Share

Bab 57: Bekerja

Penulis: path
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-27 22:43:47

Bekerja di Sunmart membuat Mentari cepat lelah. Setiap kali pulang bekerja, tanpa diinginkannya dia akan tertidur pulas.

"Tari, Tari!" Ibu mengguncang tubuh Mentari yang berbaring telentang.

Mata Mentari terbuka perlahan, "Oahem, sudah pagi, Bu?"

"Ini masih sore, Tari. Feliz minta ASI. Ayo, bangun dan minum air putih."

Mata Mentari berat, begitu juga anggota tubuhnya yang lain. Tak terasa sudah seminggu dia bekerja di Sunmart, namun tak diduga pekerjaan itu sangat menguras tenaganya.

Hanya ada tiga karyawan di cabang tempatnya bekerja, termasuk kepala toko. Jika salah satu karyawan libur, kepala toko yang menggantikan tugas bawahannya. Karena itulah kelelahan Mentari menumpuk. Dia dituntut untuk segera menguasai semuanya dengan cepat agar operasional toko berjalan lancar.

Seminggu pertama ini, dia diberikan shift pagi bersama kepala toko agar bisa belajar. Pagi hingga siang hari, tidak banyak pelanggan yang berkunjung ke Sunmart, jadi Mentari memiliki waktu untuk menguasai tugasnya ta
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 58: Kesalahan

    Yang ditakutkan Mentari menjadi kenyataan.Jam sembilan kurang lima menit, tapi Mentari masih belum menyelesaikan pekerjaannya. Dia panik menghitung uang yang telah dikeluarkan dari mesin kasir. Jumlah uangnya berbeda dengan jumlah penjualan dari mesin kasir. Sudah tiga kali dia menghitungnya, tapi tidak bisa menemukan letak kesalahannya.Jam sembilan lewat lima menit, dia menutup toko, namun kembali menghitung total uang tunai dan jumlah dari mesin EDC, lalu membandingkannya dengan total hasil mesin kasir. Tetap berbeda. Uang tunai kurang lima puluh dua ribu rupiah.Pikiran Mentari mengembara pada setiap transaksi yang terjadi sepanjang hari. Dia mencari kira-kira dengan pelanggan yang mana dia salah menghitung atau mengembalikan uang. Dia tidak menemukannya."Sudah tiba," suara tukang ojek mengingatkan.Tanpa disadarinya, motor yang ditumpanginya telah berhenti tepat di depan rumahnya."Oh, iya, Pak. Terima kasih." Mentari memberikan sejumlah uang untuk membayar ojek, lalu masuk ke

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-28
  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 59: Piknik

    Mentari sudah bisa mengikuti ritme kerjanya sekarang. Meskipun ada saja kesalahan kecil yang dilakukannya, namun Teguh terus memberinya tips untuk menghadapi kesalahan dan kekeliruan yang dilakukannya. Dalam sebulan, Mentari telah menguasai pekerjaannya. Kini dia tidak merasa kikuk dan takut jika ditinggalkan sendirian.Gaji pertama Mentari telah masuk ke rekening banknya. Sepulang kerja, dia mampir ke ATM dan menarik sejumlah uang."Bu, ini sedikit uang untuk tambahan belanja." Mentari menyodorkan beberapa lembar uang lima puluh ribu pada ibu yang berada di kamarnya.Ibu menolaknya, "Kamu tidak perlu memberikan uang pada Ibu. Belikan saja kebutuhanmu dan Feliz. Memangnya berapa miliar gajimu?"Ucapan ibu menyebabkan tawa."Ibu masih memiliki uang, gaji kamu buat kamu saja, ya?"Mentari memang memerlukan uang itu. Dia telah menghitung keperluannya dan Feliz untuk sebulan ke depan hingga saat gajian berikutnya, namun gaji pertamanya tidak cukup. Untung saja dia mulai bekerja di awal bu

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-28
  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 60: Pria

    Pakaian yang Argan kenakan berbeda dari yang biasa dilihat Mentari sehari-hari. Argan masuk ke dalam rumah mengenakan kemeja biru dipadu celana kain dan sepatu pantovel hitam.Melihat dirinya dipandangi dari ujung kepala hingga ujung kaki, Argan bertanya, "Ganteng, ya?"Mentari segera memalingkan kepalanya mendengar ucapan Argan.Tanpa diminta, Argan menerangkan dengan bangga, "Hari ini ada acara pertemuan keluarga besar Papa di hotel bintang lima, makanya aku berpakaian resmi begini. Keluarga Papa bukan orang-orang biasa. Mereka semua memiliki jabatan tinggi maupun pengusaha sukses, jadi acaranya pun spesial, kelas atas."'Keluarganya saja yang tidak memiliki jabatan tinggi dan sukses,' batin Mentari."Kata Papa dan Mama kamu harus hadir, karena semua menanyakan keberadaan istriku. Ayo, siap-siap!" suruh Argan sambil masuk ke kamar.Mentari bergeming. Dia terus bermain dengan Feliz. Argan yang telah menunggu beberapa lama di dalam kamar, menyibakkan tirai pintu dan memanggil Mentari

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-28
  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 61: Pertengkaran Lainnya

    Perbincangan Mentari dan Teguh memenuhi kepala Mentari sepanjang perjalanan pulang. Seandainya saja Argan memiliki setengah dari tanggung jawab yang dimiliki Teguh, hidupnya akan lebih mudah. Dia tidak perlu menguatirkan kebutuhan Feliz.Argan sedang duduk di teras depan ditemani segelas kopi dan rokok saat Mentari tiba di rumah. Langkah Mentari terhenti melihat suaminya masih berada di rumah dan sedang menikmati sore harinya dengan santai. Mentari melewatinya tanpa menyapa."Tari," panggil Argan menghentikan langkah Mentari.Mentari membalasnya dengan gumaman."Pinjami aku seratus." Tangan kanan Argan terangkat meminta."Tidak ada." Mentari berlalu, namun Argan mengejarnya."Kamu sudah gajian, kan? Tidak mungkin tidak punya uang."Mentari tak menghiraukannya. Dia terus berjalan menuju dapur, haus. Argan mengikutinya."Seratus ribu saja, nanti aku ganti.""Aku tidak punya uang, Argan. Gajiku hanya sedikit karena masih ma

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-29
  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 62: Ke Jakarta

    Sebuah kejutan menyambut kepulangan Mentari dari bekerja."Hai, Tari, apa kabar?" Ajeng, kakak Argan duduk di ruang tamu ditemani ibu."Ka Ajeng. Kabarku baik, Kak Ajeng apa kabar?""Aku baik, Tari."Mentari bertanya-tanya dalam hati tujuan kedatangan Ajeng. Ajeng bukan kakak ipar yang akrab dengan Mentari. Mereka tidak bertukar sapa lewat telepon atau Whatsapp.Mata Mentari berkeliaran."Kamu mencari Argan?" Ajeng membaca gerak-gerik Mentari. "Dia tidak ikut, aku datang sendirian. Aku baru saja kembali dari Singapura. Koperku masih di dalam mobil. Cape sekali, tapi aku menyempatkan waktu kemari."Mentari ingat telah melihat sebuah mobil terparkir di jalan seberang rumah. Dipikirnya itu mobil tamu tetangga depan."Aku lupa membelikan kalian oleh-oleh seperti waktu itu saat aku pulang dari Bali, karena aku buru-buru. Pekerjaanku menuntut ketangkasan, jadi kadang hal-hal sepele jadi terlupakan."'Kakak adik sama saja,' batin Mentari. Gaya bicara Ajeng persis seperti gaya bicara adiknya,

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-29
  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 63: Keputusan

    "Tari, kenapa kamu bohong pada kak Ajeng? Kamu masih dalam masa percobaan di toko, kenapa kamu bilang sudah dikontrak?"Suara keras Argan terdengar hingga ke teras depan. Ibu yang sedang menyapu di halaman depan, melepaskan sapu dan masuk ke dalam. Tapi, menunggu di ruang tamu."Aku akan dikontrak," ucap Mentari berbohong. Belum ada pembicaraan dari Pak KT tentang kontrak Mentari. Alasan itu tercipta, karena dia benar-benar tidak ingin ikut Argan ke Jakarta."Makanya, sebelum kamu dikontrak segera berhenti. Seminggu lagi aku berangkat, pokoknya kamu sudah harus siap. Aku tidak mau mendengar alasanmu."Argan mengambil sepasang baju bersih dari dalam lemari, memasukkannya ke dalam tas olahraganya dan keluar. Mentari mengejarnya."Untuk apa aku dan Feliz ikut? Apa gunanya kehadiran kami di sana? Bukankah kami hanya akan merepotkanmu? Kenapa tidak pergi sendiri saja?""Kamu istriku. Tentu saja kamu harus ikut suamimu. Tidak masuk akal aku berada di Jakarta sementara kamu tinggal di sini."

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-29
  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 64: Tempat yang Baru

    Mata Mentari berkaca-kaca menatap ibu dan kakaknya. Tidak bisa lagi menahan, tangisnya pecah. Air mata berlinangan dari kedua matanya."Kabari Ibu kalau sudah tiba di Jakarta, ya?" Ibu merengkuh Mentari ke dalam pelukannya selama yang dia bisa. Pertama kalinya akan berpisah jauh dengan Mentari, terasa berat melepaskannya."Terus kabari kami situasi kamu di sana, jangan sampai hilang kontak!" pesan Cahya bergantian memeluk Mentari.Tak ada kata-kata yang sanggup dikatakan Mentari, tangisnya mulai mereda, namun air mata masih berlinang mengalir di pipinya yang hanya dibedaki tipis."Tari, ayo, nanti kita terlambat," panggil Argan sambil menutup bagasi mobil setelah memasukkan koper terakhir.Argan mendekati ibu dan Cahya, berpamitan pada mereka."Jaga Mentari dan Feliz baik-baik. Hubungi kami kalau ada apa-apa," wanti ibu menepuk lengan atas Argan."Jangan kuatir, Bu. Jakarta aman, tidak akan terjadi apa-apa pada mereka.'Daripada menguatirkan situasi Jakarta, ibu lebih cemas dengan kon

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-30
  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 65: Sepi 1

    Pekerjaan Argan dimulai besok. Hari ini, dia mengajak Mentari berbelanja bahan makanan ke supermarket."Sempit sekali mobil ini, lihat kakiku yang panjang tidak muat," keluh Argan saat duduk di mobil yang diambilnya semalam."Syukuri saja, setidaknya ada mobil untuk dipakai bekerja dan kemana-mana," ucap Mentari yang duduk di kursi penumpang bersama Feliz. Tidak ada baby car seat, jadi Feliz duduk di pangkuan Mentari."Kenapa fasilitas yang diberikan serba minim seperti ini? Untuk proyek semegah ini, semua fasilitas ini tidak bisa diterima."Omelan Argan membuat Mentari pusing, maka dia membuka kaca jendela. Argan melihatnya."Kenapa kamu buka? Tutup lagi!""Anginnya segar.""Aku pasang AC, Mentari," bentak Argan. Karena Mentari tidak segera menutup jendela, Argan yang melakukannya.Tak ingin bertengkar untuk soal kecil, Mentari bermain-main dengan Feliz. Dia mengajaknya berdendang dan menari."Sakit kepalaku mendengarmu." Argan menghidupkan radio dan mengeraskan volumenya. Lagu metal

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-30

Bab terbaru

  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 113: Lembur

    Ponsel Mentari berdering nyaring, namun karena terburu-buru tiba di toko, ia tidak mengindahkannya. Dan setelah berada di loker, tanpa memeriksa notifikasi, dia mengganti ke mode getar dan menonaktifkan data.Saat makan siang tiba, ia disambut pesan yang tidak diharapkannya ketika kembali mengaktifkan data.Helaan nafas Mentari mengundang tanggapan Feri yang juga sedang istirahat siang.“Ada apa?” tanya Feri prihatin.Tanpa berpikir, Mentari menyahut karena jengkel, “Biasa, perusak hari.”“Perusak hari?” ulang Feri tidak mengerti. Setelah berpikir sejenak karena tidak mendapatkan respon dari Mentari, dia berkata, “Kabar buruk?”Menyadari kalau dia tidak seharusnya mengungkapkan permasalahan pribadinya di tempat kerja, dia menjawab, “Kabar angin.”“Kalau kabar angin, tidak usah diambil pusing.”Ucapan Feri mengalir seperti sungai kecil. Tak satu pun yang didengarkan Mentari, dia terpaku pada pesan di ponselnya.‘Mentari, Mama dan Papa belum bisa kembali minggu ini. Urusannya belum sele

  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 112: Pemeriksaan Dokter

    “Argan benar-benar tidak tahu diri, Tari!” berang Cahya saat Mentari baru saja tiba di rumah sore harinya. Cahya menghampirinya yang sedang mencuci tangannya.“Ada apa, Kak?” Tangan Mentari tergantung basah. Airnya menetes di atas lantai. Kemarahan di raut Cahya membuat Mentari kuatir.Sepanjang hari ini pikirannya tidak bisa difokuskan pada pekerjaannya. Dia berkali-kali menelepon ibu untuk mengetahui posisinya dan keadaannya yang sedang mengantarkan Argan untuk melakukan pemeriksaan. Ternyata, ibu melupakan ponselnya di rumah. Ponsel itu tergeletak di atas meja kamarnya. Cahya-lah yang mengangkat teleponnya.“Kamu tahu siapa yang membayar biaya taksi online?” Tanpa menunggu jawaban Mentari, Cahya meneruskan, “Ibu!”Kaget, Mentari tidak mampu berkata-kata.“Biaya pulang pergi mereka ibu yang membayari, begitu juga dengan makanan dan minuman yang mereka konsumsi selama berada di rumah sakit,&rdq

  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 111: Lelah

    Waktu berlalu begitu cepat. Hal itu disyukuri Mentari. Begitu inginnya dia agar waktu melompat ke minggu depan pada hari kembalinya orang tua Argan. Namun, sebelumnya ada hari senin yang terlebih dahulu harus dilewatinya.Di hari minggu ini, Cahya mengajak seluruh anggota keluarga untuk mengunjungi sebuah arena rekreasi yang letaknya tidak begitu jauh. Suaminya telah melarangnya karena ini akhir bulan, keuangan mereka telah menipis.“Tempat itu tidak mahal. Kita tidak perlu membeli makanan di sana, kita bisa membawa bekal. Hanya perlu membayar ongkos masuk saja,” bantah Cahya saat ditolak Feri. “Aku memiliki uang, kamu tidak perlu mengeluarkan uangmu.”Bisnis penjualan makanan Cahya memang masih berjalan, walaupun keuntungannya semakin berkurang akhir-akhir ini. Dari hari ke hari, pelanggannya semakin sedikit.“Bukankah itu uang tabunganmu untuk keadaan darurat? Kenapa kamu mau menggunakannya sekarang?”Seperti k

  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 110: Canggung

    Aroma kecanggungan terhirup pekat di tiap tarikan nafas setiap anggota keluarga pagi itu. Sarapan dalam keheningan bukanlah kebiasaan keluarga itu. Mereka hanya saling menyapa saat duduk di kursi masing-masing kemudian meja makan hening.Sebagai seorang pria dewasa yang menggunakan lebih banyak logika, Feri memecah keheningan, “Kamu harus memeriksakan kakimu lagi, Argan?”“Iya, Kak, senin minggu depan,” sahut Argan setelah memasukkan sepotong ikan dan nasi ke mulutnya. “Menurut dokter, aku harus menjalani terapi kalau tidak ada kemajuan setelah pemeriksaan nanti.”“Di rumah sakit mana?” sambung Feri.“Rumah Sakit Daerah,” jawab Argan singkat lalu menenggak seteguk air. Makanannya tersendat di tempat yang tidak seharusnya.“Lumayan jauh dari sini. Kamu bisa ke sana sendirian?”Pertanyaan itu mengundang lirikan tajam Cahya dan menarik perhatian ibu. Sementara Mentari berlagak seperti tidak mendengar apapun.“Bisa, Kak. Aku bisa naik taksi online,” jawab Argan penuh percaya diri. “Tapi b

  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 109: Rumah

    “Selamat sore, Bu, Kak Cahya. Apa kabar?”Sekian lama suara itu tidak terdengar di rumah itu, terasa asing dan canggung. Cahya tidak bisa menyembunyikan ketidaksukaannya. Dia berpaling, mengarahkan pandangannya pada pintu menuju dapur.Seolah kejadian-kejadian buruk di antara dia dan Mentari tidak pernah terjadi, Argan segera duduk di sofa terdekat sambil tersenyum dan berujar, “Senang rasanya kembali ke sini.”Hampir saja semburan Cahya terlontar dari mulutnya jika ibu tidak segera berdiri dan menahan tubuhnya yang berpaling menghadap Argan yang masih terus tersenyum memandangi sekeliling ruang tamu sekaligus mengikuti gerakan ibu yang meninggalkan ruang tamu.Pandangan jijik seolah berkata ‘Tidak tahu malu’ dilemparkan Cahya pada Argan. Argan yang melihat Cahya memandanginya dengan gaya sok lugu berujar, “Kak, makin cantik aja.”Sebelum Cahya sempat menanggapi, bunyi dering ponsel Argan yang maksimal menyelanya.“Halo, Ma.... Iya, baru aja tiba .... Iya, Ma, iya. Ga usah kuatir ....

  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 108: Kembali

    Keputusan Mentari untuk menelepon Argan dianggap sebagai sebuah kekalahan bagi Cahya.“Mereka yang membutuhkan kamu, mereka yang harus menghubungi kamu. Kenapa kamu berinisiatif bodoh seperti itu?” cerca Cahya setelah Mentari memberitahunya dan ibu.Kata-kata Cahya itu juga telah berputar di benak Mentari berulang kali sebelum dia memutuskan.“Bagaimana pun dia masih suamiku, Kak.”“Bukan alasan tepat!” bantah Cahya. “Seenaknya saja keluarganya keluar masuk dari kehidupan kamu. Kalau kamu tidak dibutuhkan mereka menelantarkan kamu seperti orang pinggiran. Tapi, saat mereka membutuhkanmu, mereka mencarimu dan memperlakukan kamu seperti pelayan mereka.”“Cahya,” tegur ibu keras.Cahya hendak menanggapi teguran ibu, namun dia mengurungkan niatnya.“Apa kata Argan?” Cahya hendak mengatakan ‘pria tidak tahu diri’ sebagai ganti nama Argan, namun lirikan matanya pada ibu yang tampak serius membuatnya menelan kata-kata itu.“Hmm... dia mengatakan kalau dia ditabrak dari belakang oleh sebuah m

  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 107: Keputusan Berat

    Sekali lagi Mentari membaca pesan masuk yang muncul di layar depan ponselnya. Dia membuka aplikasi pesan itu dan membaca sekali lagi. Tidak ada yang salah dengan penglihatannya, tulisannya tetap sama seperti yang dibacanya pertama kali.Mentari terdiam, matanya menatap layar ponselnya, namun pikirannya melayang-layang.Setelah beberapa lama memandangi Mentari yang terdiam, Cahya pun mendekati adiknya dan menggoyang tubuhnya, “Ada apa, Tari?”Tersentak, Mentari menatap kakaknya lalu menyodorkan ponselnya yang menyala pada Cahya. Cahya membaca lalu memandang Mentari.“Tanyakan kejelasannya pada Gempita.”Seperti robot, Mentari mengikuti perintah Cahya. Dia segera menelepon Gempita.‘Tari, Argan kecelakaan,’ ucap Gempita mengulangi isi pesannya.Belum sempat Mentari bertanya, Gempita telah mulai menjelaskan, “Tante baru saja meneleponku dan mengabari kalau Argan kecelakaan kemarin. Dia sempat dilarikan ke rumah sakit, namun hari ini sudah pulang karena Argan tidak ingin berlama-lama di r

  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 106: Berita Mengejutkan

    Berita bahwa Mentari memiliki sepeda motor baru menyebar bagai virus di lingkungan tempat tinggalnya. Tetangga Mentari yang tidak pernah menyapanya sebelumnya, berbasa-basi dengannya sambil memperhatikan motor yang sementara didorongnya keluar dari halaman rumah. Dia masih belum mahir mengendarainya di area sempit, begitu pula dengan hal memarkirkan motor.Motor itu seperti mendukung tetangganya, tersangkut di sebuah batu yang menonjol di pinggiran jalan keluar. Mentari mendorongnya sekuat tenaga untuk melewati batu itu.Melihatnya terdiam, tetangganya mendekatinya dan memandangi motor yang sedang didorong Mentari.“Mentari, kamu kerja di mana sampai bisa membeli motor baru?”Wanita yang diajak bicara sedang berjibaku dengan motornya, kembali bertanya, “Kenapa?”Setelah beberapa kali usaha kerasnya tidak membuahkan hasil, dia pun memundurkan motornya dan mengambil jalan yang rata di sebelah batu itu. Dia merasa bodoh dalam hatinya, seharusnya sejak tadi dia melakukannya.“Permisi, Pak

  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 105: Ejekan

    “Ada apa ini? Ramai sekali,” serbu Feri dengan nada bicara bersemangat memasuki ruang tamu yang berisik.“Tante Mentari sedang curhat, Pak,” sahut Winar yang bersandar di sofa mendengarkan cerita Mentari.“Itu, Kak, di toko. Bagaimana mungkin ada pelanggan yang sangat pelit seperti si bapak-bapak itu? Dia meminta diskon terus-menerus sampai meminta aku yang membayari biaya pengirimannya barangnya. Belum lagi dia memanggilku dengan kata ‘sayang’.” Amarah Mentari meluap-luap.Cahya yang duduk mengangkat kaki tergelak mendengarnya.“Hari ini adalah hari sial kamu, Tari.”“Ada lagi selain itu?” Feri penasaran.“Hari ini dia mendapatkan ojek online mantan pembalap MotoGP.” Tawa Cahya kembali pecah.Dengan antusias, Mentari kembali mengulang kisahnya pada kakak iparnya, “Waduh, Kak, kecepatannya 200 km/jam. Dia tidak mengenal lampu merah, lubang dan trotoar, semua diterjangnya tanpa rem. Beberapa kali aku hampir terlempar dari motornya. Sudah aku beritahu, tapi tidak digubrisnya. Bintang sa

DMCA.com Protection Status