Dalam batinnya Sinta berharap Smith menolak keinginan ayahnya. Akan lebih baik jika dirinya berbaring sepanjang hari di dalam kamar ketimbang harus pergi keluar ke kuburan Lisa.
"Apa Ayah bercanda? Tentu saja aku akan sangat senang kalau Tante Sinta ikut bersama kita," sahut Smith dengan senyum tidak kalah lebar. Ia pikir jika Sinta ikut bersamanya, akan ada kesempatan untuk menciptakan momen dimana perempuan sint*ng itu meminta maaf pada ibunya.
"Dia harus menangis dan meminta maaf pada ibuku. Aku harus membuatnya melakukan itu," tekad Smith dalam batin.
"Bagus! Sinta, mandi cepat dan kami akan menunggumu di ruang makan. Aku dan Smith akan sarapan lebih dulu."
"Tapi, sayang. Sepertinya aku tidak bisa ikut. Kepalaku masih sedikit pening. Sebaiknya aku beristirahat saja di rumah. Lain waktu aku akan ikut ke makam Lisa."
Tentu saja Sinta berusaha untuk mengelak agar tidak ikut pergi ke makam Lis
Smith benar. Segala sesak yang selama ini aku rasakan, bahkan sampai membuat dadaku sakit, menjadi berkurang ketika aku telah meminta maaf pada Smith untuk semua kesalahanku. Dan rasanya semakin lapang setelah aku meminta maaf pada Lisa. Jadi, ada baiknya jika kau juga melakukan hal yang sama, Sinta. Sebagai suamimu, aku tidak ingin melihatmu merasa cemas dan gelisah setiap waktu. Apalagi jika hal itu sampai membuatmu jatuh sakit," ucap Hendry sesuai dengan yang diinginkan Smith. Sempurna!Smith tersenyum semakin lebar. Ayahnya benar-benar membantu memudahkan serangan yang ia luncurkan pada Sinta."Kau harus menangis di depan nisan ibuku. Tidak peduli walau itu air mata palsu. Kau akan mengeluarkan air mata sungguhan dalam waktu yang tidak lama lagi. Bahkan kau akan kesulitan untuk bisa menghentikannya," tutur Smith tanpa suara.Sinta menjadi murka. Tetapi ia hanya bisa menelan semua kedongkolannya karena tidak bisa menunjukkannya p
Hari ini gosip tentang Smith dan Janu menjadi semakin panas saja. Hal itu lantaran Smith membagikan undangan pada teman satu kelasnya. Benar, Smith memang ingin teman satu kelasnya hadir dalam pesta pernikahan yang akan diadakan sang ayah. Ia pikir, mungkin itu adalah saat yang tepat untuk menunjukkan identitasnya yang sebenarnya, setelah selama bertahun-tahun ia sembunyikan.Semua orang tahu, Smith seolah anti dan jijik pada laki-laki. Mengaku bahwa Janu adalah kekasihnya saja sudah menggemparkan ketenangan kampus. Apalagi ini, menyatakan akan segera menikah dengan Janu.Maka, berbagai spekulasi pun mulai berkembang. Semua orang bertanya-tanya apa yang membuat Smith dan Janu seolah terburu-buru untuk menikah. Apakah ada yang mereka sembunyikan? Apakah sudah terjadi sesuatu, misalnya Smith telah hamil mungkin?Akan tetapi, dugaan Smith yang hamil di luar nikah itu menciut dan seolah mustahil ketika mereka melihat Janu. Mereka sangsi, apa iya orang sebaik Janu bisa
Kediaman rumah Tuan Hendry Sasongko terlihat semakin menawan dengan aneka lampu kristal, juga hiasan-hiasan bunga asli yang menambah lingkungan menjadi semerbak wangi. Dari gerbang menuju ruang tamu tergelar karpet merah premium.Di halaman rumah terpasang tenda yang tampak elegan dengan perpaduan warna putih dan emas. Di pojok kanan, terdapat jajaran pelayan dengan aneka hidangan lezat penggugah selera di depannya. Berbagai makanan khas Nusantara yang tersaji disiapkan khusus untuk para tamu undangan. Sementara itu di pojok kanan, berbagai hidangan internasional juga tersedia.Hendry dan Sinta memasang senyum lebar menyambut beberapa tamu yang terlihat sudah datang. Hendry tampak sangat bahagia. Sedangkan Sinta terpaksa terlihat bahagia.Bagi Sinta, malam pernikahan ini adalah hari yang paling buruk dan menjemukan baginya. Kalau saja ia memiliki kesempatan untuk memilih, pastilah Sinta memilih untuk tidak ada di dalam momen y
"Sisil," panggil Smith menahan Sisil yang hendak membuka pintu."Setelah dari kamar mandi, tolong pergi ke kamar tamu untuk melihat Janu. Apakah dia sudah cukup menawan atau belum. Aku ingin kau memastikannya untukku. Jangan lupa, tolong kau berikan sedikit riasan di wajahnya. Aku ingin melihat dia lebih tampan dari sebelumnya, hingga aku lupa, ada lelaki lain yang juga hidup di bumi ini," kata Smith dengan senyum lebar. Entah dari mana ia mendapatkan kata-kata gombal seperti itu. Yang pasti ia harus menahan mual saat mengatakannya.pIa memberi penekanan saat mengucapkan kata 'tolong'. Smith mengenal Sisil dengan sangat baik, saudaranya itu tidak akan sanggup menolak permohonan orang lain yang membutuhkannya. Terlebih jika yang meminta adalah saudaranya sendiri.Sisil mengangguk sembari menyunggingkan senyum yang alakadarnya. Lantas menghilang bersama tertutupnya kembali pintu kamar Smith yang dibuka sesaat.
Janu duduk di atas meja rias, menunggu Sisil mengeluarkan perlengkapan rias yang baru saja diambil dari kamar Smith karena tertinggal."Sisil, terima kasih banyak. Aku tidak menyangka jika sebentar lagi kita akan menjadi saudara. Kau sangat baik. Aku sangat beruntung bisa memiliki teman sepertimu," kata Janu tulus dari dalam hati.Sisil yang sedari tadi telah membendung sakit hatinya dan berusaha keras untuk tidak menangis, kini harus tersenyum kecut, lagi-lagi demi menunjukkan kebahagiaan palsu. Padahal, tenggorokannya sudah seperti tercekik oleh kenyataan yang membuatnya hanya menjadi teman untuk Janu, dari dulu sampai sekarang."Aku akan memberi sedikit bedak di wajahmu," ucap Sisil dengan suara parau. Meski ia telah berusaha untuk biasa saja, tetap saja tubuhnya menunjukkan apa yang sedang ia rasakan."Sisil, kenapa suaramu serak? Apa kau baik-baik saja? Kalau kau sedang tidak sehat, beristirahatlah. Aku s
Janu masih bungkam. Ia tidak ingin salah bicara dan membuat hati Sisil semakin sakit.Dalam masa-masa yang sangat tidak nyaman itu, Janu merasa waktu berjalan sangat lambat. Ia sungguh ingin keluar dari situasi tersebut dan segera menghampiri Smith.Akan tetapi Janu tidak bisa melakukannya karena walau bagaimanapun ia harus tetap tinggal untuk mendengarkan pengakuan Sisil. Menyimak cerita rahasia Sisil yang selama ini tentu membebani pikiran dan perasaan gadis itu."Apa kau juga tidak tahu jawabannya?" tanya Sisil lagi dengan suara yang terdengar semakin kesal.Janu menelan ludah dan menjawab, "Tidak. Aku tidak tahu.""Hahaha, sudah aku duga. Baiklah mari dengarkan penjelasanku baik-baik. Akan aku katakan padamu mengapa kau tidak bisa merasakan ataupun melihat semua rasa cintaku padamu selama ini. Benar, aku memang sudah gila, menjawab sendiri pertanyaan yang barusan tadi aku tanyakan padamu,"
Kamar tamu menjadi hening. Janu menunggu Sisil mengutarakan permintaannya. Sedangkan Sisil menunggu dirinya sendiri untuk siap berkata jujur."Sebenarnya, permintaanku ini sedikit gila. Tidak, tidak. Mungkin sangat gila. Dan bisa membuatmu menjadi tidak simpati lagi padaku. Bahkan mungkin juga muak. Tapi bagaimana lagi, setelah ini kau akan menjadi orang yang berbeda dengan status barumu sebagai suami dari Smith. Jadi, aku pikir ini adalah kesempatan terakhir," ucap Sisil dengan perasaan cemas.Gadis itu tidak mengerti tentang apa yang terjadi padanya sekarang. Ia tahu benar jika dirinya mengatakan permintaan konyolnya pasti akan membuat Janu jijik padanya dan berpikir bahwa dirinya adalah perempuan murahan. Tapi Sisil juga tidak sanggup untuk membendung keinginannya."Katakan saja, Sisil."Janu berusaha untuk senetral mungkin, baik nada bicara maupun ekspresi wajahnya. Meski tidak dipungkiri, ia semakin gugup
Pemuda itu berhasil membuat jantung Smith yang telah berdetak normal, kembali seperti kereta api yang melaju ekspres. Bahkan jantungnya sudah seperti mau melompat keluar.Entah bagaimana perkataan Janu seperti membiusnya. Smith belum pernah merasakan hal itu sebelumnya lantaran memang tidak ada lelaki yang berani mendekatinya.Namun yang membuat hati Smith bergetar adalah ia tahu pasti bahwa Janu tidak sedang membual. Ucapan itu bukan gombalan belaka. Smith bisa merasakan kesungguhan dan ketulusan dari janji yang dikatakan Janu barusan.Di saat yang sama, hati gadis lainnya sedang teriris perih hingga membuatnya menangis lagi. Benar, Sisil melihat dan mendengar sendiri betapa manisnya sikap Janu pada Smith. Tentu akan sangat membahagiakan jika dirinya yang berdiri di posisi Smith sekarang."Jika aku yang ada di posisi itu, pasti aku akan memeluk Janu dan tidak akan pernah melepaskannya. Tidak peduli meski selu