Share

Bab 61: Pertengkaran Lainnya

Penulis: path
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-29 01:00:18

Perbincangan Mentari dan Teguh memenuhi kepala Mentari sepanjang perjalanan pulang. Seandainya saja Argan memiliki setengah dari tanggung jawab yang dimiliki Teguh, hidupnya akan lebih mudah. Dia tidak perlu menguatirkan kebutuhan Feliz.

Argan sedang duduk di teras depan ditemani segelas kopi dan rokok saat Mentari tiba di rumah. Langkah Mentari terhenti melihat suaminya masih berada di rumah dan sedang menikmati sore harinya dengan santai. Mentari melewatinya tanpa menyapa.

"Tari," panggil Argan menghentikan langkah Mentari.

Mentari membalasnya dengan gumaman.

"Pinjami aku seratus." Tangan kanan Argan terangkat meminta.

"Tidak ada." Mentari berlalu, namun Argan mengejarnya.

"Kamu sudah gajian, kan? Tidak mungkin tidak punya uang."

Mentari tak menghiraukannya. Dia terus berjalan menuju dapur, haus. Argan mengikutinya.

"Seratus ribu saja, nanti aku ganti."

"Aku tidak punya uang, Argan. Gajiku hanya sedikit karena masih ma

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 62: Ke Jakarta

    Sebuah kejutan menyambut kepulangan Mentari dari bekerja."Hai, Tari, apa kabar?" Ajeng, kakak Argan duduk di ruang tamu ditemani ibu."Ka Ajeng. Kabarku baik, Kak Ajeng apa kabar?""Aku baik, Tari."Mentari bertanya-tanya dalam hati tujuan kedatangan Ajeng. Ajeng bukan kakak ipar yang akrab dengan Mentari. Mereka tidak bertukar sapa lewat telepon atau Whatsapp.Mata Mentari berkeliaran."Kamu mencari Argan?" Ajeng membaca gerak-gerik Mentari. "Dia tidak ikut, aku datang sendirian. Aku baru saja kembali dari Singapura. Koperku masih di dalam mobil. Cape sekali, tapi aku menyempatkan waktu kemari."Mentari ingat telah melihat sebuah mobil terparkir di jalan seberang rumah. Dipikirnya itu mobil tamu tetangga depan."Aku lupa membelikan kalian oleh-oleh seperti waktu itu saat aku pulang dari Bali, karena aku buru-buru. Pekerjaanku menuntut ketangkasan, jadi kadang hal-hal sepele jadi terlupakan."'Kakak adik sama saja,' batin Mentari. Gaya bicara Ajeng persis seperti gaya bicara adiknya,

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-29
  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 63: Keputusan

    "Tari, kenapa kamu bohong pada kak Ajeng? Kamu masih dalam masa percobaan di toko, kenapa kamu bilang sudah dikontrak?"Suara keras Argan terdengar hingga ke teras depan. Ibu yang sedang menyapu di halaman depan, melepaskan sapu dan masuk ke dalam. Tapi, menunggu di ruang tamu."Aku akan dikontrak," ucap Mentari berbohong. Belum ada pembicaraan dari Pak KT tentang kontrak Mentari. Alasan itu tercipta, karena dia benar-benar tidak ingin ikut Argan ke Jakarta."Makanya, sebelum kamu dikontrak segera berhenti. Seminggu lagi aku berangkat, pokoknya kamu sudah harus siap. Aku tidak mau mendengar alasanmu."Argan mengambil sepasang baju bersih dari dalam lemari, memasukkannya ke dalam tas olahraganya dan keluar. Mentari mengejarnya."Untuk apa aku dan Feliz ikut? Apa gunanya kehadiran kami di sana? Bukankah kami hanya akan merepotkanmu? Kenapa tidak pergi sendiri saja?""Kamu istriku. Tentu saja kamu harus ikut suamimu. Tidak masuk akal aku berada di Jakarta sementara kamu tinggal di sini."

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-29
  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 64: Tempat yang Baru

    Mata Mentari berkaca-kaca menatap ibu dan kakaknya. Tidak bisa lagi menahan, tangisnya pecah. Air mata berlinangan dari kedua matanya."Kabari Ibu kalau sudah tiba di Jakarta, ya?" Ibu merengkuh Mentari ke dalam pelukannya selama yang dia bisa. Pertama kalinya akan berpisah jauh dengan Mentari, terasa berat melepaskannya."Terus kabari kami situasi kamu di sana, jangan sampai hilang kontak!" pesan Cahya bergantian memeluk Mentari.Tak ada kata-kata yang sanggup dikatakan Mentari, tangisnya mulai mereda, namun air mata masih berlinang mengalir di pipinya yang hanya dibedaki tipis."Tari, ayo, nanti kita terlambat," panggil Argan sambil menutup bagasi mobil setelah memasukkan koper terakhir.Argan mendekati ibu dan Cahya, berpamitan pada mereka."Jaga Mentari dan Feliz baik-baik. Hubungi kami kalau ada apa-apa," wanti ibu menepuk lengan atas Argan."Jangan kuatir, Bu. Jakarta aman, tidak akan terjadi apa-apa pada mereka.'Daripada menguatirkan situasi Jakarta, ibu lebih cemas dengan kon

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-30
  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 65: Sepi 1

    Pekerjaan Argan dimulai besok. Hari ini, dia mengajak Mentari berbelanja bahan makanan ke supermarket."Sempit sekali mobil ini, lihat kakiku yang panjang tidak muat," keluh Argan saat duduk di mobil yang diambilnya semalam."Syukuri saja, setidaknya ada mobil untuk dipakai bekerja dan kemana-mana," ucap Mentari yang duduk di kursi penumpang bersama Feliz. Tidak ada baby car seat, jadi Feliz duduk di pangkuan Mentari."Kenapa fasilitas yang diberikan serba minim seperti ini? Untuk proyek semegah ini, semua fasilitas ini tidak bisa diterima."Omelan Argan membuat Mentari pusing, maka dia membuka kaca jendela. Argan melihatnya."Kenapa kamu buka? Tutup lagi!""Anginnya segar.""Aku pasang AC, Mentari," bentak Argan. Karena Mentari tidak segera menutup jendela, Argan yang melakukannya.Tak ingin bertengkar untuk soal kecil, Mentari bermain-main dengan Feliz. Dia mengajaknya berdendang dan menari."Sakit kepalaku mendengarmu." Argan menghidupkan radio dan mengeraskan volumenya. Lagu metal

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-30
  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 66: Sepi 2

    Bunyi itu kembali terdengar. Kali ini semakin keras. Bukan hanya sekali, tapi beberapa kali, berulang-ulang.Mentari panik. Dia bingung harus bagaimana. Argan tidak ada. Hanya ada dia dan Feliz yang tidak berdaya.Dengan meneguhkan hatinya, Mentari berdiri menghampiri pintu kamar. Telinganya menempel di pintu, berusaha mendengarkan bunyi dari balik pintu depan.Tiba-tiba sesuatu yang tidak diduganya terdengar."Tari, buka pintunya."Mentari tidak yakin. Perlahan dia membuka pintu kamar agar tidak menimbulkan bunyi, lalu dia mendengarkan."Tarii..."Suara lirih terdengar memanggil dari balik pintu.'Itu bukan suara Argan. SIapa itu?' batin Mentari ketakutan."Tari, ini aku, Argan, bukakan pintunya."Mentari mendekati pintu, mengintip keluar dari balik kelambu.Seorang pria berdiri berpegangan pada kusen pintu. Argan.Segera Mentari membuka kunci pintu. Dia mendapatkan suaminya itu dalam keadaan setengah sadar. Aroma alkohol menguar dari tubuhnya."Tari," ucap Argan dengan nada suara kh

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-30
  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 67: Uang

    Hari demi hari lewat begitu lambat. Rutinitas Mentari selalu sama. Mengurus Feliz, memasak, mencuci baju, membereskan rumah dan berjam-jam menonton Tiktok. Tak ada kegiatan lain yang bisa dilakukannya dan tak ada siapapun yang bisa diajaknya bicara.Pekerjaan Argan menuntutnya untuk bekerja dari pagi hingga malam hari. Begitulah kata Argan sewaktu ditanyai Mentari. Jadi, seharian penuh Mentari hanya bersama Feliz. Mulanya dia menikmatinya, karena tidak perlu meladeni ocehan Argan. Lama-kelamaan, dia merasa kesepian.Di saat merasa kesepian, dia selalu menelepon ibu atau kakaknya. Namun dia merasa tidak enak hati jika terlalu sering menelepon mereka, mengganggu waktu mereka beraktivitas atau istirahat.Bekerja adalah salah satu jalan keluar yang dipikirkannya. Selain memiliki kesibukan, dia juga bisa menghasilkan uang untuk dirinya sendiri. Argan belum sebulan bekerja, dia belum mendapatkan gaji, hanya mengandalkan uang yang diberikan kakaknya.Tak sekalipun Mentari meminta uang dari A

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-31
  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 68: Tidak Pulang

    Pintu depan terbuka lebar. Mentari menunggui Argan pulang.Jam dinding menunjukkan pukul sepuluh kurang, tapi Argan belum juga menampakkan diri. Mentari mondar-mandir di teras depan ditemani Feliz yang belum terlelap. Seperti mengerti perasaan ibunya, Feliz menemani Mentari sambil memainkan mobil-mobilan.Lampu mobil tampak dari kejauhan. Mentari yang telah duduk, berdiri hendak menyambut. Mobil semakin mendekat dan melewati rumah. Bukan Argan. Selanjutnya tidak lagi terlihat kendaraan mendekati kompleks perumahan. Angin malam bertiup dingin.Mentari melirik jam dinding. !0.22. Biasanya Argan tiba di rumah sekitar jam sepuluh, sekarang hampir setengah sebelas. Matanya terus melirik jam dinding yang berdetak pelan. Saat jarum panjang berada di angka enam, Mentari mengajak Feliz masuk. Dikuncinya pintu depan dan mematikan lampu ruang tamu, lalu masuk ke kamar.Feliz menguap. Tanpa disusui, Feliz terlelap dengan sendirinya. Ini sudah melewati jam tidur malamnya, dia kelelahan.Pikiran Me

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-31
  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 69: Sepi

    Malam ini, lagi-lagi Argan tidak pulang. Mentari menungguinya hingga larut malam, namun kabar pun tidak kunjung datang pada Mentari yang telah mengiriminya pesan Whatsapp.Sepanjang pagi, pikiran Mentari berkelana akan keberadaan Argan. Tak ada lagi yang dapat dikerjakannya selain menjagai Feliz. Semua tugas rumah telah dikerjakannya. Dia tidak ingin menunda lagi seperti kemarin. Entah dia tidak ingin Argan marah melihat kondisi rumah yang berantakan, atau dia hanya tidak ingin mendengarkan omelan Argan.Selama berada di Jakarta, perasaannya bercampur aduk tidak karuan. Perasaannya dengan mudah berganti-ganti tatkala sesuatu terjadi. Itu dikarenakan dia tidak memiliki kegiatan lain yang bisa membuatnya sibuk. Pikirannya mengambil alih hidupnya."Kenapa kamu ga menuruti saranku, Tari? Coba saja, coba!" ucap Cahya saat Mentari meneleponnya dan mengeluh tentang perasaannnya."Ga semudah itu, Kak." Kembali Mentari mencari alasan."Kamu tidak akan mengetahui itu akan berhasil atau tidak ji

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-01

Bab terbaru

  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 113: Lembur

    Ponsel Mentari berdering nyaring, namun karena terburu-buru tiba di toko, ia tidak mengindahkannya. Dan setelah berada di loker, tanpa memeriksa notifikasi, dia mengganti ke mode getar dan menonaktifkan data.Saat makan siang tiba, ia disambut pesan yang tidak diharapkannya ketika kembali mengaktifkan data.Helaan nafas Mentari mengundang tanggapan Feri yang juga sedang istirahat siang.“Ada apa?” tanya Feri prihatin.Tanpa berpikir, Mentari menyahut karena jengkel, “Biasa, perusak hari.”“Perusak hari?” ulang Feri tidak mengerti. Setelah berpikir sejenak karena tidak mendapatkan respon dari Mentari, dia berkata, “Kabar buruk?”Menyadari kalau dia tidak seharusnya mengungkapkan permasalahan pribadinya di tempat kerja, dia menjawab, “Kabar angin.”“Kalau kabar angin, tidak usah diambil pusing.”Ucapan Feri mengalir seperti sungai kecil. Tak satu pun yang didengarkan Mentari, dia terpaku pada pesan di ponselnya.‘Mentari, Mama dan Papa belum bisa kembali minggu ini. Urusannya belum sele

  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 112: Pemeriksaan Dokter

    “Argan benar-benar tidak tahu diri, Tari!” berang Cahya saat Mentari baru saja tiba di rumah sore harinya. Cahya menghampirinya yang sedang mencuci tangannya.“Ada apa, Kak?” Tangan Mentari tergantung basah. Airnya menetes di atas lantai. Kemarahan di raut Cahya membuat Mentari kuatir.Sepanjang hari ini pikirannya tidak bisa difokuskan pada pekerjaannya. Dia berkali-kali menelepon ibu untuk mengetahui posisinya dan keadaannya yang sedang mengantarkan Argan untuk melakukan pemeriksaan. Ternyata, ibu melupakan ponselnya di rumah. Ponsel itu tergeletak di atas meja kamarnya. Cahya-lah yang mengangkat teleponnya.“Kamu tahu siapa yang membayar biaya taksi online?” Tanpa menunggu jawaban Mentari, Cahya meneruskan, “Ibu!”Kaget, Mentari tidak mampu berkata-kata.“Biaya pulang pergi mereka ibu yang membayari, begitu juga dengan makanan dan minuman yang mereka konsumsi selama berada di rumah sakit,&rdq

  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 111: Lelah

    Waktu berlalu begitu cepat. Hal itu disyukuri Mentari. Begitu inginnya dia agar waktu melompat ke minggu depan pada hari kembalinya orang tua Argan. Namun, sebelumnya ada hari senin yang terlebih dahulu harus dilewatinya.Di hari minggu ini, Cahya mengajak seluruh anggota keluarga untuk mengunjungi sebuah arena rekreasi yang letaknya tidak begitu jauh. Suaminya telah melarangnya karena ini akhir bulan, keuangan mereka telah menipis.“Tempat itu tidak mahal. Kita tidak perlu membeli makanan di sana, kita bisa membawa bekal. Hanya perlu membayar ongkos masuk saja,” bantah Cahya saat ditolak Feri. “Aku memiliki uang, kamu tidak perlu mengeluarkan uangmu.”Bisnis penjualan makanan Cahya memang masih berjalan, walaupun keuntungannya semakin berkurang akhir-akhir ini. Dari hari ke hari, pelanggannya semakin sedikit.“Bukankah itu uang tabunganmu untuk keadaan darurat? Kenapa kamu mau menggunakannya sekarang?”Seperti k

  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 110: Canggung

    Aroma kecanggungan terhirup pekat di tiap tarikan nafas setiap anggota keluarga pagi itu. Sarapan dalam keheningan bukanlah kebiasaan keluarga itu. Mereka hanya saling menyapa saat duduk di kursi masing-masing kemudian meja makan hening.Sebagai seorang pria dewasa yang menggunakan lebih banyak logika, Feri memecah keheningan, “Kamu harus memeriksakan kakimu lagi, Argan?”“Iya, Kak, senin minggu depan,” sahut Argan setelah memasukkan sepotong ikan dan nasi ke mulutnya. “Menurut dokter, aku harus menjalani terapi kalau tidak ada kemajuan setelah pemeriksaan nanti.”“Di rumah sakit mana?” sambung Feri.“Rumah Sakit Daerah,” jawab Argan singkat lalu menenggak seteguk air. Makanannya tersendat di tempat yang tidak seharusnya.“Lumayan jauh dari sini. Kamu bisa ke sana sendirian?”Pertanyaan itu mengundang lirikan tajam Cahya dan menarik perhatian ibu. Sementara Mentari berlagak seperti tidak mendengar apapun.“Bisa, Kak. Aku bisa naik taksi online,” jawab Argan penuh percaya diri. “Tapi b

  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 109: Rumah

    “Selamat sore, Bu, Kak Cahya. Apa kabar?”Sekian lama suara itu tidak terdengar di rumah itu, terasa asing dan canggung. Cahya tidak bisa menyembunyikan ketidaksukaannya. Dia berpaling, mengarahkan pandangannya pada pintu menuju dapur.Seolah kejadian-kejadian buruk di antara dia dan Mentari tidak pernah terjadi, Argan segera duduk di sofa terdekat sambil tersenyum dan berujar, “Senang rasanya kembali ke sini.”Hampir saja semburan Cahya terlontar dari mulutnya jika ibu tidak segera berdiri dan menahan tubuhnya yang berpaling menghadap Argan yang masih terus tersenyum memandangi sekeliling ruang tamu sekaligus mengikuti gerakan ibu yang meninggalkan ruang tamu.Pandangan jijik seolah berkata ‘Tidak tahu malu’ dilemparkan Cahya pada Argan. Argan yang melihat Cahya memandanginya dengan gaya sok lugu berujar, “Kak, makin cantik aja.”Sebelum Cahya sempat menanggapi, bunyi dering ponsel Argan yang maksimal menyelanya.“Halo, Ma.... Iya, baru aja tiba .... Iya, Ma, iya. Ga usah kuatir ....

  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 108: Kembali

    Keputusan Mentari untuk menelepon Argan dianggap sebagai sebuah kekalahan bagi Cahya.“Mereka yang membutuhkan kamu, mereka yang harus menghubungi kamu. Kenapa kamu berinisiatif bodoh seperti itu?” cerca Cahya setelah Mentari memberitahunya dan ibu.Kata-kata Cahya itu juga telah berputar di benak Mentari berulang kali sebelum dia memutuskan.“Bagaimana pun dia masih suamiku, Kak.”“Bukan alasan tepat!” bantah Cahya. “Seenaknya saja keluarganya keluar masuk dari kehidupan kamu. Kalau kamu tidak dibutuhkan mereka menelantarkan kamu seperti orang pinggiran. Tapi, saat mereka membutuhkanmu, mereka mencarimu dan memperlakukan kamu seperti pelayan mereka.”“Cahya,” tegur ibu keras.Cahya hendak menanggapi teguran ibu, namun dia mengurungkan niatnya.“Apa kata Argan?” Cahya hendak mengatakan ‘pria tidak tahu diri’ sebagai ganti nama Argan, namun lirikan matanya pada ibu yang tampak serius membuatnya menelan kata-kata itu.“Hmm... dia mengatakan kalau dia ditabrak dari belakang oleh sebuah m

  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 107: Keputusan Berat

    Sekali lagi Mentari membaca pesan masuk yang muncul di layar depan ponselnya. Dia membuka aplikasi pesan itu dan membaca sekali lagi. Tidak ada yang salah dengan penglihatannya, tulisannya tetap sama seperti yang dibacanya pertama kali.Mentari terdiam, matanya menatap layar ponselnya, namun pikirannya melayang-layang.Setelah beberapa lama memandangi Mentari yang terdiam, Cahya pun mendekati adiknya dan menggoyang tubuhnya, “Ada apa, Tari?”Tersentak, Mentari menatap kakaknya lalu menyodorkan ponselnya yang menyala pada Cahya. Cahya membaca lalu memandang Mentari.“Tanyakan kejelasannya pada Gempita.”Seperti robot, Mentari mengikuti perintah Cahya. Dia segera menelepon Gempita.‘Tari, Argan kecelakaan,’ ucap Gempita mengulangi isi pesannya.Belum sempat Mentari bertanya, Gempita telah mulai menjelaskan, “Tante baru saja meneleponku dan mengabari kalau Argan kecelakaan kemarin. Dia sempat dilarikan ke rumah sakit, namun hari ini sudah pulang karena Argan tidak ingin berlama-lama di r

  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 106: Berita Mengejutkan

    Berita bahwa Mentari memiliki sepeda motor baru menyebar bagai virus di lingkungan tempat tinggalnya. Tetangga Mentari yang tidak pernah menyapanya sebelumnya, berbasa-basi dengannya sambil memperhatikan motor yang sementara didorongnya keluar dari halaman rumah. Dia masih belum mahir mengendarainya di area sempit, begitu pula dengan hal memarkirkan motor.Motor itu seperti mendukung tetangganya, tersangkut di sebuah batu yang menonjol di pinggiran jalan keluar. Mentari mendorongnya sekuat tenaga untuk melewati batu itu.Melihatnya terdiam, tetangganya mendekatinya dan memandangi motor yang sedang didorong Mentari.“Mentari, kamu kerja di mana sampai bisa membeli motor baru?”Wanita yang diajak bicara sedang berjibaku dengan motornya, kembali bertanya, “Kenapa?”Setelah beberapa kali usaha kerasnya tidak membuahkan hasil, dia pun memundurkan motornya dan mengambil jalan yang rata di sebelah batu itu. Dia merasa bodoh dalam hatinya, seharusnya sejak tadi dia melakukannya.“Permisi, Pak

  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 105: Ejekan

    “Ada apa ini? Ramai sekali,” serbu Feri dengan nada bicara bersemangat memasuki ruang tamu yang berisik.“Tante Mentari sedang curhat, Pak,” sahut Winar yang bersandar di sofa mendengarkan cerita Mentari.“Itu, Kak, di toko. Bagaimana mungkin ada pelanggan yang sangat pelit seperti si bapak-bapak itu? Dia meminta diskon terus-menerus sampai meminta aku yang membayari biaya pengirimannya barangnya. Belum lagi dia memanggilku dengan kata ‘sayang’.” Amarah Mentari meluap-luap.Cahya yang duduk mengangkat kaki tergelak mendengarnya.“Hari ini adalah hari sial kamu, Tari.”“Ada lagi selain itu?” Feri penasaran.“Hari ini dia mendapatkan ojek online mantan pembalap MotoGP.” Tawa Cahya kembali pecah.Dengan antusias, Mentari kembali mengulang kisahnya pada kakak iparnya, “Waduh, Kak, kecepatannya 200 km/jam. Dia tidak mengenal lampu merah, lubang dan trotoar, semua diterjangnya tanpa rem. Beberapa kali aku hampir terlempar dari motornya. Sudah aku beritahu, tapi tidak digubrisnya. Bintang sa

DMCA.com Protection Status