Share

21 Perang Pemikiran

“Apa, mundur?” tanya Akhtar heran begitu mendengar jawaban istrinya. Akhtar seketika bangun dari pangkuan Arisha. “Kamu enggak lagi bercanda, ‘kan?”

“Mboten, Mas.”

“Tapi kenapa? Apa ini permintaan abah?” Akhtar masih teringat saat menghadap Kiai Salman guna meminta pertimbangan. Kala itu Hasna masih bersamanya. Mertuanya itu memberikan banyak nasihat tentang rencananya yang akan maju sebagai wakil calon bupati. Petuahnya bersifat umum, namun Akhtar dapat menilai jika Kiai Salman lebih condong untuk menyarankan dirinya menolak tawaran Kiai Yassir.

“Bukan. Ini murni keinginanku, Mas.”

“Aku masih belum paham, maksudmu gimana. Keinginan yang bagaimana? Bukannya kamu sudah ngerti sebelum kita menikah kalo aku akan maju dalam pilkada tahun ini?”

Arisha mengangguk, dengan tatapan ke arah tembok. Wanita itu tak berani menatap suaminya. Ada amarah yang energinya bisa ia rasakan meski berjarak beberapa hasta.

“Lantas, kenapa kamu tiba-tiba memintaku mundur, Dik?”

“Ini tidak tiba-tiba, Mas. Aku
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status