Share

Chapter 21

Penulis: RinduPurnama
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-18 19:39:23

Andra menutup pintu kamar Yasmin perlahan lalu berjalan menuju Raya yang duduk menekuri segelas kopi di meja makan. Raya memang penyuka kopi, itulah yang diketahui Andra semenjak mereka bertemu. Pagi hari dimulai dengan kopi, siang dengan kopi, dan menutup hari juga dengan kopi. Raya akan lebih rileks jika meminum segelas kopi, katanya semua syarafnya yang semula tegang menjadi kendur. Dan mulai saat itu juga Andra yang tidak suka kopi menjadi pencinta kopi juga.

“Kopi ….” Raya mengerling ke secangkir kopi yang telah dibuatkannya untuk Andra.

“Thanks,” jawab Andra seraya duduk di samping Raya.

Mereka diam, sibuk dengan kopinya masing-masing.

“Maafkan aku karena tadi mematikan ponsel, Ya….” Andra membuka percakapan setelah hangatnya air kopi membasuh kerongkongannya.

“Aku yang minta maaf, aku takut kamu marah karena David yang menemaniku.”

Andra tersenyum simul. “Aku tidak marah. Malah seharusnya aku berterimakasih pada David karena mau menemanimu menjemput Raya dan mengantarkanmu kemb
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pernikahan Penebus Hutang   Chapter 22

    Udara siang ini cukup suram. Mendung bertengger menguasai angkasa, angin sesekali berhembus kencang menghempaskan helaian daun-daun akasia di depan kafe. Sebentar lagi hujan pasti turun dengan lebat.Raya tidak suka hujan.Hujan selalu mengingatkan pada kematian ayahnya. Hujan juga selalu mengingatkan kejadian buruk enam tahun lalu ketika ia diusir oleh David. Terlunta-lunta dengan gerimis rapat di terminal bis. Tak tahu kemana tujuannya. Hatinya ngilu mengingat hal-hal tersebut. Ia suka cuaca cerah, tanpa mendung, panas, dan langit yang biru. Hal itu membuat suasana hatinya juga ikut cerah, sakit yang timbul-tenggelem di hatinya paling tidak bisa tersamarkan.“Pesanannya, Bu,” seorang pelayan perempuan manis memindahkan sepiring nasi goreng keju dan segelas es teh manis dari nampan ke meja.Raya tersenyum, berterimakasih pada pelayan kafe itu sebelum ia beranjak meninggalkan Raya.Jam-jam makan siang begini tidak biasanya ia makan sendirian di luar kantor. Biasanya Raya membawa bekal

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-22
  • Pernikahan Penebus Hutang   Chapter 23

    “Sabun mandi?” Andra mengambil sebuah sabun mandi dari rak, memperlihatkan pada Raya yang tengah mendorong troli yang hampir penuh dengan belanjaan.“Boleh,” jawab Raya tersenyum. “Sabun di rumah hampir habis.”Mereka berjalan pelan, menyusuri rak-rak supermarket yang berderet, penuh dengan barang-barang kebutuhan sehari-hari.“Yasmin gak nitip pengen dibelikan apa begitu?” tanya Andra melihat deretan snack untuk anak-anak di sampingnya.“Gak ada,” jawab Raya sambil menggelengkan kepala.“Yasmin itu persis sama kamu,” Andra berkata seraya tersenyum kecil.“Apanya?” Raya melebarkan mata karena penasaran.“Sederhananya…”Raya mencubit lengan Andra. “Sebagai perempuan memang harus begitu, hemat dan efisien. Jangan terlalu boros, membeli yang tidak terlalu dibutuhkan.”Andra mencibir. Raya memang seorang perempuan yang sangat sederhana, berbeda dengan mantan-mantan kekasihnya dulu yang selalu memanfaatkan hubungan mereka dengan suka meminta barang-barang mahal. Selama berpacaran dengannya

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-27
  • Pernikahan Penebus Hutang   Chapter 1

    “Kesempatan ini tidak datang satu kali, Ya,” bujuk Bude Rani mengenggam erat tangan gadis manis yang duduk di sampingnya. “Tapi saya tidak kenal siapa pemuda itu, Bude.” jawab Raya pelan. “Ah, nanti juga kamu kenal,” balas Bude Rani tersenyum. “Orangnya pintar, dari keluarga kaya, pemuda itu seorang Branch Manager di salah satu bank swasta di Jakarta ini.” Raya menunduk. Ia ragu. Hatinya menangis. Apa yang harus ia lakukan? Untuk menolak ia tak akan bisa. Banyak alasan kenapa ia tidak akan mampu menolak semua keinginan Bude Rani. “Ayolah, Nak….” Bujuk wanita paruh baya itu. “Ayah dan ibumu di surga akan senang melihat putri semata wayangnya menikah dengan laki-laki kaya.” Anak yatim-piatu. Selalu. Itulah strategi yang kerap digunakan bude jika menyuruh Raya melakukan sesuatu yang tidak diinginkannya. Bude seperti menekankan jika Raya harus membalas semua budi baiknya selama ini karena merawat dan membesarkannya. Sama seperti

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-12
  • Pernikahan Penebus Hutang   Chapter 2

    Acara pernikahan telah usai. David dan Raya telah sah menjadi suami dan istri. Sintia duduk di pojokan, tak hentinya menghapus air mata yang turun ke pipinya. Raya tahu hati Sintia tulus mendoakannya hari ini. Tidak seperti Pakde Suroso dan Bude Rani yang selalu tersenyum palsu. Senyum yang memperlihatkan kepuasan telah mendapatkan sesuatu. “Hari ini kamu cantik sekali, Raya,” puji Sintia tadi pagi ketika mereka berdua di sebuah kamar. Sintia sendiri yang memoles wajah Raya dengan make up. Gadis yang berusia setahun lebih muda dari Raya itu memang jago berdandan. Raya tersenyum. “Makasih…” Ia bangkit dari duduknya dan berkaca di depan cermin besar. Ia memakai kebaya putih sederhana yang kemarin baru ia beli dengan Sintia. Rambutnya disanggul modern dengan beberapa helai rambut menjuntai di bagia kanan dan kiri pipinya. Lipstik warna merah yang dipakaikan Sintia menambah segar auranya hari ini. “Kau memang cantik, mirip sekali dengan ibum

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-12
  • Pernikahan Penebus Hutang   Chapter 3

    “Selamat datang di rumah…” ujar David ketika pintu rumahnya terbuka. Dari balik pintu muncul seorang perempuan baruh baya, tersenyum riang melihat Raya. “Kenalin ini Mbok Siti,” ujar David. “Beliau yang mengurus rumah ini.” “Selamat sore Nyonya….” “Raya,” jawab Raya cepat seraya mengulurkan tangannya. “Nama saya Raya, Mbok.” “Nyonya Raya,” jawab Mbok Siti tersenyum. “Cantik sekali.” Raya tersenyum simpul. “Ayo masuk,” ujar David kemudian. Raya mengangguk mengikuti David masuk. Mbok Siti membantu Raya membawakan salah satu tas yang berisi pakaian dan keperluan Raya. Rumah berlantai dua bergaya minimalis yang sangat cantik. Dicat warna putih susu dengan dekorasi rumah yang senada dengan warna catnya. Dalam hati Raya suka gaya rumah ini, sesuai dengan rumah yang diimpikannya ketika berumah tangga nanti. Bukankah sekarang ia sudah mulai memasuki pintu rumah tangga? Ah, Raya jijik tiba-tiba mengingat perkat

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-12
  • Pernikahan Penebus Hutang   Chapter 4

    “Ah, Nyonya tidak seharusnya memasak begini,” ujar Mbok Siti mencoba mengambil sutil dari tangan Raya yang digunakannya untuk membola-balik gulai dalam wajan. “Gak apa-apa, Mbok,” jawab Raya. “Di rumah bude dulu setiap hari saya yang masak.” “Ya, tapi nanti saya dimarahi Tuan David kalau tahu Nyonya Raya yang setiap hari masak.” Raya menggeleng. “Gak kok, Mbok. Tenang saja.” Mbok Siti pasrah, lantas beranjak mencuci piring kotor di kitchen sink. Selama hampir dua minggu Raya tinggal di rumah ini, dialah yang memasak semua hidangan. Bangunnya selalu pagi, bahkan kadang lebih pagi dari Mbok Siti. Ia cekatan dan terampil. Menyiapkan sarapan, membantu Mbok Siti mengepel, bahkan kadang ia yang mencuci pakaian. David tahu hal tersebut, dilapori Mbok Siti tentu saja. Dengan bijaksana ia menegur Raya. “Raya, kamu boleh membantu Mbok Siti. Tapi jangan semua pekerjaan kamu yang kerjakan. Mbok Siti laporan sama saya, beliau

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-12
  • Pernikahan Penebus Hutang   Chapter 5

    Mau tak mau Raya kembali bertemu dengan Nyonya Kinasih. Tapi seperti yang diperkirakan Raya, perempuan itu hanya diam tak peduli dengan kehadiran dirinya. Tapi Raya juga tak peduli, ia asyik bercengkrama dengan Sintia. Di pesawat pun mereka duduk berdua. Setelah menikah baru kali ini Raya bisa sedikit lega, paling tidak ada teman yang menemaninya. Bukannya David tidak mengizinkan ia bertemu dengan sepupunya, tapi Sintia sibuk mengurusi skripsi, Raya tidak mau menganggu konsentrasinya. Baru kali ini Raya pergi ke Bali. Begitu juga Sintia. Mereka sangat takjub akan keindahan panorama Bali yang indah. Apalagi pesta pernikahan Raya dan David akan dilaksanakan di tepi pantai. Mirip dengan pesta pernikahan selebritis. Raya tertegun. Kenapa nasib membawanya bagaikan Cinderella. Kenapa hal-hal indah yang hanya dapat disaksikannya lewat televisi, kini benar-benar nyata di depannya. Haruskah ia bahagia? Tidak. Ini bukan kenyataan bagi Raya. Ini semua semu. Dirinya bukan

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-12
  • Pernikahan Penebus Hutang   Chapter 6

    Suara dering ponsel menghentakkan Raya dari tidurnya. Kaget. Sambil mengerjapkan mata ia mengambil sumber bunyi itu dari nakas. “Ha… Halo,” kata Raya parau. “Raya!” pekik suara di seberang. Raya menjauhkan ponsel dari telinganya, memastikan nama yang tertera di layar. Sintia. “Ada apa, Sin?” tanya Raya seraya memejamkan mata. “Aduh! Gila kamu, ya! Ini sudah hampir pukul sepuluh pagi!” pekik Sintia kesal. Raya tersentak. Kembali dilihatnya layar ponsel. Pukul sepuluh kurang lima menit. Kenapa ia bangun kesiangan? David menggeliat. Mengerjapkan matanya sebentar lalu tersenyum pada Raya. Satu hal yang Raya sadari kini, mereka tidur tanpa mengenakan apapun! “Halo! Kok ngalamun sih, Ya!” teriak Sintia. “I… iya, nanti aku telepon lagi. Aku mandi dulu,” Raya cepat-cepat menutup teleponnya. Raya memijit pelipisnya. Ingatannya telah kembali utuh. Tadi malam merupakan hal paling manis yang ia rasakan

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-23

Bab terbaru

  • Pernikahan Penebus Hutang   Chapter 23

    “Sabun mandi?” Andra mengambil sebuah sabun mandi dari rak, memperlihatkan pada Raya yang tengah mendorong troli yang hampir penuh dengan belanjaan.“Boleh,” jawab Raya tersenyum. “Sabun di rumah hampir habis.”Mereka berjalan pelan, menyusuri rak-rak supermarket yang berderet, penuh dengan barang-barang kebutuhan sehari-hari.“Yasmin gak nitip pengen dibelikan apa begitu?” tanya Andra melihat deretan snack untuk anak-anak di sampingnya.“Gak ada,” jawab Raya sambil menggelengkan kepala.“Yasmin itu persis sama kamu,” Andra berkata seraya tersenyum kecil.“Apanya?” Raya melebarkan mata karena penasaran.“Sederhananya…”Raya mencubit lengan Andra. “Sebagai perempuan memang harus begitu, hemat dan efisien. Jangan terlalu boros, membeli yang tidak terlalu dibutuhkan.”Andra mencibir. Raya memang seorang perempuan yang sangat sederhana, berbeda dengan mantan-mantan kekasihnya dulu yang selalu memanfaatkan hubungan mereka dengan suka meminta barang-barang mahal. Selama berpacaran dengannya

  • Pernikahan Penebus Hutang   Chapter 22

    Udara siang ini cukup suram. Mendung bertengger menguasai angkasa, angin sesekali berhembus kencang menghempaskan helaian daun-daun akasia di depan kafe. Sebentar lagi hujan pasti turun dengan lebat.Raya tidak suka hujan.Hujan selalu mengingatkan pada kematian ayahnya. Hujan juga selalu mengingatkan kejadian buruk enam tahun lalu ketika ia diusir oleh David. Terlunta-lunta dengan gerimis rapat di terminal bis. Tak tahu kemana tujuannya. Hatinya ngilu mengingat hal-hal tersebut. Ia suka cuaca cerah, tanpa mendung, panas, dan langit yang biru. Hal itu membuat suasana hatinya juga ikut cerah, sakit yang timbul-tenggelem di hatinya paling tidak bisa tersamarkan.“Pesanannya, Bu,” seorang pelayan perempuan manis memindahkan sepiring nasi goreng keju dan segelas es teh manis dari nampan ke meja.Raya tersenyum, berterimakasih pada pelayan kafe itu sebelum ia beranjak meninggalkan Raya.Jam-jam makan siang begini tidak biasanya ia makan sendirian di luar kantor. Biasanya Raya membawa bekal

  • Pernikahan Penebus Hutang   Chapter 21

    Andra menutup pintu kamar Yasmin perlahan lalu berjalan menuju Raya yang duduk menekuri segelas kopi di meja makan. Raya memang penyuka kopi, itulah yang diketahui Andra semenjak mereka bertemu. Pagi hari dimulai dengan kopi, siang dengan kopi, dan menutup hari juga dengan kopi. Raya akan lebih rileks jika meminum segelas kopi, katanya semua syarafnya yang semula tegang menjadi kendur. Dan mulai saat itu juga Andra yang tidak suka kopi menjadi pencinta kopi juga.“Kopi ….” Raya mengerling ke secangkir kopi yang telah dibuatkannya untuk Andra.“Thanks,” jawab Andra seraya duduk di samping Raya.Mereka diam, sibuk dengan kopinya masing-masing.“Maafkan aku karena tadi mematikan ponsel, Ya….” Andra membuka percakapan setelah hangatnya air kopi membasuh kerongkongannya.“Aku yang minta maaf, aku takut kamu marah karena David yang menemaniku.”Andra tersenyum simul. “Aku tidak marah. Malah seharusnya aku berterimakasih pada David karena mau menemanimu menjemput Raya dan mengantarkanmu kemb

  • Pernikahan Penebus Hutang   Chapter 20

    Rama menghampiri Raya di meja kerjanya. Ia duduk di hadapan Raya yang sibuk dengan komputernya. Raya melihatnya sekilas tanpa mengatakan sepatah kata pun.“Sintia ingin bertemu denganmu,” Rama memulai pembicaraan pelan.“Kau mengatakan padanya kalau aku kembali?” Raya bertanya tanpa mengalihkan pandangannya.“Tentu saja!” jawab Rama seraya menghempaskan badannya ke kursi. “Apa kau tidak ingin bertemu dengannya? Semalaman dia menangis ketika ku beritahu bahwa kau bekerja di kantor yang sama denganku.”Raya menghela nafas. “Aku akan ke rumahmu nanti….”Rama mengeryitkan kening. “Apa kau tahu alamat rumahku dan Sintia?”“Aku tahu semua tentang kalian. Tapi kalian yang tidak tahu apa-apa tentangku,” jawab Raya kali ini dengan menatap Rama.“Rupanya pacar barumu itu punya kuasa, ya ….” Kata Rama seraya menyilangkan kakinya.“Apa pedulimu?”“Kenapa kau sampai menjalin hubungan dengan Andra? Sementara David di sini seperti orang gila mengharapkanmu?” Rama bertanya tajam tapi dengan suara aga

  • Pernikahan Penebus Hutang   Chapter 19

    Andra tersenyum ketika Raya membuka pintu kantor. Laki-laki perlente itu berdiri di samping Range Rover hitam miliknya. Ia mengenakan celana jeans warna biru dan kemeja atasan putih yang tak dimasukkan dengan lengan digulung ke siku. Rambutnya bermodel curtain haircut yang diterpa semilir angin sore, menambah aura terpancar dari wajahnya. Aura seorang CEO perusahaan besar. Seorang CEO muda yang bisa jatuh hati pada gadis beranak satu dan tidak punya apa-apa seperti Raya. Sungguh hati manusia yang aneh! “Sudah lama?” tanya Raya. Andra menggeleng, menggaet pinggang Raya ke dekatnya lantas mendaratkan ciuman panas ke bibir kekasihnya itu. “Hey! Malu dilihat orang!” jerit Raya celingukan. Berciuman di tempat umum bukan sesuatu yang disenangi Raya. Andra terkekeh kecil, membukakan pintu untuk Raya. “Sudah makan?” tanya Raya ketika mobil yang mereka tumpangi sudah melaju membelah hiruk-pikuk Jakarta. “Belum,” jawab Andra. “Tadi setelah dari kantor aku langsung jemput kamu.” “Aku ka

  • Pernikahan Penebus Hutang   Chapter 18

    Yang dilihat dari David wanita yang berdiri di hadapannya ini bukanlah Raya yang ia kenal enam tahun lampau. Raya yang ia kenal adalah wanita bersahaja yang tidak pernah kenal make up komplit di wajahnya, tapi Raya sekarang ini kebalikannya. Ia memakai bedak, eye shadow, eye liner, lipstik dengan warna yang ia senadakan dengan blush on di pipinya. Rambut Raya yang dulu tergerai panjang, sekarang dipotong bob di bawah kuping. Pakaiannya pun kali ini lebih aduhai, ia memakai kemeja pink berpotongan sesuai lekuk tubuh, dengan rok span hitam selutut yang juga dapat mempertegas pantatnya yang aduhai.Ini bukan Raya!Raya yang dulu selalu senang jika David memeluknya ketika ia pulang kerja. Tapi Raya yang ingin dengan gesit menepis pelukan tiba-tiba David ketika ia membuka pintu tadi.“Maaf, Pak, ini kantor!” katanya tegas. Tidak ada secuil pun hasrat atau kerinduan terpancar dari wajah perempuan yang dulu begitu mencintainya itu.“Kau darimana selama ini?” pertanyaan David parau menahan se

  • Pernikahan Penebus Hutang   Chapter 17

    “Stop Andra! Hentikan!” jerit Raya tapi dengan suara yang diturunkan oktafnya. Mendengar jeritan Raya tidak membuat Andra berhenti menciumi leher kekasihnya itu. Nafasnya kian memburu, suara jeritan Raya bagaikan bisikan merdu di telinganya. Ia ingin semakin dalam menjelajahi tubuh Raya yang kini dengan erat dipeluknya. “Nanti Yasmin bangun!” Raya coba keluar dari dekapan Andra. “Raya sudah tidur sejak tadi,” jawab Andra seraya tersenyum nakal. “Tidak ada alasan menolakku malam ini.” Raya mendengus kesal karena tak bisa menolak. Tapi kekesalannya kian sirna, begitu tiap inci tubuhnya tak lepas dari ciuman dan belaian yang Andra berikan. Nafasnya kian memburu, suara desahan kian membuat Andra brutal untuk semakin menjamahnya. Hingga akhirnya kedua belah pihak sama-sama mendapatkan apa yang mereka inginkan. “Lagi?” tanya Andra menggoda di sela nafasnya yang ngos-ngosan. “Capek!” Raya melotot seraya meletakkan kepalanya di dada bidang Andra. Ia memeluk tubuh lelaki itu, lelaki yang

  • Pernikahan Penebus Hutang   Chapter 16

    Hari berganti, bulan berlalu, tak terasa enam tahun terlewati tanpa ada kabar sedikit pun dari Raya.***David meletakkan map di meja kerjanya. Pekerjaan terakhir yang mampu ia selesaikan hari ini. Ia melirik arloji, sudah hampir jam lima sore. Ia menggeliat, meluruskan urat-uratnya yang menegang. Beberapa hari ini kesibukan luar biasa, bahkan keinginannya untuk pergi memancing dengan Rama akhir pekan kemarin berujung gagal.“Mau pulang duluan, Bro?” Rama tiba-tiba masuk menyerahkan beberapa map.“Rencananya begitu,” jawab David datar. “Atau kamu mau ikut denganku hari ini? Kita ke bar dulu?” David memasang senyum memancing.Rama mengibaskan dua tangannya. “Tidak!” jawabnya tegas. “Istriku bisa marah jika selama dua hari berturut-turut aku tidak segera pulang ke rumah!”David tergelak. “Sintia memang pemarah.”Rama duduk di kursi di depan David. Melihat tajam ke arah sahabatnya itu.“Why?” tanya David mencoba tersenyum. “Adakah yang salah?”“Cobalah membuka hati, Vid,” jawab Rama pela

  • Pernikahan Penebus Hutang   Chapter 15

    “Apa yang Bapak lakukan pada Raya!” teriak Sintia setengah menangis. Bapaknya yang sedang makan di ruang makan bersama ibunya terkejut bukan alang kepalang.“Eh, kamu itu gak sopan!” hardik ibunya. “Datang-datang teriak gak jelas! Bapakmu itu capek, tadi habis ngantar majikannya ke airport. Pulang-pulang malah anaknya ngomel begitu!”“Bapak fitnah Raya, kan?!” Sintia menggebrak meja.“Eh, kamu itu ngomong apa?” tanya Pakde Suroso berlagak tak tahu. “Asal menuduh kamu, ya!”“Minta maaf sama Bapakmu! Raya terus yang kamu bela. Sebenarnya ada apa dengan Raya?” ibunya menimpali.“Bapak sama Ibu itu sebenarnya tahu yang sebenarnya. Hanya berlagak bodoh, kan?” Sintia berkata sengit.Pakde Suroso menatap anak semata wayangnya itu. Rencananya rupanya telah berhasil, tapi dia tidak mempertimbangkan tentang putrinya ini. Pasti keadaan Raya pergi dari rumah akan tercium Sintia.“Bapak gak tahu apa-apa,” jawab Pakde Suroso datar. “Beneran!”“Bapak bohong!” elak Sintia. “Raya tadi telepon aku, dia

DMCA.com Protection Status