Share

Bab 35: Kenyataan Pahit

Penulis: path
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-21 11:38:12

Keluarga kecil itu tiba di rumah orang tua Argan hampir jam dua belas siang. Argan sengaja mengendarai mobilnya lebih cepat dari biasanya untuk mengejar waktu makan siang.

"Keluargaku tepat waktu. Makan siang selalu jam dua belas pas," pamer Argan dalam perjalanan.

"Kalau demi mengejar itu dan kita kecelakaan, tidak ada artinya!" seru Mentari yang tidak menyukai cara mengemudi Argan yang asal-asalan melambung kendaraan lainnya.

Telah beberapa kali Mentari menegur Argan setelah dia dan Feliz hampir terjungkal ke kaca mobil depan, karena Argan melakukan rem mendadak. Tapi, seolah tidak menganggap Mentari, dia terus melaju dengan kecepatan semaksimal yang dia bisa.

Kekesalan membuncah dalam dada Mentari ketika mobil telah tiba, namun dia harus bersikap baik pada keluarga Argan. Bagaimanapun mereka telah menjadi keluarganya juga.

Ayah Argan menyambut kedatangan mereka dengan hangat. Dia memeluk Mentari.

"Bagaimana kabarmu, Tari? Sehat?"

"Iya, Pak. Tari sehat."

Argan menatap Mentari tajam
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 36: Pertengkaran Lagi

    Tidak biasanya Argan berada di rumah sore ini. Mentari menemukannya sedang duduk memegang ponsel di teras depan."Tumben kamu di rumah jam segini," tanya Mentari."Kamu ga dengar kata Papa kemarin?" Jawaban Argan membuat emosi Mentari bergejolak."Kalau tidak lanjut kuliah, lalu kamu mau apa?" Suara Mentari terdengar ketus."Menurutmu apa lagi? Di rumahlah."Jawaban yang salah. Mentari hendak menanggapinya, namun ibu terlanjur keluar bersama Feliz di gendongannya."Ibu sudah pulang," bisik ibu di telinga Feliz. Feliz menggeliat meminta dipeluk Mentari."Sebentar ya, Sayang, Ibu cuci tangan dulu."Setelah mencuci tangan, Mentari mengambil Feliz dari ibunya dan kembali ke teras depan, akan berbicara dengan Argan."Kalau kamu hanya di rumah saja, urus Feliz."Mendengarnya, Argan bersungut tak jelas dengan pandangan masih tertuju pada permainan di ponselnya."Kalau begitu cari kerja."Argan berdiri dan meninggalkan Mentari. Mentari mengejarnya ke ruang tamu."Kamu tidak lagi kuliah, tidak

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-22
  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 37: Malas dan Egois

    Ucapan Cahya yang tidak bisa menahan kemarahan di dalam hatinya, sangat menyinggung Argan.Argan memandangi Cahya dengan emosi meluap. Kedua tangannya terkepal. Andai saja Cahya itu pria, Argan pasti telah menghajarnya. Dia meninggalkan rumah."Selalu melarikan diri seperti itu. Benar kata Kakak, dia memang anak manja," ucap Mentari menatap kepergiannya. Beban di hatinya sedikit berkurang setelah melampiaskannya pada Argan."Tari, kenapa Argan tidak melanjutkan kuliahnya?" tanya ibu yang telah kembali duduk."Itu tadi, Bu, karena mereka sedang kesulitan keuangan sekarang.""Bukankah dia sebentar lagi selesai?" Ibu tidak habis pikir. Pikirannya sama seperti Mentari, relasi mereka banyak, jalan terbuka lebar bagi Argan.Dengan judes Cahya menanggapi, "Dia saja yang malas, Bu. Dia sudah terlambat beberapa semester, kan?""Oh, ya?" Ibu tidak paham tentang perkuliahan dan sistemnya."Iya, Bu, seharusnya dia sudah lulus kuliah tahun lalu," terang Mentari yang menghela napas panjang."Kenapa

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-22
  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 38: Fakta yang Disembunyikan

    Akhirnya magang kerja Mentari selesai. Dia mempoleh sertifikat magang dengan predikat baik. Tidak seperti yang diharapkannya, namun itu sudah cukup, setidaknya dia memiliki sertifikat yang bisa memudahkannya melamar pekerjaan nanti.Dia tidak menunggu lama untuk mencari pekerjaan. Dia telah mulai mengirimkan lamaran dengan referensi sertifikat yang didapatnya. Tinggal selangkah lagi untuk wisuda, setahun lagi.Setiap lamaran yang dikirimkannya, tidak mendapat respon baik, bahkan beberapa tidak menanggapi sama sekali. Mentari berpikir untuk melamar kembali setelah memiliki ijazah tahun depan."Bu, bagaimana kalau aku bekerja sambilan?" tanya Mentari saat makan malam."Untuk apa?""Untuk kebutuhanku dan Feliz.""Ibu masih sanggup membiayai kalian, Tari." Ibu meyakinkan Mentari, juga dirinya sendiri."Feliz semakin besar, Bu. Kebutuhannya semakin banyak."Ibu tersenyum mengambil sepotong ikan lagi. "Habiskan ikannya, besok rasanya tidak enak lagi."Ikan balado di mangkuk besar masih bany

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-22
  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 39: Maaf

    Berdasarkan penuturan Gempita, keluarga Argan benar-benar bangkrut. Semua aset Papanya disita, bahkan masih meninggalkan hutang berjumlah besar. Itulah alasan sebenarnya keluarga Argan pindah dari Jakarta. Gempita pun baru mengetahuinya beberapa waktu lalu saat acara arisan keluarga besar. Beberapa saudaranya dengan senang hati menceritakan semuanya, tentu saja dengan bumbu-bumbu penyedap dan pemanis."Kenapa bisa bangkrut?" tanya Mentari dengan dahi berkerut."Setelah aku konfirmasikan kembali ceritanya pada Bapakku, kata Bapak, Om terlibat investasi saham dan properti sejak lama, namun keduanya tidak berjalan mulus. Menurut saudaraku, Om kurang paham dunia saham, tidak mengerti cara main yang tepat. Sudah pernah diperingatkan, tapi Om tidak mendengarkan."Tatapan Mentari yang belum puas dengan penjelasan Gempita membuat Gempita menceritakan lebih banyak lagi,"Berdasarkan desas-desus yang aku dengar," Gempita maju mendekati Mentari dan berbisik, "Om pakai dukun."Mata Mentari membel

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-23
  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 40: Yang Lama Telah Kembali

    Fakta yang disembunyikan Argan selama ini menyebabkan kemarahan dalam hati Mentari. Namun dia tidak akan membiarkan kemarahan itu menghancurkan hidupnya. Biarlah hidup Argan saja yang hancur, Mentari akan bangkit sendiri, tanpa memerlukan bantuan keluarga Argan."Bekerja di perusahaan kenalan Papa Argan? Tidak, terima kasih. Dengan usahaku sendiri, aku bisa mendapatkan pekerjaan di perusahaan besar," ucap Mentari saat mengoleskan krim penangkal nyamuk di tangan dan kakinya.Akhir-akhir ini nyamuk berkeliaran tanpa henti di rumah Mentari. Sekarang di pertengahan tahun, seharusnya adalah musim kemarau, namun beberapa minggu terakhir, cuaca tidak menentu, hujan lebih mendominasi.Saat akan beranjak tidur, dia memandangi Feliz yang terlelap di sampingnya dengan kedua tangan terangkat. Mentari mencium dahinya dan berjanji dalam hati, bahwa dia akan memberikan hidup yang layak bagi buah hatinya itu.Mentari pun memejamkan mata. Peristiwa tadi siang di kantin kembali berputar di kepalanya. S

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-23
  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 41: Semester Baru

    Semester baru akhirnya dimulai, semester tujuh, menjelang wisuda. Kesibukan Mentari meningkat. Selain harus mengikuti beberapa mata kuliah terakhir, dia juga harus mulai menyusun skripsi. Hal yang paling dinantikannya sekaligus paling dihindarinya. Mentari menantinya karena itu menunjukkan bahwa sebentar lagi dia akan diwisuda. Dihindarinya sebab menurut para senior, skripsi adalah bagian paling sulit ketika kuliah.Pendapat para senior tidak salah. Mentari mengalaminya sekarang. Banyak waktu yang dia habiskan di perpustakaan kampus, seperti yang sudah diduganya saat mulai berkuliah. Bedanya, sekarang dia sendirian. Namun dia menikmatinya.Dia berusaha fokus pada tujuannya, yaitu memberikan kehidupan yang layak bagi Feliz dengan berhasil wisuda dan bekerja di perusahaan besar.. Tapi, halangan dan godaan untuk menyerah terkadang menghampirinya.Skripsi begitu menguras tenaga dan pikirannya. Dia akan lebih memilih mengurus Feliz sehari semalam penuh daripada mencari materi dan referensi

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-23
  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 42: Mabuk

    Malam semakin larut, namun Mentari masih duduk di depan meja di kamarnya. Makalah dan dua buku terbuka lebar di bawah tangan Mentari, sementara jari-jarinya mengetik di laptop. Pencariannya lewat internet tidak membuahkan hasil yang memuaskan, beberapa materi tidak ditemukannya, maka buku-buku dari perpustakaan berpindah sementara ke kamarnya.Rasa kantuk telah menggodanya sejak sejam yang lalu, namun Mentari tidak mengikutinya. Jika dia tidur sekarang, semua yang hinggap di otaknya saat ini akan menguap begitu saja besok pagi.Ponsel Mentari di atas ranjang berbunyi. Dia segera menyambarnya dan mematikannya. Bunyi deringnya bisa membangunkan Feliz yang sudah terlelap. Mentari memeriksa panggilan masuk: Argan. Ponselnya kembali berbunyi. Dia mengangkatnya."Tari, bukakan pintu. Aku di depan," pinta Argan dengan suara parau.Mentari melirik jam di ponselnya, 12.35. Dia keluar dan membukakan pintu bagi Argan.Argan masuk melewati Mentari yang masih berdiri memegangi pintu. Aroma yang ja

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-24
  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 43: Pertengkaran Kecil

    Tak terasa, Feliz hampir berumur satu tahun. Sekarang dia pintar mengucapkan kata 'mama'. Mentari tak henti memaksanya memanggilnya 'mama'. Saat Feliz haus, Mentari memintanya untuk memanggil 'mama' dulu baru dia akan menyusuinya. Begitupun saat menyuapinya makan, Mentari akan memintanya memanggil 'mama' dahulu baru disuapi.Mentari begitu gembira, karena kata pertama yang diucapkan anaknya adalah 'mama' bukan 'papa. Dia pernah melihat beberapa video Tiktok di mana para bayi lebih cenderung mengucapkan kata 'papa' terlebih dahulu daripada 'mama'."Ah!" jerit Mentari saat Feliz tak sengaja mencubit paha Mentari kala dia mencoba berdiri. Selain bicara, dia juga sudah pintar merangkak dan berdiri, namun belum bisa melangkah."Om Argan!" teriak Winar yang sedang memainkan mobil-mobilan di lantai dekat pintu. Argan yang baru datang, hampir menginjak salah satu mobil Winar."Om, awas! Nanti mobil polisi Winar rusak." Winar memegangi kaki Argan yang masih berada tepat di samping mobil-mobila

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-24

Bab terbaru

  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 113: Lembur

    Ponsel Mentari berdering nyaring, namun karena terburu-buru tiba di toko, ia tidak mengindahkannya. Dan setelah berada di loker, tanpa memeriksa notifikasi, dia mengganti ke mode getar dan menonaktifkan data.Saat makan siang tiba, ia disambut pesan yang tidak diharapkannya ketika kembali mengaktifkan data.Helaan nafas Mentari mengundang tanggapan Feri yang juga sedang istirahat siang.“Ada apa?” tanya Feri prihatin.Tanpa berpikir, Mentari menyahut karena jengkel, “Biasa, perusak hari.”“Perusak hari?” ulang Feri tidak mengerti. Setelah berpikir sejenak karena tidak mendapatkan respon dari Mentari, dia berkata, “Kabar buruk?”Menyadari kalau dia tidak seharusnya mengungkapkan permasalahan pribadinya di tempat kerja, dia menjawab, “Kabar angin.”“Kalau kabar angin, tidak usah diambil pusing.”Ucapan Feri mengalir seperti sungai kecil. Tak satu pun yang didengarkan Mentari, dia terpaku pada pesan di ponselnya.‘Mentari, Mama dan Papa belum bisa kembali minggu ini. Urusannya belum sele

  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 112: Pemeriksaan Dokter

    “Argan benar-benar tidak tahu diri, Tari!” berang Cahya saat Mentari baru saja tiba di rumah sore harinya. Cahya menghampirinya yang sedang mencuci tangannya.“Ada apa, Kak?” Tangan Mentari tergantung basah. Airnya menetes di atas lantai. Kemarahan di raut Cahya membuat Mentari kuatir.Sepanjang hari ini pikirannya tidak bisa difokuskan pada pekerjaannya. Dia berkali-kali menelepon ibu untuk mengetahui posisinya dan keadaannya yang sedang mengantarkan Argan untuk melakukan pemeriksaan. Ternyata, ibu melupakan ponselnya di rumah. Ponsel itu tergeletak di atas meja kamarnya. Cahya-lah yang mengangkat teleponnya.“Kamu tahu siapa yang membayar biaya taksi online?” Tanpa menunggu jawaban Mentari, Cahya meneruskan, “Ibu!”Kaget, Mentari tidak mampu berkata-kata.“Biaya pulang pergi mereka ibu yang membayari, begitu juga dengan makanan dan minuman yang mereka konsumsi selama berada di rumah sakit,&rdq

  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 111: Lelah

    Waktu berlalu begitu cepat. Hal itu disyukuri Mentari. Begitu inginnya dia agar waktu melompat ke minggu depan pada hari kembalinya orang tua Argan. Namun, sebelumnya ada hari senin yang terlebih dahulu harus dilewatinya.Di hari minggu ini, Cahya mengajak seluruh anggota keluarga untuk mengunjungi sebuah arena rekreasi yang letaknya tidak begitu jauh. Suaminya telah melarangnya karena ini akhir bulan, keuangan mereka telah menipis.“Tempat itu tidak mahal. Kita tidak perlu membeli makanan di sana, kita bisa membawa bekal. Hanya perlu membayar ongkos masuk saja,” bantah Cahya saat ditolak Feri. “Aku memiliki uang, kamu tidak perlu mengeluarkan uangmu.”Bisnis penjualan makanan Cahya memang masih berjalan, walaupun keuntungannya semakin berkurang akhir-akhir ini. Dari hari ke hari, pelanggannya semakin sedikit.“Bukankah itu uang tabunganmu untuk keadaan darurat? Kenapa kamu mau menggunakannya sekarang?”Seperti k

  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 110: Canggung

    Aroma kecanggungan terhirup pekat di tiap tarikan nafas setiap anggota keluarga pagi itu. Sarapan dalam keheningan bukanlah kebiasaan keluarga itu. Mereka hanya saling menyapa saat duduk di kursi masing-masing kemudian meja makan hening.Sebagai seorang pria dewasa yang menggunakan lebih banyak logika, Feri memecah keheningan, “Kamu harus memeriksakan kakimu lagi, Argan?”“Iya, Kak, senin minggu depan,” sahut Argan setelah memasukkan sepotong ikan dan nasi ke mulutnya. “Menurut dokter, aku harus menjalani terapi kalau tidak ada kemajuan setelah pemeriksaan nanti.”“Di rumah sakit mana?” sambung Feri.“Rumah Sakit Daerah,” jawab Argan singkat lalu menenggak seteguk air. Makanannya tersendat di tempat yang tidak seharusnya.“Lumayan jauh dari sini. Kamu bisa ke sana sendirian?”Pertanyaan itu mengundang lirikan tajam Cahya dan menarik perhatian ibu. Sementara Mentari berlagak seperti tidak mendengar apapun.“Bisa, Kak. Aku bisa naik taksi online,” jawab Argan penuh percaya diri. “Tapi b

  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 109: Rumah

    “Selamat sore, Bu, Kak Cahya. Apa kabar?”Sekian lama suara itu tidak terdengar di rumah itu, terasa asing dan canggung. Cahya tidak bisa menyembunyikan ketidaksukaannya. Dia berpaling, mengarahkan pandangannya pada pintu menuju dapur.Seolah kejadian-kejadian buruk di antara dia dan Mentari tidak pernah terjadi, Argan segera duduk di sofa terdekat sambil tersenyum dan berujar, “Senang rasanya kembali ke sini.”Hampir saja semburan Cahya terlontar dari mulutnya jika ibu tidak segera berdiri dan menahan tubuhnya yang berpaling menghadap Argan yang masih terus tersenyum memandangi sekeliling ruang tamu sekaligus mengikuti gerakan ibu yang meninggalkan ruang tamu.Pandangan jijik seolah berkata ‘Tidak tahu malu’ dilemparkan Cahya pada Argan. Argan yang melihat Cahya memandanginya dengan gaya sok lugu berujar, “Kak, makin cantik aja.”Sebelum Cahya sempat menanggapi, bunyi dering ponsel Argan yang maksimal menyelanya.“Halo, Ma.... Iya, baru aja tiba .... Iya, Ma, iya. Ga usah kuatir ....

  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 108: Kembali

    Keputusan Mentari untuk menelepon Argan dianggap sebagai sebuah kekalahan bagi Cahya.“Mereka yang membutuhkan kamu, mereka yang harus menghubungi kamu. Kenapa kamu berinisiatif bodoh seperti itu?” cerca Cahya setelah Mentari memberitahunya dan ibu.Kata-kata Cahya itu juga telah berputar di benak Mentari berulang kali sebelum dia memutuskan.“Bagaimana pun dia masih suamiku, Kak.”“Bukan alasan tepat!” bantah Cahya. “Seenaknya saja keluarganya keluar masuk dari kehidupan kamu. Kalau kamu tidak dibutuhkan mereka menelantarkan kamu seperti orang pinggiran. Tapi, saat mereka membutuhkanmu, mereka mencarimu dan memperlakukan kamu seperti pelayan mereka.”“Cahya,” tegur ibu keras.Cahya hendak menanggapi teguran ibu, namun dia mengurungkan niatnya.“Apa kata Argan?” Cahya hendak mengatakan ‘pria tidak tahu diri’ sebagai ganti nama Argan, namun lirikan matanya pada ibu yang tampak serius membuatnya menelan kata-kata itu.“Hmm... dia mengatakan kalau dia ditabrak dari belakang oleh sebuah m

  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 107: Keputusan Berat

    Sekali lagi Mentari membaca pesan masuk yang muncul di layar depan ponselnya. Dia membuka aplikasi pesan itu dan membaca sekali lagi. Tidak ada yang salah dengan penglihatannya, tulisannya tetap sama seperti yang dibacanya pertama kali.Mentari terdiam, matanya menatap layar ponselnya, namun pikirannya melayang-layang.Setelah beberapa lama memandangi Mentari yang terdiam, Cahya pun mendekati adiknya dan menggoyang tubuhnya, “Ada apa, Tari?”Tersentak, Mentari menatap kakaknya lalu menyodorkan ponselnya yang menyala pada Cahya. Cahya membaca lalu memandang Mentari.“Tanyakan kejelasannya pada Gempita.”Seperti robot, Mentari mengikuti perintah Cahya. Dia segera menelepon Gempita.‘Tari, Argan kecelakaan,’ ucap Gempita mengulangi isi pesannya.Belum sempat Mentari bertanya, Gempita telah mulai menjelaskan, “Tante baru saja meneleponku dan mengabari kalau Argan kecelakaan kemarin. Dia sempat dilarikan ke rumah sakit, namun hari ini sudah pulang karena Argan tidak ingin berlama-lama di r

  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 106: Berita Mengejutkan

    Berita bahwa Mentari memiliki sepeda motor baru menyebar bagai virus di lingkungan tempat tinggalnya. Tetangga Mentari yang tidak pernah menyapanya sebelumnya, berbasa-basi dengannya sambil memperhatikan motor yang sementara didorongnya keluar dari halaman rumah. Dia masih belum mahir mengendarainya di area sempit, begitu pula dengan hal memarkirkan motor.Motor itu seperti mendukung tetangganya, tersangkut di sebuah batu yang menonjol di pinggiran jalan keluar. Mentari mendorongnya sekuat tenaga untuk melewati batu itu.Melihatnya terdiam, tetangganya mendekatinya dan memandangi motor yang sedang didorong Mentari.“Mentari, kamu kerja di mana sampai bisa membeli motor baru?”Wanita yang diajak bicara sedang berjibaku dengan motornya, kembali bertanya, “Kenapa?”Setelah beberapa kali usaha kerasnya tidak membuahkan hasil, dia pun memundurkan motornya dan mengambil jalan yang rata di sebelah batu itu. Dia merasa bodoh dalam hatinya, seharusnya sejak tadi dia melakukannya.“Permisi, Pak

  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 105: Ejekan

    “Ada apa ini? Ramai sekali,” serbu Feri dengan nada bicara bersemangat memasuki ruang tamu yang berisik.“Tante Mentari sedang curhat, Pak,” sahut Winar yang bersandar di sofa mendengarkan cerita Mentari.“Itu, Kak, di toko. Bagaimana mungkin ada pelanggan yang sangat pelit seperti si bapak-bapak itu? Dia meminta diskon terus-menerus sampai meminta aku yang membayari biaya pengirimannya barangnya. Belum lagi dia memanggilku dengan kata ‘sayang’.” Amarah Mentari meluap-luap.Cahya yang duduk mengangkat kaki tergelak mendengarnya.“Hari ini adalah hari sial kamu, Tari.”“Ada lagi selain itu?” Feri penasaran.“Hari ini dia mendapatkan ojek online mantan pembalap MotoGP.” Tawa Cahya kembali pecah.Dengan antusias, Mentari kembali mengulang kisahnya pada kakak iparnya, “Waduh, Kak, kecepatannya 200 km/jam. Dia tidak mengenal lampu merah, lubang dan trotoar, semua diterjangnya tanpa rem. Beberapa kali aku hampir terlempar dari motornya. Sudah aku beritahu, tapi tidak digubrisnya. Bintang sa

DMCA.com Protection Status