Share

29 Maaf

Suara lantunan ayat suci al-Qur’an dari masjid pondok pesantren Riyadus Salihin mulai terdengar. Sebuah kebiasaan yang dilakukan para santri, mengaji menjelang kumandang azan.

Kiai Salman menghirup udara dalam-dalam lalu mengembuskannya perlahan. “Sudahlah jangan dipikirkan, yang penting kamu tingkatkan ibadahmu, sehingga apa pun yang akan terjadi, kamu tetap kuat, Ning,” pungkas Kiai Salman. “Abah mau ke masjid dulu, sebentar lagi Magrib.”

Lelaki dengan sarung motif kotak-kotak dan baju koko warna putih lengkap dengan peci hitam itu berjalan menyusuri halaman menuju sumber suara Kalam Ilahi yang diperdengarkan.

Arisha memandang kepergian abahnya dengan perasaan gelisah. Bulu kuduknya tiba-tiba berdiri. Saat ini hanya satu yang ia inginkan, melihat wajah suaminya yang belum juga ada kabar kapan pulang.

Dengan langkah gontai Arisha masuk ke dalam rumah. Didapatinya Umi Anis sedang memangku Keisha. “Sudah bangun Keisha, Mik?”

“Belum, cuma kalo mau Magrib gini anak bayi enggak boleh
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status