell berlalu menuju mobil miliknya.

Niela mengejar Harell sebelum masuk mobil. Dia menahan lengan seniornya agar mau berhenti.

"Niel tidak bisa kak. Itu nanti Niel pakai saja untuk kebutuhan kantor." Niela tidak mengira hadiah itu sungguhan di berikan.

"Kamu itu asistenku bukan ojek online. Untuk apa kamu gunakan motor itu saat kerja? Mau di bawa ke ruang meeting?" Ucap Harell menggelengkan kepala.

"Oh iya yah." pikir Niela berwajah polos "Tapi tetap saja..."

"Ssstt sana hush! Aku buru-buru." Usir Harell dengan gurauannya.

Niela hanya bisa mematung melihat mobil sang senior perlahan menghilang dari jangkauan mata. Dia tak punya pilihan selain menerima hadiah itu. Anggap saja berkat anak baik. Niela memang sudah biasa mengendarai motor sewaktu kuliah. Jadi tidak ada masalah mengendarai kendaraan itu.

Hari ini tampak baik-baik saja. Niela berjalan masuk mansion setelah memarkirkan motor barunya. Kelihatannya Kindly belum pulang sebab mobil yang di pakai tadi belum kembali.

"Hai Niela." sapa Alika yang duduk anggun di ruang tamu.

Related chapters

  • Pernikahan Tanpa Perasaan dengan Tuan Atasan   Bab 7

    Niela duduk berhadapan dengan Alika, kekasih sang suami. Mereka berada di ruang tamu. Niela kira Alika akan kencan dengan Kindly, tapi ternyata Alika sengaja datang untuk bertemu dengannya."Maaf, aku menganggu yah?" Ucap Alika yang kembali berbicara.Wajah cantik nan anggun itu menatap teduh Niela. Sebenarnya kalau dinilai dari luar Alika lebih terlihat santun dan ramah. Cara berpakaian selalu modis, tak bosan di pandang. Kindly memang tahu memilih pasangan yang menarik."Tidak apa. Jadi apa yang mau kau bicarakan?"Alika tampak berpikir penuh pertimbangan. Ini adalah pertama kali mereka mengobrol jadi tentu saja ada kecanggungan yang terselip."Kau tahu, aku dan Kin sudah jadi pasangan selama lebih dari 3 tahun." Ucapnya tanpa keraguan. "Dia pernah berjanji akan menikahiku."Pedih. Niela berada pada posisi yang tidak menguntungkan. Mendadak dia merasa jadi penghancur hubungan. Wajar saja Kindly selalu bersikap kasar. Tapi apakah Niela harus mengabaikan kehancuran hatinya dalam masal

    Last Updated : 2024-03-21
  • Pernikahan Tanpa Perasaan dengan Tuan Atasan   Bab 8

    Menjadi tempat pelarian itu sakit untuk orang yang tulus. Niela sadar dia hanyalah pendatang baru dalam hidup Kindly. Tidak mungkin mereka bisa langsung beradaptasi. Perlu waktu untuk saling mengenal. Namun jika dalam waktu menunggu itu selalu melukai batin maka Niela akui tak sanggup. Mentalnya perlu di jaga demi kewarasan. Wanita itu tak punya siapapun dan selalu berjuang di atas kakinya sendiri. Jadi jika mau tetap hidup, sepertinya kata cerai adalah solusi."Sudah selesai mengetik?" Perhatian Niela beralih pada Harell yang berdiri di depannya dengan bersilang tangan."Eh? Oh.. sisa sedikit tuan. Sebentar lagi." Jari-jari rampingnya kembali menari di atas keyboard komputer.Harell mengernyit mendengar panggilan baru Niela untuknya. Ada rasa tidak senang dari panggilan itu. "Tuan? Apa kamu berubah jadi orang asing sekarang?"Sontak jari Niela berhenti. "Bukan begitu. Kak Harell kan memang tuannya Niel." ucap Niela dengan wajah polosnya. Dia tidak mau dianggap tidak sopan oleh karyaw

    Last Updated : 2024-03-22
  • Pernikahan Tanpa Perasaan dengan Tuan Atasan   Bab 9

    Semua orang terkejut mendengar pernyataan Niela termasuk Kindly. Dia tidak tahu menahu soal ini. Tapi siapa yang mau dia salahkan? Sebab dia sendiri tak pernah bertanya keadaan sang istri. Beberapa kali masuk rumah sakit tak dijenguk. Bahkan sekedar bertanya 'Apa kau baik-baik saja' tidak pernah.Sena sulit berkata, dia tertegun di tempatnya berdiri. Wanita paruh baya itu sudah menanti kelahiran cucu pertamanya. Tak pernah terbesit di otaknya akan mendengar kabar duka ini. Niela sendiri tidak bercerita apapun. Jadi Sena mengira semua dalam keadaan baik."Ap... Apa mama tidak salah dengar?""Niel minta maaf."PlakSena menampar Kindly penuh emosi. Saat Sena memamerkan oleh-olehnya tadi, Kindly tidak menunjukkan rasa duka sedikitpun. Hal itu cukup menjawab bahwa dia sendiri tidak tahu kabar keguguran anaknya. Andri hanya diam. Dia juga terluka mendengar penuturan Niela."Apa kau tahu istrimu keguguran?" Suara Sena bergetar namun menyiratkan emosi. Matanya menatap nyalang Kindly yang tak

    Last Updated : 2024-03-26
  • Pernikahan Tanpa Perasaan dengan Tuan Atasan   Bab 10

    Umumnya orang dewasa malas memulai hubungan baru jika menyangkut pasangan hidup. Apa lagi kesibukkan kerja yang menyita banyak waktu. Mencari yang lain adalah hal rumit. Terlebih harus mulai dari awal untuk menyesuaikan diri dengan pasangan baru. Saling percaya merupakan salah satu bagian paling susah. Hal inilah yang dialami Kindly. Pria 30 tahun itu muak didatangi banyak wanita demi menikmati harta berlimpahnya. Dulu pernah ada yang mengaku hamil dan menuntut Kindly bertanggung jawab. Bukan orang asing tapi wanita itu temannya sendiri. Dia menjebak Kindly yang dalam keadaan mabuk. Waktu itu mereka berpesta usai wisuda. Bangun-bangun Kindly sudah berada di sebuah kamar dengan tubuh polos tanpa pakaian. Di pinggir kasur si wanita menjalankan aksi menangisnya seolah menjadi korban pelecehan. Sayang, usahanya gagal total sebab dia tidak berhasil dibuahi. Apa lagi ada wanita lain yang memberikan bukti kalau semuanya hanyalah jebakan. Nyaris terkecoh, wanita pemberi bukti itu ternyata sa

    Last Updated : 2024-03-27
  • Pernikahan Tanpa Perasaan dengan Tuan Atasan   Bab 11

    Pagi hari, Niela mengerjapkan mata saat terbangun dari mimpi. Tenggorokannya terasa kering dan sakit. Mungkin akibat dari teriakan semalam. Manik mata hitam itu menjelajah isi ruangan yang bisa dijangkau. Tidak berbeda dari kemarin. Dia masih di tempat yang sama.CeklekPandangannya berpindah pada Kindly yang baru masuk. Kali ini Niela tidak berteriak ataupun berontak. Badannya cukup lemas bahkan untuk sekedar bangun. Tapi kabar baiknya dia kembali normal dan mengingat semua kejadian yang baru di alami. Hingga rasa takut akan kehadiran Kindly cukup membuatnya tidak nyaman."Hei sudah sadar?" Sapa Kindly sambil meletakkan kantung belajaan. Lelaki itu menarik kursi dekat kepala ranjang dan duduk di sana.Niela masih diam dengan tingkah aneh sang suami. Apa Kindly sungguh bertanya padanya? Perasaan baru kemarin pria itu menunjukkan sikap tak peduli."Mama baru pulang tadi. Jadi hanya aku yang berjaga." Lanjut Kindly menangkap mata polos Niela yang terkandung banyak pertanyaan."Lapar? Ma

    Last Updated : 2024-03-28
  • Pernikahan Tanpa Perasaan dengan Tuan Atasan   Bab 12

    " TIDAK TIDAK.. Kin asli menginginkanku mati. Dia bilang tidak mau mencintaiku." Racaunya menggeleng ribut.Bayang-bayang itu lebih terasa nyata dari pada situasi sekarang. Keringat di dahi pun bermunculan."Niel? Niel hei Niela." Kindly meraih wajah Niela yang terlihat gusar. Dia tahu istrinya trauma."TIDAK. KAU BUKAN KIN ASLI." Jeritnya. Mata indah itu mengalirkan air lambang kesedihan. "Kin ingin aku mati. Kin tidak sudi menyentuhku.""NIELA!""Kin benci, Kin jijik padaku. Aku tidak berharga baginya." Gumam Niela meyakinkan dirinya bahwa Kindly versi baru tidak ada. Hanya khayalan."Niel maaf.. maaf aku mengaku salah. Oke? Aku janji akan berubah untukmu Niel." Sesal Kindly sembari menarik wanita hiteris itu ke dalam dekapan."Kin pasti membuangku--""NIELA ISTRIKU." Teriak balik Kindly yang sukses mengembalikan otak waras Niela. "Kau mau apa? Aku akan melakukannya untukmu, tapi tenanglah." Bujuk Kindly dengan nafas tak kalah memburu. Detak jantungnya bahkan terasa di setiap ketuk

    Last Updated : 2024-03-29
  • Pernikahan Tanpa Perasaan dengan Tuan Atasan   Bab 13

    "Kak Harell?" Sapa balik Niela. Detik pertama dia senang melihat wajah yang sudah sekian hari tidak dia temui. Tapi tidak lagi saat genggaman Kindly mengerat kuat hingga terasa sakit. Senyuman Niela langsung luntur ketika menoleh dan mendapati wajah dingin sang suami."Argh." Ringis Niela menahan sakit."Siapa kau?" Tanya Kindly retoris. Rahangnya mengeras meninggalkan kesan aura dominan yang gelap. Dia tidak lupa wajah lelaki yang bersama dengan istrinya saat di resto kapan hari."Oh maaf, aku hanya ingin tahu keadaan Niel setelah beberapa hari ini hilang kabar." Katanya. Harell tersenyum ramah tanpa memperhitungkan betapa tidak sukanya Kindly akan kedatangannya."Maaf kak, Niel lupa mengabarkan soalnya...""Naik dan masuk ke kamar!" Perintah Kindly memotong ucapan Niela. Tatapan tajamnya pada Niela menjelaskan kalau dia tak mau mendengar alasan apa pun untuk membantah."Kin." Lirih Niela dengan wajah memelas agar diberi waktu bicara bersama Harell."AKU BILANG MASUK!" Bentak Kindly

    Last Updated : 2024-03-30
  • Pernikahan Tanpa Perasaan dengan Tuan Atasan   Bab 14

    "Niela." Panggil Kindly saat wanita itu sibuk melingkarkan perban di tangannya. Niela tidak mengatakan apapun selama mengobati. Dia fokus melakukan pekerjaannya tanpa mau banyak tahu. Tentu hal ini membuat Kindly heran."Hmm?" Sahut Niela masih menata perban."Tidak mau bertanya atau menjelaskan sesuatu?""Kau sendiri yang bilang tidak mau ditanya macam-macam."Kindly baru menyadarari, dia benar-benar tidak mengenal Niela. Dia tidak tahu bagaimana karakter sang istri. Kadang terlihat patuh, tapi kadang juga melawan. Kindly juga belum bisa membedakan apakah keterdiaman istrinya karena takut atau memang tidak mau mengganggu privasi."Oke maka aku yang akan bertanya. Siapa dia?" Tanya Kindly tenang."Dia pemilik perusahaan tempatku berkerja." "Kau baru beberapa hari bekerja di sana dan sudah seakrab itu sampai dia sendiri datang mencarimu?" Selidik Kindly yang curiga dengan kedekatan mereka. "Aku bahkan lebih banyak tidak mengenal bawahanku meski mereka sudah bekerja 1 tahun lebih."Ki

    Last Updated : 2024-03-31

Latest chapter

  • Pernikahan Tanpa Perasaan dengan Tuan Atasan   Bab 48

    Menghilangnya Kindly telah membukakan jalan lebar bagi rivalnya beraksi. Inilah alasan Kindly melarang Niela sembarang keluar rumah tanpa penjagaan. Namun dia kurang perhitungan dalam penyediaan tenaga bayaran.Orang-orang itu mentargetkan Niela dalam penculikan. Mereka membuat kedua pengawal tumbang dan meninggalkan Sena yang histeris. Sena sempat melakukan perlawanan untuk merebut Niela dan pada akhirnya pingsan setelah tengkuk kepalanya di hantam benda tumpul.Pertolongan baru datang usai mereka berhasil lari.Niela tidak tahu apa yang dia alami selanjutnya. Pandangannya menggelap ketika sebuah kain beraroma tajam menutup mulut dan hidungnya. Dia kira akan terbangun di tempat kumuh seperti gudang berdebu, tempat penyekapan yang sering muncul dalam film.Salah.Begitu kelopak matanya terbuka, yang pertama dilihatnya adalah langit-langit putih yang terlampau terang akibat biasan lampu bagian tengah. Menoleh kiri kanan, ini merupakan kamar yang nyaman ditiduri.Tunggu.Apa Andri suda

  • Pernikahan Tanpa Perasaan dengan Tuan Atasan   Bab 47

    Tak ada petunjuk. Tak ada saksi. Cctv terhapus secara misterius.Kindly benar-benar menghilang tanpa jejak. Polisi turun tangan dalam pencarian. Andri mengerahkan segenap kekuasaannya.Niela menggila, uring-uringan di jalanan tanpa arah. Fokusnya mencari batang hidung Kindly di mana pun. Para pengawal hanya sanggup mengantar dan mengikuti intruksinya. Selama empat hari ini Sena dan Andri berusaha bersikap tenang, memutuskan menemani Niela juga menginap selama Kindly belum ditemukan.Sena terpaksa mengurung Niela yang memaksa keluar mencari sang suami. Wanita itu menolak makan, sering melamun, dan menangis tanpa suara. Dia juga lebih banyak menyendiri di balkon kamar, menatap langit dalam keheningan. Wajahnya pucat karena kurang nutrisi. Kantung matanya menebal, separuh lingkaran hitam membingkai bawah matanya.Dari pintu, Sena memperhatikan dengan helaan nafas lesu. Dia merasa kehilangan, tentu. Tapi sang menantu pasti punya tanggungan kesakitan yang berbeda. Antara bersyukur karena

  • Pernikahan Tanpa Perasaan dengan Tuan Atasan   Bab 46

    Secepat kilat menyambar, sama cepatnya dengan aksi bunuh diri Alika. Tak ada yang bisa dilakukan lagi. Alika mengalami pendarahan hebat, kepalanya pecah, tangan kirinya bengkok terlindas bola depan mobil. Kana meraung dalam bahasa sedih. Kindly berlari, berusaha meraih tubuh Alika yang separuhnya terjebak di bawah kolong mobil. Jalanan ribut suara-suara ringisan, prihatin, dan bercampur dengan bunyi klakson dari belakang (mereka tidak tahu situasi di depan).Alika menghembuskan nafas terakhirnya. Meninggalkan luka pukulan besar sekaligus kenangan terburuk.Pemakaman di laksanakan dua hari kemudian. Tangis pilu mengelilingi petinya. Kana sudah kehabisan air mata. Dia menatap penuh dendam pada Kindly yang datang bersama Niela. Mungkin ingin memaki dan marah-marah jika tidak di depan umum. Seluruh keluarganya pun tak mau repot-repot menyapa. Itu wajar. Niela sudah menduga skenario ini sebelum tiba.Kindly berdiri bak mayat hidup. Wajahnya datar, lebih seperti melamun. Binar matanya meng

  • Pernikahan Tanpa Perasaan dengan Tuan Atasan   Bab 45

    Kana tersenyum percaya diri. Memaksimalkan drama, bertingkah sebagai korban paling tersakiti. "Kin, istrimu memukul Alika."Kindly masih berdiri di ambang pintu, menatap bergantian antara Niela dan Alika. Matanya tajam seperti biasa. Aroma parfum maskulinnya berbaur dengan wangi roti panggang mentega.Niela diam menunggu penasaran apa yang akan dilakukan sang suami. Bunyi sepatu Kindly adalah satu-satunya yang terdengar. Bagaikan latar musik horor mendekati puncak kemunculan setan. Perlahan dia berjalan mendekat, dan berhenti di hadapan istrinya."Apa yang kau lakukan?" Tanyanya dengan suara rendah.Niela diam, menatap lekat mata Kindly. Membaca situasi hati lelaki itu. Terbesit keraguan dalam dirinya ketika mendapati sorot mata yang sulit ditebak."Dia memukul Alika." Ulang Kana memanasi. "Dia sangat kasar dan...""Aku bertanya padamu." Kindly menoleh pada Kana. "Ada apa kau datang mengganggu istriku lagi?"Mulut Kana menganga, bingung. Kepercayaan dirinya luntur sesaat. "Kau membela

  • Pernikahan Tanpa Perasaan dengan Tuan Atasan   Bab 44

    Beberapa pelanggan yang baru datang dan pejalan kaki yang lewat menyaksikan perdebatan di depan toko roti itu. Si ibu pemilik toko berkacak pinggang, melontarkan kalimat-kalimat gerutuan. Suaranya nyaring, sanggup menenggelamkan suara Kana.Si pengawal (dua orang) memasang badan, mencegah Kana melewati batas pintu. Wajah mereka tak banyak berubah, datar, tampak seperti melawan anak ayam.Kana sudah kehilangan akal sehatnya. Dia benci diperlakukan kasar. Dia benci orang-orang memandangnya rendah. Emosi itu membakar dirinya hingga lupa sedang berada di tempat umum dan memancing atensi banyak orang. Sial, ini sangat buruk.Pintu kaca terbuka. Seseorang menariknya dari dalam. Niela keluar, menatap Kana. Perdebatan mereka terintrupsi."Apa yang kau lakukan Kana?" Tanya Niela, berpura-pura tidak mengerti kondisi."Ah maaf nona, kenyamanan anda terganggu karena orang ini." Ucap si wanita pemilik toko.Niela memborong banyak roti, pun wajahnya sudah dikenal karena terlalu sering membeli bebe

  • Pernikahan Tanpa Perasaan dengan Tuan Atasan   Bab 43

    Keadaan berubah. Kini Niela yang merasa bersalah dan memaki dirinya sendiri dalam hati. "Kau salah mengerti." Ralat Niela dengan mata berkaca-kaca."Apa pun yang kau tidak suka dariku. Bisakah kita membicarakannya bersama?"Niela pun tak tahan. Dia menghadapkan tubuh pada Kindly dan meraih wajah itu ke dalam dekapannya. Ini tidak pernah terjadi sebelumnya. Biasanya Niela yang di dekap, ditenangkan, dibisiki kata-kata hangat. Berbeda dengan sekarang. Dia merasakan kerapuhan lelaki yang selalu menunjukkan wajah garang. Hampir mustahil mempecayai momen ini terjadi jika mata tak melihat langsung.Apa Kindly juga begini pada Alika? Oh sialan, pikiran negatif begitu tak membantu."Baiklah, maaf kalau aku menyudutkanmu, bukan maksudku." Ucap Niela sembari mengusap punggung sang suami."Jangan katakan hal itu lagi padaku." Suara Kindly masih serak, namun tidak lagi sumbang.Niela mengangguk. "Selama kau tidak berbuat macam-macam, aku tidak akan mengatakannya lagi. Kau sadar? Hubungan kita sep

  • Pernikahan Tanpa Perasaan dengan Tuan Atasan   Bab 42

    Perjalanan pulang begitu hening. Wanita bermata kosong di samping kemudi lebih tertarik pada hamparan luar kaca mobil. Kindly tidak bodoh untuk mengetahui isi pikiran istrinya. Dia membiarkan sejenak. Tangannya ingin menyetel lagu namun lupa caranya bergerak karena tidak ingin memperburuk suasana."Dia teman semasa sekolahku. Kami dekat--""Aku tahu." Sela Niela cepat, tak ingin mendengar penjelasan lebih rinci lagi. "Mama sudah cerita saat kau asik mengobrol dengannya."Ini bukan sesuatu yang perlu dikejutkan lagi. Justru aneh kalau wanita itu merespon biasa saja. "Hmn, dia bukan sainganmu dan sudah punya calon suami. Dia bilang ingin memiliki hubungan yang baik denganmu." Kindly melirik sekilas wajah datar itu. "Katanya ingin berteman denganmu.""Kak Harell juga bukan sainganmu, tapi kau memukulnya waktu itu."Kindly tergugu. Kata-katanya gagal terucap. Perasaannya berubah was-was sekarang. Menentang dengan alasan apa pun akan terdengar konyol saat ini.Niela menoleh, masih dengan w

  • Pernikahan Tanpa Perasaan dengan Tuan Atasan   Bab 41

    Mereka tidak memilih ruang privat, melainkan meja yang berjejer rapi di area luas. Masih dalam restoran yang sama. Kindly bicara berdua dengan Saira, sementara Niela kembali ke meja dimana orangtua mereka berada."Aku tidak menyangka akan bertemu denganmu di sini malam ini. Aku memang berencana menemuimu, tapi belum sempat karena baru tiba kemarin sore." Saira bercelatuk bebas di depan Kindly. Kentara sekali sudah terbiasa hingga tak mau repot-repot bertingkah anggun."Yah, aku juga hampir lupa tentangmu. Kau terlalu lama menghilang.""Karena ayahku. Kau mengenalnya kan? Dia lelaki yang ketat aturan."Kindly mengangguk tertawa pelan. "Aku ingat dia pernah memelototiku karena terlambat mengantarmu pulang.""Dan ibu mengejarmu untuk minta maaf."Tawa mereka beradu. Hubungan mereka tidak diragukan lagi. Meski lama berpisah, namun kehangatan dan kenyamanan itu tidak surut. Rasanya senang ketika mengingat momen masa remajamu bersama orang terdekat. Hal buruk pun akan terdengar lucu dan sed

  • Pernikahan Tanpa Perasaan dengan Tuan Atasan   Bab 40

    Toilet resto berbintang memiliki bentuk dan kebersihan ternyaman. Tak ada bau pesing atau coret-coretan di dinding. Lampu bersinar terang, membuat kulit tampak putih bersih saat terpapar. Berlama-lama sambil menambal make up pun tak masalah. Kualitas perlengkapan alat-alatnya sebanding dengan kantong orang berkelas. Cermin pun sering jadi sasaran tempat berpose depan kamera. Berbeda jauh dengan rumah makan kecil-kecilan yang sering Niela kunjungi, bahkan justru ada yang tidak menyediakannya. Wanita itu melihat jelas bagaimana perubahan hidupnya yang naik ke atas melompati banyak tangga sekaligus. Keluarga Kindly punya kekayaan sebanyak itu.Air dinyalakan, mencuci tangan yang sebenarnya tidak kotor. Niela mendesah berat, menunduk menatap titik air di watafel yang baru selesai digunakan. Pandangannya kosong, melamun. Sebenarnya dia tidak memiliki kepentingan ke toilet, hanya ingin menjauh saja. Nafsu makannya hilang sebagian.Mengetahui Kindly keluar kantor entah ke mana, membuatnya b

DMCA.com Protection Status