Share

3. Kau wanita Murahan!

Penulis: Runayanti
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-13 12:28:01

"Afgan," bisiknya, mata Achmed berkilat tajam, "Kau tidak boleh membatalkan pernikahan ini. Orangtuamu telah mengambil keputusan, dan kau harus mematuhinya."

Afgan menatap ayahnya dengan mata penuh kemarahan. "Tapi ayah, aku tidak bisa menikahi wanita seperti itu. Aku ... aku merasa terhina."

Achmed menekan lengan putranya lebih erat, "dengarkan aku!"

Achmed menatap tajam, "Jika kau membatalkan pernikahan ini, aku akan mencoret namamu dari warisan keluarga. Kau tidak akan mewarisi apapun dari kami. Kau akan kehilangan segalanya."

Gluck!

Afgan menelan salivanya dengan kasar.

Seusai mengatakan demikian, Achmed kembali  berseru kepada para tamu. "Pesta dilanjutkan, silakan menikmati hidangan yang tersedia dan mohon doa restunya untuk kedua mempelai!" seru Achmed lalu kembali duduk di samping kursi pelaminan seolah-olah tidak ada hal besar yang terjadi.

Afgan terduduk dengan perasaan tidak jelas dalam hatinya yang sedang bergemuruh.

Kata-kata dari sang ayah telah menciptakan keheningan mencekam di antara mereka. Afgan merasa dirinya diseret dalam perangkap, terjebak di antara pernikahan yang tidak diinginkan  dan harga diri yang tercabik-cabik. Dia merasa terputus asa, merasa seperti ada gunung besar yang menekannya. Dia merenungkan konsekuensi dari tindakan-tindakan yang dia pertimbangkan, terdorong oleh kebencian dan penghinaan yang dirasakannya.

Dalam kerumunan tamu-tamu yang bahagia, Afgan duduk di kursi pelaminan dengan rasa pahit di dalam hatinya. Dia melirik Adelia, wanita yang akan menjadi istrinya, dengan mata penuh kejengkelan.

Tidak ada cahaya kebahagiaan di matanya, hanya pandangan penuh penilaian dan kehinaan. Dia merasa kecewa dan marah karena tidak mengetahui rahasia yang Adelia sembunyikan.

"Apa maksud semua ini?" gumam Afgan dalam kekesalan, suaranya hampir tenggelam di antara riuhnya perayaan. Tidak hanya sekali dia mengertakkan geraham dan mengepalkan tangannya karena merasa kecewa.

Dia merasa terhina, merasa seperti diolok-olok oleh takdirnya yang mengarahkannya kepada seorang wanita yang menurutnya, tidak pantas!

Sementara itu, Adelia merasakan tatapan tajam Afgan menusuk ke dalam jiwanya. Dia tahu bahwa dia telah kehilangan kepercayaan dan hormat dari pria yang akan menjadi suaminya. Perasaan malu merayapi hatinya, tetapi di balik rasa malu itu, tersembunyi kekecewaan dan kesedihan yang mendalam.

Adelia tidak berhenti merutuk diri dan menyesali yang sudah terjadi. Adelia melirik Ayahnya yang sedang duduk di samping kursi pelaminan dan tertawa dengan bahagia. Dia menghela napas dengan lega.

"Biarlah aku menderita, asal Ayah bisa tersenyum bahagia seperti itu," gumam Adelia dalam hati, berusaha menguatkan dirinya yang sedang rapuh.

...

Suasana pernikahan yang gemerlap dan meriah mulai mereda saat para tamu meninggalkan ruangan pesta. Adelia dan Afgan menjalani malam pertama mereka di sebuah kamar VVIP yang sudah dipersiapkan Achmed-Ayah Afgan dalam Hotel Mutiara Internasional, tempat Adelia bekerja.

Dalam ruangan yang dihiasi dengan mawar dan lilin aromaterapi, ketegangan menggantung di udara. Kedua orang tua mereka telah pulang, meninggalkan pasangan muda itu dalam keheningan malam yang gelap.

Saat pintu kamar hotel tertutup rapat, mereka merasa atmosfer tegang memenuhi ruangan. Adelia, yang masih memikul rahasia yang gelap di hatinya, merasa kecemasan merasuki setiap serat tubuhnya.

Afgan, meskipun tertekan oleh perasaan terhina yang belum hilang, memandang Adelia dengan mata yang penuh curiga.

Dalam keheningan, Afgan akhirnya memecah kesunyian, suaranya penuh dengan ketidakpercayaan dan kemarahan. "Apa yang sebenarnya terjadi, Adelia? Apakah kau bermain-main dengan pria lain sebelum hari pernikahan kita?" tanyanya dengan tajam, matanya menatap tajam ke arah Adelia.

Adelia, terdiam dan kewalahan oleh tuduhan itu, mencoba mencari kata-kata. Namun, rasa bersalah yang mendalam membuatnya membisu. Dia tahu bahwa dia tidak bisa membela diri, bahwa dia harus memikul konsekuensi dari tindakannya yang sembrono.

Wajahnya pucat dan bibirnya gemetar saat dia mencoba menemukan kata-kata.

"A-aku ... "

"Afgan, aku tidak bisa membantahnya," kata Adelia dengan suara lemah dan rapuh. "Aku ... Aku tahu aku salah, tapi aku tidak bisa berbohong padamu."

Kata-kata itu terdengar di dalam keheningan malam, menciptakan kesunyian yang terasa begitu berat. Sesaat, Afgan merasa dunianya hancur, dia merasa seolah-olah dia telah dikhianati oleh wanita yang baru saja menjadi istrinya. Rasa kecewa, kemarahan, dan patah hati bersatu dalam dirinya, menciptakan badai emosi yang tak terkendali.

"Apakah kau pikir itu akan luput begitu saja? Apa yang kau lakukan adalah penghianatan, Adelia! Bagaimana aku bisa percaya padamu setelah semua ini? Kau adalah wanita murahan!"

Adelia menangis terisak mendengar penghinaan oleh suami yang baru saja menikahnya. "Afgan, aku tahu aku salah. Aku menyesalinya, tapi aku tidak bisa kembali dan mengubahnya. Aku harap kau bisa memaafkanku. Berikanlah sebuah kesempatan untukku," ucap Adelia dalam isak tangisnya.

"Kita sudah menjadi sepasang suami istri."

Perkataan Adelia malah membuat Afgan semakin marah.

"Suami istri katamu, huh? Suami istri tidak mempermainkan dan tidak membohongi pasangannya, Adelia. Aku merasa hancur dijodohkan denganmu!"

Adelia berusaha menggapai tangan Afgan, "Afgan, aku janji aku akan mencoba memperbaikinya. Aku janji tidak akan pernah menyakitimu. Tolong beri aku kesempatan untuk membuktikan bahwa aku bisa berubah."

"Kesempatan? Aku butuh waktu, Adelia. Aku butuh waktu untuk memikirkannya. Tapi saat ini, perasaanku begitu campur aduk. Aku merasa hancur oleh apa yang kau lakukan. Aku bahkan jijik melihat dirimu." Afgan menepis tangan Adelia dengan kasar.

Pertengkaran itu meninggalkan mereka dalam keheningan yang penuh emosi, masing-masing merasa terluka dan tersiksa oleh situasi yang rumit. Rasa kecewa dan kemarahan merajai ruangan, menciptakan kesenjangan yang dalam antara mereka.

"Kau tidak bisa mengharapkan segalanya berubah hanya dengan kata-kata maaf, Adelia. Penghianatan ini membuatku meragukan segala hal tentang pernikahan ini," ucap Afgan.

"Kau bahkan bermalam bersama pria lain di hari sebelum pernikahan kita dan melakukan ... "

Meskipun Adelia berusaha meminta maaf dan Afgan mencoba memahaminya, tetapi rahasia gelap itu telah menciptakan jurang antara mereka yang sulit diatasi.

Adelia menjawab dengan mata berkaca-kaca, "Afgan, aku tahu kata-kata tidak cukup. Aku akan membuktikannya dengan tindakan, aku akan  ... "

Afgan melayangkan tatapan tajam dan membuat Adelia tidak mampu melanjutkan kalimatnya.

" ... katakan padaku apa yang harus aku lakukan, dan aku akan melakukannya," ucap Adelia dengan lirih karena dia tahu bahwa bila Afgan menceraikannya, maka dia harus membayar mahar yang sangat banyak.

Ayahnya sudah menggunakan uang mahar itu untuk menutupi sebagian dari hutang judinya.

"Aku butuh waktu untuk memikirkannya, Adelia. Tapi aku ingin kau tahu, tidak ada janji bahwa aku bisa melupakan ini dengan mudah. Kita harus bekerja bersama-sama untuk mengatasi semua ini, atau pernikahan ini akan hancur sebelum bahkan dimulai."

Adelia mengangguk dengan lemah. "Apa yang harus kulakukan?" tanyanya sambil menghapus air matanya.

"Pertama, hapus air mata buayamu! Aku jijik melihatnya!" seru Afgan dengan ketus lalu mengambil pakaiannya.

"Kedua! Jangan keluar dari kamar ini. Aku tidak ingin orang tuaku tahu bahwa aku menginap di kamar lain karena jijik dengan keadaanmu!"

Bam!

Pintu ditendang Afgan dengan keras sehingga tertutup. Meninggalkan Adelia yang berlutut di lantai karena tubuhnya lemas terhadap kenyataan yang akan dihadapinya di masa depan.

"Dia akan membenciku! Pernikahan seperti apa yang harus kujalani?" tanya Adelia kepada dirinya sambil berteriak dengan histeris di dalam kamar yang luas dan mewah tersebut.

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Vivi Wibowo
bagus,trs baca yaaa,semakin penasaran nih
goodnovel comment avatar
Yuyum Yuminarwati
padahal si afgannya juga sama aja menghabiskan malam dengan yg lain . emang kadang2 ...
goodnovel comment avatar
Cowok
Bagus alurnya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pernikahan Paksa Pewaris Arogan   4. Kamu keterlaluan!

    Keesokan harinya, matahari terbit dengan sinar hangat yang menyinari jendela kamar hotel. Sebuah ketegangan masih terasa di udara setelah pertengkaran sengit semalam.Adelia membuka mata dengan perasaan berat di dadanya. Pikirannya dipenuhi oleh ketidakpastian, cemas akan masa depannya dengan Afgan. Namun, meskipun hatinya dipenuhi kekhawatiran, dia menolak untuk tenggelam dalam rasa putus asa. Dengan tekad yang kuat, dia memaksa dirinya bangun dari tempat tidur, meski kakinya terasa begitu berat.Terduduk di pinggiran ranjang, Adelia meraih keberanian dari dalam dirinya sendiri. Dia berbicara pada dirinya sendiri, "Aku harus kuat. Aku harus melangkah maju, bahkan jika langkah-langkah itu terasa sulit. Aku tidak boleh membiarkan kesedihan menghentikan hidupku. Aku harus bekerja, membangun masa depanku sendiri."Setelah mengambil napas dalam-dalam, dia bangkit dan melangkah menuju kamar mandi. Air hangat menyiram tubuhnya, mencoba meredakan beban pikirannya. Di bawah pancuran, dia memb

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-13
  • Pernikahan Paksa Pewaris Arogan   5. Pernikahan ini hanya pura-pura, bukan?

    Melinda melirik Afgan yang tampan dan sedang memegang kemudi, melajukan mobil sport biru tersebut dengan stabil. Ini adalah pertama kalinya bagi Melinda menaiki mobil sport yang mahal."Aku minta maaf atas malam itu," ucap Afgan, memecah keheningan di antara mereka.Melinda mengernyitkan kedua alisnya karena tidak mengerti.Afgan menghentikan mobilnya di tepi jalan lalu memutar tubuhnya menghadap ke Melinda."Kamu mengantar jas milikku dan aku ... Maafkan atas apa yang sudah kulakukan semalam," ucap Afgan lalu meraih tangan Melinda dan mengenggamnya dengan perasaan tulus.Melinda mulai mengerti tentang keadaan semalam. Kepalanya yang pintar sudah mengerti apa yang dihadapi Adelia dan pria ini, tetapi karena Afgan begitu memukau dan tajir. Melinda tidak mau menyia-nyiakan kesempatan."Aku tak bisa begitu saja memaafkan apa yang Anda lakukan malam itu. Anda tahu 'kan harga diriku hancur?!" Melinda berusaha memasang wajah sedih.Afgan masih membeku menatapnya. Lalu, setelah dirasa cukup,

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-13
  • Pernikahan Paksa Pewaris Arogan   6. Kembalikan Mahar !

    Afgan merasakan beban rasa bersalah mencekiknya begitu dia mencium aroma Adelia, merenungkan tindakan bodohnya sehari sebelumnya. Matanya penuh dengan penyesalan, dan hatinya dihantui oleh bayangan perempuan yang telah dia renggut keperawanannya sehari sebelum pernikahannya. Pria itu merasa dia juga tidak becus dalam pernikahan ini.Afgan mundur, melepaskan cengkramannya ke tangan Adelia lalu terduduk dengan napas yang menderu dan tidak teratur. "Adelia," panggil Afgan dengan suara patah, mencoba menahan amarah yang hendak meluap.Adelia menoleh, matanya berkaca-kaca, memancarkan kekecewaan yang dalam. "Apa yang kau inginkan, Afgan?" tanyanya dengan suara yang penuh dengan emosi.Afgan menelan ludahnya, mencoba menemukan kata-kata yang tepat. "Aku... aku tidak tahu harus mulai dari mana," katanya pelan."Bila kamu menginginkan perceraian, maka ... "Adelia menunggu apa kelanjutan dari perkataan Afgan."Kembalikan mahar yang sudah dibayarkan untuk pernikahan paksa ini!"Mendengar hal

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-16
  • Pernikahan Paksa Pewaris Arogan   7. Pernikahan Paksa yang menjadi takdir

    Adelia merasa terhina oleh kata-kata Afgan. Dia menyadari bahwa Afgan memang memiliki sifat yang dingin dan keras. Namun, dia tidak bisa menahan perasaan kecewa yang muncul dalam dirinya. "Baiklah, aku mengerti," ucapnya dengan nada pahit dan memilih diam.Adelia melayangkan tatapannya ke punggung Afgan pada saat pria itu sedang memakai kemejanya.Adelia menatap luka bakar di punggung Afgan dengan kebingungan. Namun, saat dia menatap lebih lama, gambaran tentang gurat aneh di punggung seorang laki-laki yang pernah menyakitinya terlintas begitu saja di benaknya. Rasa takut dan ketidaknyamanan seketika melanda dirinya.Afgan yang melihat tatapan Adelia dari pantulan cermin di depannya itu merasa terganggu. Dia membentaknya dengan nada tajam, "Apa yang kau lihat? Ini tubuhku dan aku tidak menginginkan pertanyaan apa pun. Jangan bersikap seolah kau memiliki hak atas tubuhku.""Kau hanya istri di atas kertas, paham!"Adelia merasa tertegun oleh reaksi A

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-16
  • Pernikahan Paksa Pewaris Arogan   8. Hilang seleraku untuk masuk kerja hari ini!

    Afgan merasa tersudutkan karena luka di punggungnya. Pria itu mengalami tragedi besar ketika dia masih seorang anak kecil. Dia tumbuh di tengah kesibukan orang tuanya yang jarang ada di rumah. Meskipun diabaikan oleh ayah dan ibunya yang terlalu sibuk dengan dunia mereka sendiri, Afgan menemukan penghiburan dan kasih sayang sejati dari seorang pengasuh paruh baya yang penuh cinta."Bik Minah," gumam Afgan dengan suara gemetar, mencoba menutupi rasa sakit yang menghantamnya begitu mendalam. Dia merasakan embun mulai terkumpul di kedua matanya, menandakan bahwa bahkan hatinya yang beku sekalipun tak bisa menahan emosinya.Afgan melajukan mobilnya lebih kencang. "Seharusnya aku yang meninggal dalam kejadian itu!" pekik Afgan dengan nada tinggi dan masih berusaha menahan amarahnya.Pengasuh itu adalah satu-satunya orang yang benar-benar peduli padanya, memberinya kasih sayang dan perhatian yang dia butuhkan. Dia menggantikan peran ayah dan ibunya yang tidak pernah ada di sana untuknya.Hu

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-20
  • Pernikahan Paksa Pewaris Arogan   9. Udik

    Kedua wanita itu menoleh dengan serentak ke arah Afgan. Melinda segera membalas dengan senyum terindah yang dimilikinya sementara Adelia mengernyitkan alis dan menahan napasnya. "Kita sarapan, yuk," ajak Afgan, memandang Melinda dengan wajah dan kalimat penuh kelembutan. Sangat berbeda dengan cara bicara tadi pagi kepada Adelia. Hanya sekilas Afgan melirik Adelia yang menelan salivanya usai mendengarkan ajakan tersebut, dia tahu bahwa Adelia juga bekerja di hotel tersebut, tetapi dia memutuskan fokus kepada Melinda. Adelia menahan rasa lapar di perutnya, dia sendiri juga belum sarapan, tetapi suaminya mengajak wanita lain untuk sarapan bersama - teman kerjanya, seorang wanita di hadapannya. Adelia mengepalkan kedua tangannya erat-erat untuk menahan amarah yang bergemuruh di dalam dadanya. "Baik, Adelia ... tolong gantikan pekerjaanku ya, Sayang. Kamu baik sekali deh!" Melinda memonyongkan bibirnya membentuk ciuman jauh untuk Adelia lalu mengambil tasnya dan segera melangkah mendek

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-20
  • Pernikahan Paksa Pewaris Arogan   10. Segera pindahkan barangmu!

    Afgan melangkah masuk ke dalam rumah dengan langkah tergesa-gesa, dia menarik dasinya dengan satu gerakan tepat pada saat melewati ruang makan sebelum menuju ke kamar yang berada di lantai kedua. Afgan menghentikan langkahnya melihat Adelia yang sedang menelan mie. Adelia mematung dan mereka saling tatap tanpa sengaja. Untaian mie yang panjang dari mulut ke mangkuk mie membuat Afgan meringgis melihatnya, pria itu menaikkan sudut bibirnya ke atas dengan pandangan melecehkan. "Makanan itu cocok untukmu. Kamu memang berada di level itu," ucap Afgan sambil lalu menuju tangga tanpa menghiraukan tanggapan Adelia sama sekali. Sluurppp! Adelia menyedot habis mie beserta supnya dengan menaikkan mangkuk. Para pelayan merasa risih dengan sikap dan cara makan Adelia, namun wanita itu terkesan tidak peduli. Dalam hati, Adelia sebenarnya merasa hancur oleh perkataan menyindir dari Afgan, namun dia memilih untuk bertahan. Meskipun hatinya terluka, dia tahu bahwa dia harus menerima bahwa Afgan

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-20
  • Pernikahan Paksa Pewaris Arogan   11. Pikiran yang bercabang.

    Afgan berdiri di depan pintu Melinda, bingung dan hampa. Matanya menatap kosong daun pintu di hadapannya.Hatinya terombang-ambing antara kesenangan akan makan malam romantis dengan Melinda dan kebingungan mengenai perasaannya terhadap Adelia. Dia ingin mengetuk pintu, tetapi keraguan menghantuinya. Di dalam dirinya, Afgan merasa tak nyaman dengan sikapnya kepada Adelia di rumah sebelumnya. Meski begitu, nama Adelia terus saja terpaku dalam pikirannya.Bunga mawar yang dia bawa tadi terasa berat di tangannya, sebagai simbol kebingungannya sendiri. Mengapa dia merasa terikat pada Adelia, tetapi juga merasa harus hadir untuk Melinda?Dalam kehampaannya, Afgan memutuskan untuk mengetuk pintu. Namun, sebelum dia bisa melakukannya, pintu rumah sudah terbuka dari dalam. Melinda muncul dengan senyum bahagia di wajahnya, matanya bersinar melihat bunga mawar yang dibawa Afgan."Afgan," sapa Melinda dengan senyuman di wajahnya."Bunga ini untukku?" tanya Melinda, lalu tanpa ragu, dia memeluk Af

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-21

Bab terbaru

  • Pernikahan Paksa Pewaris Arogan   TAMAT

    "Selamat ulang tahun, Sayang," ucap Afgan seraya mengecup mesra kening istrinya. Adelia terlihat cantik dalam gaun berwarna merah muda, memancarkan pesona yang memikat semua orang yang hadir. Senyumnya yang menawan membuat suasana semakin hangat dan penuh kebahagiaan.Taman yang indah menjadi latar belakang acara tersebut, dihiasi dengan dekorasi menarik yang dipenuhi balon berwarna-warni. Meja-meja penuh dengan hidangan lokal yang menggugah selera.Afgan sengaja mempersiapkan semua makanan khas lokal Indonesia supaya dapat mencerminkan kekayaan budaya dan rasa yang istimewa. Semua tamu yang diundang tampak menikmati setiap momen, tertawa dan berbincang dalam suasana yang meriah.Afgan sengaja memilih suasana taman ini untuk memberikan kesan alami dan romantis. Cahaya lampu hias yang tergantung di antara pepohonan menambah kehangatan malam itu, menciptakan suasana yang sempurna untuk merayakan ulang tahun Adelia."Tempat ini benar-benar indah, Afgan," kat

  • Pernikahan Paksa Pewaris Arogan   Kamu nakal!

    Nama itu terdengar seperti melodi yang manis di telinganya, dan wajahnya muncul di dalam bayangan gelap di hadapannya.Lima tahun yang lalu, mereka bertemu dalam sebuah acara pesta, di mana keponakannya, Edward, membawa Adelia sebagai pasangan dansa.Adam masih ingat betapa terpesonanya dia saat itu oleh kehadiran Adelia. Wajah dan penampilan wanita itu sangat mirip dengan mendiang istrinya, membuatnya tercengang dan tak bisa berkedip.Adelia, dengan senyum manisnya dan gerakannya yang anggun, menyihirnya dalam sekejap.Dalam kilatan lampu pesta, Adam melihat bayangan istrinya yang telah tiada, dan dia merasakan hatinya tergetar oleh gelombang nostalgia dan kesedihan yang mendalam.Ketika mereka memiliki kesempatan untuk berdansa sebagai pasangan, Adam merasa seperti dia berada di alam semesta yang sama sekali berbeda, di mana waktu berhenti berputar dan kehilangan tidak lagi terasa menyakitkan.Tetapi, seiring malam berakhir, kenyataan kemb

  • Pernikahan Paksa Pewaris Arogan   Adam dan Adelia

    Adam membalas senyuman wanita itu dengan senyuman manis. "Maka aku akan menjadi milikmu."Sekali lagi mereka berciuman dengan penuh gairah. Sarah terhanyut dan merasa tidak berdaya, tetapi dalam ruang kecil hatinya yang tersisa, dia tahu dengan pasti bahwa Adam bukanlah tipe pria yang akan dengan mudah jatuh hati padanya.Dia menyadari bahwa perasaan Adam padanya hanyalah alat yang dimanfaatkannya untuk menyakiti Melinda lebih dalam lagi. Tetapi, meskipun dia sadar akan ini, dia terus menekan perasaannya sendiri, membiarkan dirinya larut dalam penipuan terhadap hatinya.Setiap hari, Sarah merasa semakin terjebak dalam permainan Adam. Dia memberi dirinya alasan bahwa ini adalah cara untuk menjaga Melinda tetap aman, meskipun di lubuk hatinya, dia tahu bahwa ini hanya sebuah pembenaran dari nafsu dan ketakutan akan kehilangan Adam.Saat malam tiba, Adam mengajaknya keluar untuk makan malam romantis, dan Sarah setuju tanpa ragu.Meskipun dia menyadari

  • Pernikahan Paksa Pewaris Arogan   Tunggu Pembalasanku!

    Melinda menggelengkan kepala, matanya kosong memandang ke dalam ruangan. "Aku tidak tahu," ucapnya pelan. "Aku merasa seperti semua impianku hancur, seperti tidak ada lagi yang bisa kuinginkan."Sarah merangkulnya lebih erat. "Tetapi, Melinda, kamu masih punya banyak hal di depanmu. Kehidupanmu tidak berakhir di sini."Melinda menatap sahabatnya dengan pandangan yang penuh keraguan. "Tapi bagaimana aku bisa melupakan semua ini? Bagaimana aku bisa mempercayai seseorang lagi setelah ini?""Bagaimana membuktikan kebenaran bahwa aku hanya difitnah oleh Adam? Semua ini adalah jebakannya."Sarah tersenyum lembut. "Kamu mempunyai hak untuk didampingi seorang pengacara hukum, aku akan mengurusnya dan percayalah, tidak semua pria seperti Adam. Semua ini mungkin hanya salah paham."Melinda mengernyitkan alisnya perlahan, mencoba menyerap kata-kata yang diucapkan oleh Sarah. Namun, perjalanan untuk pulih dari luka ini masih terasa sangat jauh baginya dan kebe

  • Pernikahan Paksa Pewaris Arogan   Teman lama atau jebakan baru?

    Adam tersenyum dengan licik lalu melanjutkan kalimatnya di depan microphone yang sedang dipegang."Yayasan Melinda i-care sudah menipu publik dengan penjualan tiket konser di acara pertandingan baseball ini. Seharusnya saya mendapatkan applause untuk keberhasilan menjebak pelaku yang sudah menipu tiket kalian, bukan?"Perkataan Adam mendapat seru riuh dari para penonton. Mereka merasa keadilan sudah ditegakkan untuk mereka.Dua orang polisi wanita segera menarik dan memasangkan borgol ke tangan Melinda yang disatukan di belakang punggungnya."I-ini tidak benar! Kamu jahat sekali!" seru Melinda sambil berusaha meronta, tetapi dua orang yang memegangnya sangat kuat."Kamu juga melakukan hal yang sama terhadap keluarga Al-Futtaim, Sayang. Adelia adalah seorang wanita yang baik. Bila saya arus memilih, maka saya akan memilih Adelia menjadi istri yang layak menggantikan mendiang istriku karena wanita itu memiliki semua yang tidak kamu miliki."Me

  • Pernikahan Paksa Pewaris Arogan   Yayasan apa?

    Melinda merenggangkan lehernya, mencoba untuk melihat lebih jelas ke arah panggung yang sedang disiapkan di tengah lapangan.Ia merasa detak jantungnya semakin kencang seiring dengan lama menunggu. Hari ini adalah hari yang ia tunggu-tunggu dengan penuh harap.Adam Offel, telah memberinya petunjuk bahwa hari ini akan menjadi salah satu yang tak terlupakan. Dia ingin memberikan kesempatan kedua kepada pria itu.Dengan gaun pengantin yang indah melilit tubuhnya, Melinda merasa seperti sang ratu yang siap menerima mahkota kebahagiaan. Tetapi, di tengah kerumunan, ia tidak melihat bayangan Adam yang diharapkannya. Ketidakpastian mulai merayap di dalam pikirannya.Melinda duduk di kursi yang sudah disediakan khusus untuknya. Menyaksikan pertandingan dengan perasaan tidak menentu.Tiba-tiba, lampu-lampu sorot mulai menyala, dan kerumunan berbisik-bisik dengan kegembiraan yang menggelora. Melinda merasakan kegelisahan memenuhi dadanya ketika seseorang mel

  • Pernikahan Paksa Pewaris Arogan   Hari yang ditentukan

    Setelah sampai di sana, Melinda langsung berpura-pura bertanya, mencari informasi, namun tidak ada yang mengetahui acara lain selain acara baseball yang memang setiap akhir pekan dilaksanakan di sana."Besok yang bertanding adalah group banteng dengan group singa. Apakah Anda ingin membeli tiket?" tanya petugas tanpa mencurigai apa pun.Wajah dan reaksinya datar, bahkan dia malas untuk melihat ke arah orang yang menanyakan tiket."Baik, terima kasih, aku sudah punya tiket masuk," sahut Melinda lalu bergerak keluar meninggalkan gedung.Malam harinya, wanita itu tidak bisa tidur. Sama sekali tidak bisa memberi istirahat kepada matanya yang sudah lelah.Sesekali dia mematut dirinya di depan cermin dengan memegang gaun yang indah.Keesokan harinya, Melinda terbangun dengan mata yang terasa berat di bawah kelopaknya. Goresan-goresan hitam di sekitar matanya menandakan betapa dalamnya tidur yang dia alami."Mama?" Silvia masuk ke kama

  • Pernikahan Paksa Pewaris Arogan   Paket misterius

    Bel pintu berbunyi, membuyarkan lamunannya yang dalam. Melinda menghela napas dalam-dalam, merenggangkan otot-ototnya yang tegang, lalu beranjak menuju pintu dengan langkah gontai. Dia menghirup udara dalam-dalam, mencoba menenangkan diri sebelum membuka pintu."Siapa ya yang datang sekarang?" gumamnya pelan.Dengan ragu, ia membuka pintu dan dihadapkan pada seorang pria pengantar paket yang tersenyum ramah di depannya. Paket besar berwarna cokelat muda tergeletak di depan kakinya."Maaf mengganggu, Ma'am. Ini paket untuk Anda," kata pria itu sambil menyodorkan sebuah formulir pengiriman.Melinda mengangguk, mengambil formulir tersebut, dan menandatangani dengan cepat. Pikirannya masih melayang-layang antara rasa penasaran dan kekhawatiran.Pria pengantar itu kemudian menyerahkan paket tersebut kepadanya dengan senyuman hangat sebelum bergegas pergi. Melinda menutup pintu dan kembali ke dalam rumah dengan paket besar yang terasa begitu misterius di tangannya.Dengan hati-hati, ia memb

  • Pernikahan Paksa Pewaris Arogan   Aku harus membalas dendam

    "Maaf, Nyonya Melinda. Kami hendak memberitahukan bahwa bahan material bangunan yang dipesan atas nama Melinda i-care sudah jatuh tempo. Sejumlah satu Milyar!"Hatinya berdegup kencang. Bagaimana mungkin dia berutang sebanyak itu atas sebuah proyek bangunan?"S-saya tidak pernah memesan apa pun," sahut Melinda dengan suara terputus-putus.Melinda berusaha memeriksa ingatannya, mencari-cari jejak apa pun yang bisa menjelaskan situasi ini, tetapi tidak ada yang muncul. Rasanya seperti terjatuh ke dalam jurang tanpa dasar."Maaf, saya tidak yakin tentang hutang ini," ucap Melinda dengan suara gemetar, mencoba menutupi kepanikannya."Seseorang bernama Tuan Adam yang mengurus semuanya," sahut penagih hutang dengan nada tajam. "Dan dia menyatakan bahwa Anda bertanggung jawab atas pembayarannya. Bukankah semua material itu dikirim kepada Melinda i-care?"Melinda menelan salivanya yang terasa pahit, merasa seakan-akan dunianya runtuh sek

DMCA.com Protection Status