Beranda / Romansa / Pernikahan Paksa Pewaris Arogan / 2. Aku ingin membatalkan pernikahan!

Share

2. Aku ingin membatalkan pernikahan!

Penulis: Runayanti
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Adelia sampai di ruang istirahat para staff hotel. Dengan napas menderu, Adelia berusaha mengontrol dirinya dan tubuhnya yang masih gemetar.

"Aku harus membeli pil kontrasepsi," gumam Adelia sambil mengganti pakaian dengan baju ganti yang dibawanya.

Selesai berbenah diri, Adelia segera berlari keluar tanpa mengisi absensi jari pada mesin absensi di samping pintu.

Dengan terburu-buru, Adelia berlari kecil menuju ke klinik tidak jauh dari Hotel.

"Aku tidak boleh hamil! Aku akan menikah dengan calon suami yang sudah dijodohkan oleh Ayah atau harus mengembalikan mahar," gumam Adelia sambil bergerak buru-buru.

Sampai di klinik tersebut, Adelia mengertakkan geraham dengan kecewa karena masih harus mengantri.

"Aku akan terlambat ke acara pernikahan," sungut Adelia sambil berdiri di barisan menghitung jumlah orang yang sedang mengantri.

Jam yang tergantung di dinding klinik tersebut sudah menunjukkan pukul tujuh.

...

Afgan Al Futtaim, pria pewaris tunggal dari group Futtaim-bisnis retail terbesar di Dubai, saat ini berumur 35 tahun. Pria berperawakan ganteng dan tubuh kekar berotot setinggi 180 cm itu terbangun dengan kepala yang berat dari ranjang hotel yang sudah berantakan.

Dalam kegelapan kamar yang remang-remang dan cahaya matahari yang mengintip lewat sela-sela tirai jendela hotel, Afgan merasa detak jantungnya memukul keras.

"Arrgh!" pekiknya sambil berusaha duduk di ranjang.

Kepalanya terasa berat, dan nyeri merambat di seluruh tubuhnya yang terasa kaku. Dia membuka matanya perlahan, tergagap mencoba merangkai memori-memori buram semalam.

Alkohol yang telah ia minum, mengantarkannya ke dalam alam tidak sadar, menghadirkan bayangan-bayangan buram tentang pertemuan dan perbuatannya semalam.

"Aku bersama seorang wanita!" Afgan terkejut lalu menoleh ke ranjang di sampingnya, bercak merah tertinggal di sprei yang menjadi saksi bisu perbuatannya.

"A-apa yang sudah kulakukan!" pekik Afgan sambil menjambak rambutnya sendiri, berusaha mengingat segalanya.

Tetapi hari ini, nyatanya, adalah hari yang tidak bisa dihindari - hari pernikahan dengan wanita yang dijodohkan oleh orang tuanya.

"Aku harus menghadiri pernikahan hari ini! Argh! Kepalaku sakit sekali!"

Afgan segera mengambil jas pengantin yang diantarkan seseorang semalam sambil bergumam, "gadis itu ... yang mengantar jas pengantinku!"

Meskipun penuh ketidaksetujuan dan penolakan, Afgan tahu dia harus tunduk pada takdir yang telah diaturkan untuknya.

Keluar dari ranjang dengan langkah gontai, dia mengenakan pakaian yang telah dipersiapkan dengan cermat, meskipun detak jantungnya masih berdentum-dentum di kepalanya yang terasa hancur.

Pada saat itulah, dalam keputusasaan dan ketidakpastian, Afgan meraih botol obat pereda sakit kepala yang tergeletak di meja samping tempat tidurnya. "Kosong!"

"Argh! Tidak ada yang becus hari ini!"

Dengan setiap langkah menuju pintu keluar, ia merasa seakan-akan beban dunia ada di atas pundaknya. Tapi bahkan dalam keadaan seperti ini, tekad untuk memenuhi kewajiban sebagai anak tidak terelakkan.

Dia mengunci pintu kamar dengan langkah-langkah gemetar dan melangkah ke koridor hotel yang sepi, mengarahkan langkahnya ke klinik terdekat untuk membeli obat pereda nyeri kepala.

Ketika ia mencapai pintu klinik, aroma antiseptik menyambutnya membuat perutnya terasa mual. Namun, tiba-tiba seorang gadis yang berjalan terburu-buru menabraknya.

"Hei! Perhatikan jalanmu!" Afgan memegang dadanya yang ditabrak kepala Adelia.

Obat yang dipegang Adelia berjatuhan di lantai. "Ma-maaf," ucap Adelia sambil menundukkan kepala lalu memungut obat yang berjatuhan miliknya.

Afgan berjongkok dan mengambil botol obat yang jatuh di samping kakinya lalu membaca sekilas, "Pil kontrasepsi." Afgan menyerahkan botol obat tersebut kepada gadis itu dengan sedikit heran dan memperhatikan wajahnya lebih detail.

"Maaf ... terima kasih," ucap Adelia sambil merebut botol obat tersebut dengan wajah merah dan malu lalu buru-buru meninggalkan Afgan tanpa perkataan apa pun.

Afgan segera menuju ke meja klinik dengan menerobos antrian. "Berikan obat pereda sakit kepala untukku!" perintahnya kepada apoteker yang bertugas.

"Hei, ikuti antrian, jangan memotong! Klinik ini bukan milikmu!" tegur seorang pria dalam antrian.

Afgan memutar kepalanya dan melayangkan tatapan tajam ke arah pria itu lalu berkata, "Aku akan menikah satu jam lagi dengan wanita yang dijodohkan keluargaku tanpa pernah melihat wajahnya dan sekarang kepalaku sakit sekali!"

Usai berkata, Afgan memutar tubuhnya lalu menyodorkan selembar uang berwarna merah.

"Obat sakit kepala dan air mineral!" ucapnya dengan nada tinggi.

Apoteker segera memberikan obat tersebut dan sebotol air mineral. Afgan langsung menelan obat dan meneguk air mineral dengan terburu-buru lalu melangkah keluar dari klinik itu.

Pria tadi yang meneriakinya hanya menepuk bahu Afgan yang lewat di sampingnya dengan lembut lalu berkata, "Sabar ya. Semua akan indah pada waktunya."

Afgan menaikkan sudut bibirnya lalu menuju ke mobil sport kesayangannya yang terparkir di depan hotel. Memacu dengan kecepatan tinggi menuju ke lokasi pesta yang tidak jauh dari hotel.

...

Di balik gemerlap lampu dan hiasan pernikahan yang memukau, Adelia berdiri di pelaminan dengan gaun putih yang mempesona. Dia merasa campur aduk antara kegugupan dan kecemasan. Hari ini adalah hari di mana dia akan dijodohkan dengan seorang pria yang tidak pernah dia kenal sebelumnya. Meskipun ia mencoba menyembunyikan rasa takutnya, matanya mengungkapkan ketidakpastian dan keraguan yang mendalam.

"Aku harus bisa melupakan malam naas itu. Tidak ada yang tahu." Adelia berusaha tegar dan memberi semangat kepada dirinya sendiri karena dia sudah memakan pil anti hamil.

Saat pintu besar aula pernikahan terbuka, suara langkah kaki yang tenang dan mantap menggema di sepanjang lorong. Pandangan Adelia tertuju pada seorang pria muda dengan Jas pengantin putih, memasuki ruangan dengan kehadiran yang memikat. Dalam sekejap, ia merasakan detakan jantungnya melambat dan membuatnya hampir pingsan ketika menyadari bahwa laki-laki itu adalah sosok yang menabraknya di klinik tempatnya membeli pil kontrasepsi.

Afgan, demikian nama pria itu tercatat di undangan pernikahan dan dia  adalah laki-laki yang telah menyaksikan rahasia paling dalam dalam hidupnya karena membeli pil kontrasepsi.

"D-dia ... " bibir Adelia bergetar.

Sementara itu, Afgan juga terkejut melihat Adelia, gadis yang baru saja dia lihat membeli pil kontrasepsi di klinik tadi pagi.

Kilatan pengenalan melintas di matanya. Kehadiran Adelia sebagai calon mempelai sangat mengguncangnya, membuka kenangan akan pertemuan yang tidak sengaja itu di klinik.

Dalam beberapa detik, dunia mereka bertabrakan di tengah-tengah pernikahan yang diatur dengan cermat, menciptakan ketegangan yang terabaikan di antara tamu-tamu yang riuh.

Mata Adelia bertemu dengan mata Afgan, menciptakan ikatan diam yang tak terduga antara mereka.

Di dalam tatapan itu terkandung kebingungan, penasaran, dan juga keraguan dengan degup jantung yang tidak beraturan.

Keduanya merasa terseret ke dalam aliran waktu yang membawa mereka kembali ke saat-saat pertemuan pertama mereka, di klinik yang ramai itu.

"Wanita ini ... dia membeli pil kontrasepsi tadi!" rutuk Afgan dalam hati lalu melayangkan pandangan tajam ke arah kedua orang tuanya yang memandangnya dengan heran.

"Aku .. aku ingin membatalkan pernikahan!" seru Afgan di tengah riuhnya tamu yang hadir.

Achmed Al Futtaim- Ayah Afgan segera berdiri dari kursi samping pelaminan dan merentangkan kedua tangannya, menghadap ke arah tamu-tamu yang masih menyaksikan kejadian tersebut.

"Tunggu sebentar. Ada sedikit kesalahpahaman di sini," ucapnya dengan suara lantang.

Achmed lalu mendekati Afgan, putranya dan membisikkan sesuatu di telinganya.

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Vivi Wibowo
seru juga,lanjut baca dulu yaas
goodnovel comment avatar
Ziane Zen
trs bgaimna Ng kelanjutan.nya...berartinmerwka gagal nikah dong en kirain JD nikah....
goodnovel comment avatar
Masna Rita
Ahmed lalu mendekati Afgan, putranya dan dan membisikkan sesuatu di telinganya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pernikahan Paksa Pewaris Arogan   3. Kau wanita Murahan!

    "Afgan," bisiknya, mata Achmed berkilat tajam, "Kau tidak boleh membatalkan pernikahan ini. Orangtuamu telah mengambil keputusan, dan kau harus mematuhinya."Afgan menatap ayahnya dengan mata penuh kemarahan. "Tapi ayah, aku tidak bisa menikahi wanita seperti itu. Aku ... aku merasa terhina."Achmed menekan lengan putranya lebih erat, "dengarkan aku!"Achmed menatap tajam, "Jika kau membatalkan pernikahan ini, aku akan mencoret namamu dari warisan keluarga. Kau tidak akan mewarisi apapun dari kami. Kau akan kehilangan segalanya."Gluck!Afgan menelan salivanya dengan kasar.Seusai mengatakan demikian, Achmed kembali berseru kepada para tamu. "Pesta dilanjutkan, silakan menikmati hidangan yang tersedia dan mohon doa restunya untuk kedua mempelai!" seru Achmed lalu kembali duduk di samping kursi pelaminan seolah-olah tidak ada hal besar yang terjadi.Afgan terduduk dengan perasaan tidak jelas dalam hatinya yang sedang bergemuruh.Kata-kata dari sang ayah telah menciptakan keheningan me

  • Pernikahan Paksa Pewaris Arogan   4. Kamu keterlaluan!

    Keesokan harinya, matahari terbit dengan sinar hangat yang menyinari jendela kamar hotel. Sebuah ketegangan masih terasa di udara setelah pertengkaran sengit semalam.Adelia membuka mata dengan perasaan berat di dadanya. Pikirannya dipenuhi oleh ketidakpastian, cemas akan masa depannya dengan Afgan. Namun, meskipun hatinya dipenuhi kekhawatiran, dia menolak untuk tenggelam dalam rasa putus asa. Dengan tekad yang kuat, dia memaksa dirinya bangun dari tempat tidur, meski kakinya terasa begitu berat.Terduduk di pinggiran ranjang, Adelia meraih keberanian dari dalam dirinya sendiri. Dia berbicara pada dirinya sendiri, "Aku harus kuat. Aku harus melangkah maju, bahkan jika langkah-langkah itu terasa sulit. Aku tidak boleh membiarkan kesedihan menghentikan hidupku. Aku harus bekerja, membangun masa depanku sendiri."Setelah mengambil napas dalam-dalam, dia bangkit dan melangkah menuju kamar mandi. Air hangat menyiram tubuhnya, mencoba meredakan beban pikirannya. Di bawah pancuran, dia memb

  • Pernikahan Paksa Pewaris Arogan   5. Pernikahan ini hanya pura-pura, bukan?

    Melinda melirik Afgan yang tampan dan sedang memegang kemudi, melajukan mobil sport biru tersebut dengan stabil. Ini adalah pertama kalinya bagi Melinda menaiki mobil sport yang mahal."Aku minta maaf atas malam itu," ucap Afgan, memecah keheningan di antara mereka.Melinda mengernyitkan kedua alisnya karena tidak mengerti.Afgan menghentikan mobilnya di tepi jalan lalu memutar tubuhnya menghadap ke Melinda."Kamu mengantar jas milikku dan aku ... Maafkan atas apa yang sudah kulakukan semalam," ucap Afgan lalu meraih tangan Melinda dan mengenggamnya dengan perasaan tulus.Melinda mulai mengerti tentang keadaan semalam. Kepalanya yang pintar sudah mengerti apa yang dihadapi Adelia dan pria ini, tetapi karena Afgan begitu memukau dan tajir. Melinda tidak mau menyia-nyiakan kesempatan."Aku tak bisa begitu saja memaafkan apa yang Anda lakukan malam itu. Anda tahu 'kan harga diriku hancur?!" Melinda berusaha memasang wajah sedih.Afgan masih membeku menatapnya. Lalu, setelah dirasa cukup,

  • Pernikahan Paksa Pewaris Arogan   6. Kembalikan Mahar !

    Afgan merasakan beban rasa bersalah mencekiknya begitu dia mencium aroma Adelia, merenungkan tindakan bodohnya sehari sebelumnya. Matanya penuh dengan penyesalan, dan hatinya dihantui oleh bayangan perempuan yang telah dia renggut keperawanannya sehari sebelum pernikahannya. Pria itu merasa dia juga tidak becus dalam pernikahan ini.Afgan mundur, melepaskan cengkramannya ke tangan Adelia lalu terduduk dengan napas yang menderu dan tidak teratur. "Adelia," panggil Afgan dengan suara patah, mencoba menahan amarah yang hendak meluap.Adelia menoleh, matanya berkaca-kaca, memancarkan kekecewaan yang dalam. "Apa yang kau inginkan, Afgan?" tanyanya dengan suara yang penuh dengan emosi.Afgan menelan ludahnya, mencoba menemukan kata-kata yang tepat. "Aku... aku tidak tahu harus mulai dari mana," katanya pelan."Bila kamu menginginkan perceraian, maka ... "Adelia menunggu apa kelanjutan dari perkataan Afgan."Kembalikan mahar yang sudah dibayarkan untuk pernikahan paksa ini!"Mendengar hal

  • Pernikahan Paksa Pewaris Arogan   7. Pernikahan Paksa yang menjadi takdir

    Adelia merasa terhina oleh kata-kata Afgan. Dia menyadari bahwa Afgan memang memiliki sifat yang dingin dan keras. Namun, dia tidak bisa menahan perasaan kecewa yang muncul dalam dirinya. "Baiklah, aku mengerti," ucapnya dengan nada pahit dan memilih diam.Adelia melayangkan tatapannya ke punggung Afgan pada saat pria itu sedang memakai kemejanya.Adelia menatap luka bakar di punggung Afgan dengan kebingungan. Namun, saat dia menatap lebih lama, gambaran tentang gurat aneh di punggung seorang laki-laki yang pernah menyakitinya terlintas begitu saja di benaknya. Rasa takut dan ketidaknyamanan seketika melanda dirinya.Afgan yang melihat tatapan Adelia dari pantulan cermin di depannya itu merasa terganggu. Dia membentaknya dengan nada tajam, "Apa yang kau lihat? Ini tubuhku dan aku tidak menginginkan pertanyaan apa pun. Jangan bersikap seolah kau memiliki hak atas tubuhku.""Kau hanya istri di atas kertas, paham!"Adelia merasa tertegun oleh reaksi A

  • Pernikahan Paksa Pewaris Arogan   8. Hilang seleraku untuk masuk kerja hari ini!

    Afgan merasa tersudutkan karena luka di punggungnya. Pria itu mengalami tragedi besar ketika dia masih seorang anak kecil. Dia tumbuh di tengah kesibukan orang tuanya yang jarang ada di rumah. Meskipun diabaikan oleh ayah dan ibunya yang terlalu sibuk dengan dunia mereka sendiri, Afgan menemukan penghiburan dan kasih sayang sejati dari seorang pengasuh paruh baya yang penuh cinta."Bik Minah," gumam Afgan dengan suara gemetar, mencoba menutupi rasa sakit yang menghantamnya begitu mendalam. Dia merasakan embun mulai terkumpul di kedua matanya, menandakan bahwa bahkan hatinya yang beku sekalipun tak bisa menahan emosinya.Afgan melajukan mobilnya lebih kencang. "Seharusnya aku yang meninggal dalam kejadian itu!" pekik Afgan dengan nada tinggi dan masih berusaha menahan amarahnya.Pengasuh itu adalah satu-satunya orang yang benar-benar peduli padanya, memberinya kasih sayang dan perhatian yang dia butuhkan. Dia menggantikan peran ayah dan ibunya yang tidak pernah ada di sana untuknya.Hu

  • Pernikahan Paksa Pewaris Arogan   9. Udik

    Kedua wanita itu menoleh dengan serentak ke arah Afgan. Melinda segera membalas dengan senyum terindah yang dimilikinya sementara Adelia mengernyitkan alis dan menahan napasnya. "Kita sarapan, yuk," ajak Afgan, memandang Melinda dengan wajah dan kalimat penuh kelembutan. Sangat berbeda dengan cara bicara tadi pagi kepada Adelia. Hanya sekilas Afgan melirik Adelia yang menelan salivanya usai mendengarkan ajakan tersebut, dia tahu bahwa Adelia juga bekerja di hotel tersebut, tetapi dia memutuskan fokus kepada Melinda. Adelia menahan rasa lapar di perutnya, dia sendiri juga belum sarapan, tetapi suaminya mengajak wanita lain untuk sarapan bersama - teman kerjanya, seorang wanita di hadapannya. Adelia mengepalkan kedua tangannya erat-erat untuk menahan amarah yang bergemuruh di dalam dadanya. "Baik, Adelia ... tolong gantikan pekerjaanku ya, Sayang. Kamu baik sekali deh!" Melinda memonyongkan bibirnya membentuk ciuman jauh untuk Adelia lalu mengambil tasnya dan segera melangkah mendek

  • Pernikahan Paksa Pewaris Arogan   10. Segera pindahkan barangmu!

    Afgan melangkah masuk ke dalam rumah dengan langkah tergesa-gesa, dia menarik dasinya dengan satu gerakan tepat pada saat melewati ruang makan sebelum menuju ke kamar yang berada di lantai kedua. Afgan menghentikan langkahnya melihat Adelia yang sedang menelan mie. Adelia mematung dan mereka saling tatap tanpa sengaja. Untaian mie yang panjang dari mulut ke mangkuk mie membuat Afgan meringgis melihatnya, pria itu menaikkan sudut bibirnya ke atas dengan pandangan melecehkan. "Makanan itu cocok untukmu. Kamu memang berada di level itu," ucap Afgan sambil lalu menuju tangga tanpa menghiraukan tanggapan Adelia sama sekali. Sluurppp! Adelia menyedot habis mie beserta supnya dengan menaikkan mangkuk. Para pelayan merasa risih dengan sikap dan cara makan Adelia, namun wanita itu terkesan tidak peduli. Dalam hati, Adelia sebenarnya merasa hancur oleh perkataan menyindir dari Afgan, namun dia memilih untuk bertahan. Meskipun hatinya terluka, dia tahu bahwa dia harus menerima bahwa Afgan

Bab terbaru

  • Pernikahan Paksa Pewaris Arogan   TAMAT

    "Selamat ulang tahun, Sayang," ucap Afgan seraya mengecup mesra kening istrinya. Adelia terlihat cantik dalam gaun berwarna merah muda, memancarkan pesona yang memikat semua orang yang hadir. Senyumnya yang menawan membuat suasana semakin hangat dan penuh kebahagiaan.Taman yang indah menjadi latar belakang acara tersebut, dihiasi dengan dekorasi menarik yang dipenuhi balon berwarna-warni. Meja-meja penuh dengan hidangan lokal yang menggugah selera.Afgan sengaja mempersiapkan semua makanan khas lokal Indonesia supaya dapat mencerminkan kekayaan budaya dan rasa yang istimewa. Semua tamu yang diundang tampak menikmati setiap momen, tertawa dan berbincang dalam suasana yang meriah.Afgan sengaja memilih suasana taman ini untuk memberikan kesan alami dan romantis. Cahaya lampu hias yang tergantung di antara pepohonan menambah kehangatan malam itu, menciptakan suasana yang sempurna untuk merayakan ulang tahun Adelia."Tempat ini benar-benar indah, Afgan," kat

  • Pernikahan Paksa Pewaris Arogan   Kamu nakal!

    Nama itu terdengar seperti melodi yang manis di telinganya, dan wajahnya muncul di dalam bayangan gelap di hadapannya.Lima tahun yang lalu, mereka bertemu dalam sebuah acara pesta, di mana keponakannya, Edward, membawa Adelia sebagai pasangan dansa.Adam masih ingat betapa terpesonanya dia saat itu oleh kehadiran Adelia. Wajah dan penampilan wanita itu sangat mirip dengan mendiang istrinya, membuatnya tercengang dan tak bisa berkedip.Adelia, dengan senyum manisnya dan gerakannya yang anggun, menyihirnya dalam sekejap.Dalam kilatan lampu pesta, Adam melihat bayangan istrinya yang telah tiada, dan dia merasakan hatinya tergetar oleh gelombang nostalgia dan kesedihan yang mendalam.Ketika mereka memiliki kesempatan untuk berdansa sebagai pasangan, Adam merasa seperti dia berada di alam semesta yang sama sekali berbeda, di mana waktu berhenti berputar dan kehilangan tidak lagi terasa menyakitkan.Tetapi, seiring malam berakhir, kenyataan kemb

  • Pernikahan Paksa Pewaris Arogan   Adam dan Adelia

    Adam membalas senyuman wanita itu dengan senyuman manis. "Maka aku akan menjadi milikmu."Sekali lagi mereka berciuman dengan penuh gairah. Sarah terhanyut dan merasa tidak berdaya, tetapi dalam ruang kecil hatinya yang tersisa, dia tahu dengan pasti bahwa Adam bukanlah tipe pria yang akan dengan mudah jatuh hati padanya.Dia menyadari bahwa perasaan Adam padanya hanyalah alat yang dimanfaatkannya untuk menyakiti Melinda lebih dalam lagi. Tetapi, meskipun dia sadar akan ini, dia terus menekan perasaannya sendiri, membiarkan dirinya larut dalam penipuan terhadap hatinya.Setiap hari, Sarah merasa semakin terjebak dalam permainan Adam. Dia memberi dirinya alasan bahwa ini adalah cara untuk menjaga Melinda tetap aman, meskipun di lubuk hatinya, dia tahu bahwa ini hanya sebuah pembenaran dari nafsu dan ketakutan akan kehilangan Adam.Saat malam tiba, Adam mengajaknya keluar untuk makan malam romantis, dan Sarah setuju tanpa ragu.Meskipun dia menyadari

  • Pernikahan Paksa Pewaris Arogan   Tunggu Pembalasanku!

    Melinda menggelengkan kepala, matanya kosong memandang ke dalam ruangan. "Aku tidak tahu," ucapnya pelan. "Aku merasa seperti semua impianku hancur, seperti tidak ada lagi yang bisa kuinginkan."Sarah merangkulnya lebih erat. "Tetapi, Melinda, kamu masih punya banyak hal di depanmu. Kehidupanmu tidak berakhir di sini."Melinda menatap sahabatnya dengan pandangan yang penuh keraguan. "Tapi bagaimana aku bisa melupakan semua ini? Bagaimana aku bisa mempercayai seseorang lagi setelah ini?""Bagaimana membuktikan kebenaran bahwa aku hanya difitnah oleh Adam? Semua ini adalah jebakannya."Sarah tersenyum lembut. "Kamu mempunyai hak untuk didampingi seorang pengacara hukum, aku akan mengurusnya dan percayalah, tidak semua pria seperti Adam. Semua ini mungkin hanya salah paham."Melinda mengernyitkan alisnya perlahan, mencoba menyerap kata-kata yang diucapkan oleh Sarah. Namun, perjalanan untuk pulih dari luka ini masih terasa sangat jauh baginya dan kebe

  • Pernikahan Paksa Pewaris Arogan   Teman lama atau jebakan baru?

    Adam tersenyum dengan licik lalu melanjutkan kalimatnya di depan microphone yang sedang dipegang."Yayasan Melinda i-care sudah menipu publik dengan penjualan tiket konser di acara pertandingan baseball ini. Seharusnya saya mendapatkan applause untuk keberhasilan menjebak pelaku yang sudah menipu tiket kalian, bukan?"Perkataan Adam mendapat seru riuh dari para penonton. Mereka merasa keadilan sudah ditegakkan untuk mereka.Dua orang polisi wanita segera menarik dan memasangkan borgol ke tangan Melinda yang disatukan di belakang punggungnya."I-ini tidak benar! Kamu jahat sekali!" seru Melinda sambil berusaha meronta, tetapi dua orang yang memegangnya sangat kuat."Kamu juga melakukan hal yang sama terhadap keluarga Al-Futtaim, Sayang. Adelia adalah seorang wanita yang baik. Bila saya arus memilih, maka saya akan memilih Adelia menjadi istri yang layak menggantikan mendiang istriku karena wanita itu memiliki semua yang tidak kamu miliki."Me

  • Pernikahan Paksa Pewaris Arogan   Yayasan apa?

    Melinda merenggangkan lehernya, mencoba untuk melihat lebih jelas ke arah panggung yang sedang disiapkan di tengah lapangan.Ia merasa detak jantungnya semakin kencang seiring dengan lama menunggu. Hari ini adalah hari yang ia tunggu-tunggu dengan penuh harap.Adam Offel, telah memberinya petunjuk bahwa hari ini akan menjadi salah satu yang tak terlupakan. Dia ingin memberikan kesempatan kedua kepada pria itu.Dengan gaun pengantin yang indah melilit tubuhnya, Melinda merasa seperti sang ratu yang siap menerima mahkota kebahagiaan. Tetapi, di tengah kerumunan, ia tidak melihat bayangan Adam yang diharapkannya. Ketidakpastian mulai merayap di dalam pikirannya.Melinda duduk di kursi yang sudah disediakan khusus untuknya. Menyaksikan pertandingan dengan perasaan tidak menentu.Tiba-tiba, lampu-lampu sorot mulai menyala, dan kerumunan berbisik-bisik dengan kegembiraan yang menggelora. Melinda merasakan kegelisahan memenuhi dadanya ketika seseorang mel

  • Pernikahan Paksa Pewaris Arogan   Hari yang ditentukan

    Setelah sampai di sana, Melinda langsung berpura-pura bertanya, mencari informasi, namun tidak ada yang mengetahui acara lain selain acara baseball yang memang setiap akhir pekan dilaksanakan di sana."Besok yang bertanding adalah group banteng dengan group singa. Apakah Anda ingin membeli tiket?" tanya petugas tanpa mencurigai apa pun.Wajah dan reaksinya datar, bahkan dia malas untuk melihat ke arah orang yang menanyakan tiket."Baik, terima kasih, aku sudah punya tiket masuk," sahut Melinda lalu bergerak keluar meninggalkan gedung.Malam harinya, wanita itu tidak bisa tidur. Sama sekali tidak bisa memberi istirahat kepada matanya yang sudah lelah.Sesekali dia mematut dirinya di depan cermin dengan memegang gaun yang indah.Keesokan harinya, Melinda terbangun dengan mata yang terasa berat di bawah kelopaknya. Goresan-goresan hitam di sekitar matanya menandakan betapa dalamnya tidur yang dia alami."Mama?" Silvia masuk ke kama

  • Pernikahan Paksa Pewaris Arogan   Paket misterius

    Bel pintu berbunyi, membuyarkan lamunannya yang dalam. Melinda menghela napas dalam-dalam, merenggangkan otot-ototnya yang tegang, lalu beranjak menuju pintu dengan langkah gontai. Dia menghirup udara dalam-dalam, mencoba menenangkan diri sebelum membuka pintu."Siapa ya yang datang sekarang?" gumamnya pelan.Dengan ragu, ia membuka pintu dan dihadapkan pada seorang pria pengantar paket yang tersenyum ramah di depannya. Paket besar berwarna cokelat muda tergeletak di depan kakinya."Maaf mengganggu, Ma'am. Ini paket untuk Anda," kata pria itu sambil menyodorkan sebuah formulir pengiriman.Melinda mengangguk, mengambil formulir tersebut, dan menandatangani dengan cepat. Pikirannya masih melayang-layang antara rasa penasaran dan kekhawatiran.Pria pengantar itu kemudian menyerahkan paket tersebut kepadanya dengan senyuman hangat sebelum bergegas pergi. Melinda menutup pintu dan kembali ke dalam rumah dengan paket besar yang terasa begitu misterius di tangannya.Dengan hati-hati, ia memb

  • Pernikahan Paksa Pewaris Arogan   Aku harus membalas dendam

    "Maaf, Nyonya Melinda. Kami hendak memberitahukan bahwa bahan material bangunan yang dipesan atas nama Melinda i-care sudah jatuh tempo. Sejumlah satu Milyar!"Hatinya berdegup kencang. Bagaimana mungkin dia berutang sebanyak itu atas sebuah proyek bangunan?"S-saya tidak pernah memesan apa pun," sahut Melinda dengan suara terputus-putus.Melinda berusaha memeriksa ingatannya, mencari-cari jejak apa pun yang bisa menjelaskan situasi ini, tetapi tidak ada yang muncul. Rasanya seperti terjatuh ke dalam jurang tanpa dasar."Maaf, saya tidak yakin tentang hutang ini," ucap Melinda dengan suara gemetar, mencoba menutupi kepanikannya."Seseorang bernama Tuan Adam yang mengurus semuanya," sahut penagih hutang dengan nada tajam. "Dan dia menyatakan bahwa Anda bertanggung jawab atas pembayarannya. Bukankah semua material itu dikirim kepada Melinda i-care?"Melinda menelan salivanya yang terasa pahit, merasa seakan-akan dunianya runtuh sek

DMCA.com Protection Status