siap-siap besok gak đŽâđ¨đŽâđ¨ dag dig dug duaaarr wkwkwk
Amaya harusnya tak keberatan dengan nama siapapun yang muncul di layar ponselnya Kelvin. Hanya saja ... membaca âCaeciliaâ membuat dadanya penuh oleh rasa sesak yang tak bisa dijelaskan.Ia memalingkan wajahnya. Menyesal mengapa malah melanjutkan membaca pesan itu tadi.Benar ternyata ... mengetahui isi ponsel orang lain sama saja mencari penyakit untuk dirinya sendiri.Ia menjauh dari samping jendela untuk memeriksa ponsel miliknya, membalas pesan dari Alin atau dari teman-temanya di dalam group chat untuk sejenak mengalihkan perhatiannya.Sekitar setengah jam kemudian Kelvin kembali dengan paper bag berukuran besar yang jumlahnya tak hanya satu di tangan kanannya. Ia menyerahkan dua di antaranya pada Amaya.âYang ini isinya baju tidur,â kata Kelvin. âYang satunya bisa kamu pakai buat ganti besok pagi,â lanjutnya.âTerima kasih.âAmaya menerimanya dan membawanya pergi memasuki kamar mandi. Meninggalkan Kelvin yang berdiri di dekat tempat tidur dan menyaksikan punggungnya yang menjauh
Ziel melepas kerah jas mahasiswa tersebut sehingga mereka berlari terburu-buru. Sementara Amaya meraih ponsel dari dalam tasnya dan menjumpai beberapa pesan dari Alin serta teman-temannya yang lain. Tapi ia abaikan itu dulu, mengingat yang dikatakan oleh mereka agar melihat ke forum mahasiswa, maka Amaya dengan cepat melakukannya. Di sampingnya, sepertinya Ziel melakukan hal yang sama. Tangannya kebas dan gemetar saat ia mendapatkan kebenaran bahwa apa yang dikatakan oleh mereka bukanlah sebuah kebohongan. Alasan mengapa tatapan mereka begitu jijik, atau saat mereka menanyakan âBerapa harga Amaya semalamâ itu karena video panas yang diunggah di sana itu memang terlihat seperti dirinya. Tak terlihat begitu jelas wajahnya. Tetapi dari samping siluet wajah mereka mirip. Erangan wanita dan pria yang bergumul panas di atas ranjang hotel itu menjadi konsumsi semua orang, dan mereka menuduh bahwa itu adalah Amaya. âIni bukan aku, Kak Ziel,â kata Amaya, menoleh pada Ziel dengan menahan
Dengan langkah yang terasa gamang, Amaya pergi meninggalkan kampus. Ia sudah berusaha menahan air matanya agar tidak jatuh, tapi ini terlalu berat baginya.Dituduh menjadi pelaku akan hal yang bahkan tidak pernah terpikirkan olehnya adalah sesuatu yang sangat menyakitkan.Apalagi ditambah dengan bentakan Kelvin yang nyaring yang seolah menyudutkannya membuatnya semakin sakit hati.Napasnya tersengal-sengal saat ia tiba di dekat gerbang dan mendengar teriakan yang datang dari belakangnya.âAmaya!âAmaya tak ingin menoleh, ia tidak ingin wajahnya yang berlumuran oleh air mata ini disaksikan oleh orang lain. âMay, tunggu sebentar!â Suara itu tiba di hadapannya diserta oleh pemiliknya, Ziel. Amaya menunduk, menyembunyikan wajahnya dari Ziel yang mengatakan, âAku antar kamu pulang ya? Aku bisa pinjam motor temankuâââNggak usah, Kak Ziel,â tolak Amaya. âMayââAmaya tak menjawab, ia gegas meninggalkan Ziel saat melihat taksi berwarna biru yang datang dari arah timur yang dengan cepat ia
Amaya tak ingin melihat Kelvin atau berbicara dengan pria itu. Pintu yang baru saja ia buka ia tutup dengan cepat begitu melihat wajahnya. Entah apa yang ingin dikatakan oleh pria itu, Amaya tak peduli. Tidak ada yang perlu mereka bicarakan, bukan? Harusnya Kelvin tak lupa bahwa ia sudah meminta Amaya untuk diam tadi. Amaya yang tadinya ingin keluar dari kamar dan mengambil minuman urung melakukan itu. Ia lebih memilih untuk menahan rasa hausnya. âMinum air kran saja nanti kalau perlu.â Lagi pula ia masih memiliki setengah botol di atas meja. Ia duduk di tepi tempat tidur, meraba perutnya yang terasa sakit karena ditendang oleh Caecil tadi. âKok jadi sakit banget begini kenapa?â gumamnya sendirian. Ia menggapai ponselnya dan membaca pesan dari Gafi yang mengatakan, [Kakak lagi di The Grand Bliss sekarang, buat cross check. Akan Kakak kabari kalau udah dapat hasilnya.] Setidaknya ... setelah ayahnya pergi, masih ada satu orang yang bisa diandalkan oleh Amaya. Masih ada tempat
Kelvin membawa Amaya keluar dari mobil setelah memutuskan untuk melarikannya ke rumah sakit. Ia khawatir luka di perutnya itu menjadi penyebab ia pingsan.Akan menjadi persoalan yang lebih buruk jika itu membuat luka dalam di tubuhnya.âTolong istri saya,â pinta Kelvin pada petugas yang berjaga di instalasi gawat darurat.Ia membaringkan Amaya di atas brankar yang lalu didorong oleh mereka bergegas memasuki ruangan agar mendapat pemeriksaan.Memandang wajah Amaya yang memucat membuat Kelvin dirundung kekhawatiran yang besar.Benaknya berulang kali bertanya, apa yang menyebabkannya memiliki luka seperti itu?âPak Kelvin,â panggil Bi Mara yang diminta oleh Kelvin agar ikut dengannya. Wanita paruh baya itu mengisyaratkan agar ia mendekat saat dokter yang menangani Amaya ingin bicara dengannya.âSaya suaminya, Dokter,â ucap Kelvin. âApa yang terjadi pada istri saya?â tanyanya cemas.âSaya yang harusnya bertanya pada Anda,â jawab dokter yang berada di samping brankar Amaya terbaring selagi
"Sudah aku bilang aku nggak ngapa-ngapain Amaya!" tegas Kelvin sekali lagi. Sekretaris Gafi yang berdiri tak jauh dari mereka berusaha menghentikan perdebatan itu karena sepertinya Gafi tak segan membuat keributan di sini. Ketegangan terjadi, pasien lain yang tak bisa melihat mereka karena terhalang oleh gorden instalasi gawat darurat hanya sebatas menerka. Saat nyalang mata Gafi seperti akan mendorong Kelvin keluar dari sini dan menuntaskannya di luar ruangan, mereka samar mendengar, "Bukan dia ...." Suaranya terdengar lemah dan tak bertenaga. Mereka menoleh dengan gegas pada asal suara tersebut dan menjumpai Amaya yang sudah membuka matanya. Ia menatap kakak lelakinya yang melepas kerah kemeja Kelvin lalu menatap pria itu bergantian, sebelum Bi Mara mendekat dan bertanya, "Mau minum, Non?" Amaya mengangguk, ia dibantu bangun oleh Gafi dan menerima minuman dari Bi Mara, menyesapnya hingga hampir separuh dan mengembalikannya pada wanita paruh baya itu. "Kenapa kamu tiba-tiba
Amaya melihat Kelvin tersenyum, pria itu kembali dan duduk di tepi ranjang, tak terlalu dekat dengan Amaya karena ia hampir berada di ujung.âSaya memintamu diam nggak dengan maksud memintamu diam seperti ini, Amaya,â katanya. âSaya meminta kamu buat diam karena siapapun yang mendengarmu nggak akan mendengar pembelaan diri kamu. Pertamaââ Kelvin menjedanya sejenak, maniknya menatap Amaya, menguncinya dan memastikan agar ia tidak berpaling.âPertama, hal itu masih jadi topik panas, sebagian besar dari mereka lebih memilih percaya dengan apa yang mereka lihat,â lanjutnya. âYang kedua, kamu nggak punya bukti buat meyakinkan mereka. Yang ada kamu malah dianggap omong besar, 'kan?ââTerus, emangnya kalau nggak ada bukti juga harus terus diam dan terima buat disalahin?â tanya Amaya balik. âPak Kelvin kalau emang lebih suka sama Caecil nggak apa-apa kok, mendingan kalian jujur aja.âKelvin menghela dalam napasnya, samar gelengannya tampak di mata Amaya. Seolah menyiratkan bahwa ia tak begitu
Setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit dan mendapat kunjungan dari teman-temannya, Amaya akhirnya bisa pulang. Siang menuju sore hari ini, ia baru saja keluar dari kamar untuk mengambil minuman dan melihat Kelvin yang baru pulang dari kampus. Tatapan mereka bertemu dengan canggung. Malam yang membuat mereka membicarakan soal perempuan yang membuat Kelvin jatuh cinta itu barangkali adalah penyebabnya. Amaya merasa tak enak hati karena membuat Kelvin 'terjebak' dalam pernikahan bersamanya akibat permintaan terakhir Athan, sementara Kelvin tak pernah mengatakan sebuah nama saat Amaya bertanya, 'Siapa perempuan itu?' Jawaban yang diberikan oleh Kelvin hanya satu, 'Kamu mengenalnya.' "Saya belikan ini buat kamu," kata Kelvin yang seketika membuat Amaya terjaga. Angannya kembali dari kenangan terhadap malam itu untuk melihat sesuatu yang dibawa oleh Kelvin di tangan kanannya, dan sekarang berada di depan Amaya. "A-apa ini?" tanyanya seraya menerima sebuah paper bag yang sedikit
'D-dia ngapain sih?' batin Amaya penuh dengan tanya. 'Dia beneran kesel sama aku yang ngomong kalau motornya Ziel keren kemarin? Astaga ... padahal yang aku puji tuh motor barunya, bukan orangnya. Ini model cemburu apa lagi, Kelvin?'Mata Amaya terpejam sesaat. Tak ada kata damai dalam hidupnya jika sikap agresif Kelvin sering kali tak tertebak.Hari ini dengan naik motor, lalu berhenti di hadapannya seolah ia sedang menunjukkan bahwa dirinya adalah suaminya Amaya.'Tadi bukannya dia ngantar kak Gafi ke chiropractor ya?' batinnya lagi. 'Jadi dia pulang dulu buat ngambil motornya terus ke kampus gitu?'Lagi pula kenapa Amaya tak sadar bahwa itu adalah motornya Kelvin?Ia hampir melihatnya setiap hari di garasi.Semua pikiran berkecamuk tanpa henti. Amaya sedikit tersentak saat mendengar Kelvin yang mengatakan, "Ayo."Kepala pria itu sekilas miring ke kiri, meminta Amaya untuk segera naik. Salah satu tangannya mengarah ke depan, menyerahkan helm pada Amaya yang bingung harus bagaimana
âMaaf, Mir,â ucap Rama sekali lagi. âBuat semua kesalahan yang aku lakukan, buat aku yang udah menghancurkan hidupmu dan bahkan berniat membuatmu menghilang.âMiranda tertunduk di tempat ia duduk. Ia meremas jari-jarinya yang ada di atas paha.Hening kembali menghampiri, senja di luar yag menggelap menuntun mereka untuk mengingat, menapaki kembali jalan suram yang pernah mereka ambil.âWaktu itu ...â Miranda akhirnya membuka suaranya. âWaktu kamu dorong aku dari lantai dua Amore, apa itu betulan karena kamu rencanakan?â tanyanya. âApa ... nggak seberharga itu aku buat kamu sekalipun hubungan yang sebelumnya kita lakukan itu salah?âRama tampak menggertakkan rahangnya, ia menggeleng sebelum menjawab Miranda. âNggak,â jawabnya. âAku nggak pernah rencanain itu, Mir. Nggak pernah ada niat sejak awal buat dorong kamu. Aku cuma ... tertekan waktu itu. Aku takut kalau Papaku bakal buang aku ke tempat yang jauh dari sini. Maaf ....âMiranda tersenyum tipis, ia lalu menggigit bibirnya untuk me
Niat hati ingin mengelabui, ternyata malah tertangkap basah!âSiang bolong begini, Vin?â goda Riana setelah Rajendra lebih dulu berdeham dan meninggalkan mereka berdua.âApa sih?â tanya Kelvin, ia menyapukan rambut hitamnya ke belakang saat Amaya menyenggol lengannya, isyarat agar Kelvin menjawab ibunya dengan sedikit lebih masuk akal. âNggak ngapa-ngapain juga. Benerin ikat pinggang emangnya salah? Habis dari kamar mandi tadi.ââOhâââLagian kalau ngapa-ngapain tuh juga kenapa, Mam? Sama istri sendiri juga. Kayak nggak pernah muda aja,â imbuhnya. âMama sama Papa dulu pasti juga seringâaaak!âKelvin berteriak saat Riana mencubit dadanya, ia tarik dan ia puntir. âMamâsakit, MamâââBerani kamu godain Mama hah?ââGodain gimana sih?â tanya Kelvin balik seraya mengusap dadanya. Ia terdorong menyingkir dari hadapan Riana setelah ibunya itu membuatnya hampir terjengkang.âMaaf ya, Sayang ....â kata Riana pada Amaya. Mendekat dan memeluknya. âMaklum di usianya yang udah kepala tiga si Kelvin
Amaya yang mendengar celotehan Arsen yang tengah berjalan di belakang punggungnya tak bisa menahan tawa.Entah kenapa mulut julid Arsen selalu menghibur. Kali ini ... si bapaknya yang tak lolos darinya.Carl Fredricksen ia bilang?Si kakek-kakek tua berambut putih yang ada di film UP.Arsen mengatakan begitu mungkin karena jalan Gafi yang terbungkuk dengan bantuan tongkat.Dan jika Amaya perhatikan lebih jauh, tongkatnya itu sebenarnya adalah gagang sapu yang entah ia dapatkan dari mana.Ditambah dengan dirinya yang bau minyak tawon, maka sempurnalah mulut julid Arsen saat me-roasting bapaknya."Ada apa?" tanya Serena yang berpapasan jalan dengan Amaya.Kakak iparnya itu terlihat baru saja datang karena masih membawa tas di tangannya."Itu, Kak Renaâ" Amaya sekilas menoleh ke belakang, pada Gafi yang dibantu berjalan oleh Kelvin sementara di depannya Arsen menjadi pemandu sorak. "AYO, PAPA! MAJU-MAJU!""Arsen bilang kalau Kak Gafi udah kayak kakek tua ubanan di film UP," lanjut Amaya
Amaya yakin kalimat Ziel yang mengatakan âtadinya mau nawarin bareng ke Amaya, tapi kayaknya nggak dulu dehâ yang tadi diucapkannya itu selain karena ingin mengatakan bahwa memang Randy yang akan pulang dengannya, pasti karena Ziel melihat Kelvin sudah ada di sana. Sehingga pemuda itu âlari tunggang-langgangâ. Tapi saat hal itu Ziel lakukan, hal yang seharusnya membuat Amaya aman, dirinya malah melontarkan pujian âkeren bangetâ pada Ziel yang bisa didengar oleh Kelvin. âSuami nggak tuh!â kata Alin seraya berpegangan tangan dengan Naira. Seolah saling menguatkan diri agar tak tiba-tiba berteriak semakin keras atau memeluk tiang listrik. âKamu mau pulang bareng aku nggak?â tanya Kelvin, masih dengan matannya yang tak berpaling dari Amaya. âAku-kamu nggak tuh,â imbuh Naira saat mendengar sebutan Kelvin untuk Amaya. âKatanya mau habisin makanan sebelum pergi ke rumahnya Mama? Jadi?â tanya Kelvin sekali lagi. Amaya bergeming. Benar-benar tak bisa menepis apapun sekarang! âJ-jadi,â
[MemutuskanâMenetapkan pemberhentian (Drop Out) mahasiswa atas nama Caecilia Harjono sebagaimana tercantum di dalam lampiran sebagai mahasiswa Universitas G....] Caecil membacanya hingga habis setelah ia mengambil ponsel dari dalam tasnya. Tangannya terasa kebas dan gemetar. Jika email ini sudah sampai kepadanya ... artinya surat fisiknya juga bisa saja telah sampai di rumah dan barangkali sudah dibaca oleh Adrian serta Belindaâkedua orang tuanya. âAkh!â Caecil menggeram kesal, matanya berair dan ia mengangkat wajahnya, pergi dari layar ponselnya yang menyala untuk menatap pada Sarah dan Oliv. âKita harus bales ini ke Amaya!â katanya menggebu-gebu. âBener apa yang aku bilang kalau Amaya itu kurang ajar, âkan? Selain ngadu ke Pak Kelvin, dia juga bikin aku di DO dari kampus.â Celotehannya justru membuat kedua bahu Sarah dan Oliv seketika jatuh. Kedua temannya itu secara kompak merotasikan bola mata mereka dengan enggan. âKalian nggak setuju?â tanya Caecil saat menjumpai ra
"Udah masuk sendiri dia," celetuk Randy sementara mahasiswa lain yang melihat Caecil terperosok kepalanya di dalam tong sampah malah tertawa tanpa henti. "TOLONG!" seru Caecil sekali lagi. Kedua tangannya mengepak-ngepak seperti burung yang terbang sedang kepalanya bertopikan tong sampah. Amaya hampir mendekat, berniat untuk menolongnya karena tidak tega. Akan jadi buruk jika Caecil kehabisan oksigen dan tak bisa bernapas saat kepalanya terperangkap di dalam sana. Sekalipun yang ia lakukan itu adalah karena ulahnya sendiriâyang berkeinginan menyerang Alin tapi gagalâtapi mendengarnya meminta tolong membuat Amaya tergerak hatinya. Tapi, pada langkah pertamanya, ia terhenti sebab teman Caecil datang. Kedua gadis yang dikenal Amaya bernama Sarah dan Oliv itu lebih dulu menghampiri Caecil. Menariknya dan mengangkat tong sampah yang membuat kepalanya terjebak itu. Sampah-sampah yang kebetulannya adalah sampah basah berhamburan ke lantai saat tong tersebut terangkat sehingga memunculk
Setelah akhir pekan dan ditambah oleh satu hari libur, pada akhirnya kesibukan di kampus telah kembali. Pagi ini, di rumah mereka sendiri, Amaya dengan kesadaran penuh bangun lebih awal, ia membuat sarapan untuknya dan Kelvinâanggap saja ini sebagai balasan karena kemarin penuh dengan âprincess treatment.ââJangan pedes-pedes kenapa?â tanya Kelvin saat ia menyuap ayam bumbu yang dibuat oleh Amaya saat akhirnya mereka duduk berseberangan di meja makan.âNggak masuk seleranya Mas Vin ya?â tanya Amaya balik.âMasuk, Sayang. Tapi ini kepedesan, buat pagi di mana perut kita belum terisi apapun, aku kurang setuju.ââK-kalau gitu simpan di kulkas aja nggak sih?â usul Amaya yang mendapat tanggapan dari Kelvin. âBoleh, yang masih ada di mangkuk masukin kulkas, kita cemilin nanti pulang dari kampus.âAmaya mengangguk, ia mengikuti Kelvin yang meneguk minuman dan memang harus ia akui rasanya memang pedas!âTapi terima kasih buat effort kamu,â kata Kelvin setelah ia menyuap ayam bumbu terakhir
âAhhââ Suara itu lolos dari bibir Amaya setelah serangkaian pemanasan yang panjang. Saat dirinya dan Kelvin menjadi satu di bawah lampu kamar yang berpendar hangat. Kelvin yang mengganti lampunya tadi sebelum ia juga menanggalkan semua pakaiannya. Sangat mendebarkan saat Amaya mengambil oksigen dari ciuman mereka yang seolah tak akan berhenti di bibirnya. Ia membiarkan lidah mereka untuk bertemu hingga api yang sejak tadi hanya sebesar lilin itu membakar segalanya. âAhhââ Amaya kembali terjaga dari lamunan sesaatnya kala bibir Kelvin menyinggahi bahunya yang terbuka. Prianya ini tak pernah gagal membuatnya mabuk dengan sentuhan-sentuhan yang ia berikan. âKamu suka?â tanya Kelvin dengan terus bergerak di atas Amaya, ia terlihat sangat tampan sekalipun sebagian rambutnya telah basah oleh keringat. âK-kenapa tanyanya begitu sih?â tanya Amaya balik. Batinnya bergumam, âApa dia nggak bisa lihat akan seberapa berantakan aku kalau dia berhenti sekarang?â âCuma ingin mastiin kalau