Wajah pria kekar tadi langsung menjadi sangat masam. Saat wanita idaman hampir jatuh ke tangannya, tiba-tiba saja datang beberapa pengganggu. Dia lantas berkata dengan galak, "Kamu bukan orang sini, 'kan? Jangan kira karena jumlah kalian banyak, kamu bisa mengambil wanitaku. Lihatlah para mayat di sana dan segera pergi dari sini."Yasmine kembali gugup. Dia sudah menyaksikan sendiri betapa kuatnya orang-orang itu. Mereka sangat berbahaya dan masing-masing dari mereka sanggup mengalahkan lima lawan dengan mudah. Meski Carlos membawa banyak pengawal ke sini, sepertinya itu tidak akan berguna di hadapan para pria barbar itu."Jangan khawatir," kata Carlos sambil menatap Yasmine dengan sorot mata lembut. Baginya, situasi berbahaya di depan tidak ada bedanya dengan negosiasi bisnis biasa. Ketenangannya membuat Yasmine merasakan secercah harapan di tengah ketakutannya.Carlos mengarahkan tatapannya pada pria kekar itu, tiba-tiba sorot matanya berubah dingin. Begitu dia mengangkat tangannya,
Mereka berjalan berdampingan dengan jarak yang tidak terlalu dekat. Namun, Yasmine malah merasa jantungnya berdebar-debar. Dia berucap dengan ekspresi datar, "Aku akan mengembalikan uangmu saat pulang nanti."Carlos tentu saja tidak ingin Yasmine mengembalikan uangnya. Dia menggigit bibirnya sejenak, lalu mengiakan.Yasmine mempercepat langkah kakinya untuk berjalan mendahului Carlos. Melihat Yasmine yang seperti menjauhi dirinya, Carlos memijat pelipisnya dengan sedih.Ruang VIP sangat luas. Terlihat seorang kakek beruban duduk di belakang meja. Kerutan di wajahnya membuatnya terlihat sangat tua. Meskipun begitu, tatapannya tampak tajam. "Apa yang ingin kalian tanyakan?" Dia langsung membicarakan intinya.Asisten kakek itu menuangkan teh dengan sopan untuk Yasmine dan lainnya.Lantaran tidak ingin menunda waktu, Yasmine segera bertanya, "Di mana ibuku?"Wendra menjawab, "Dia bersama Keluarga Yanwar."Yasmine mengepalkan tangannya dengan erat, lalu bertanya lagi, "Siapa? Di mana mereka
Raut wajah Carlos menjadi muram dalam sekejap. Ini adalah pertama kalinya dia dibayar atas kebaikannya. Yasmine benar-benar keterlaluan! Carlos memegang kartu tersebut dengan erat. Dia berkali-kali berkata di dalam hatinya bahwa dirinya yang membuat kesalahan terlebih dulu. Setelah itu, amarahnya pun mereda.Carlos beralih menatap Zalman sembari menganjurkan, "Kita belum tahu seberapa bahayanya Keluarga Yanwar. Jadi, kita tidak bisa membawa Yaya masuk dengan tergesa-gesa. Tunggu beberapa hari lagi. Aku akan memikirkan solusi yang paling aman."Edgar mengangguk setuju sambil menambahkan, "Paman, yang dikatakan Carlos ada benarnya. Paman dan Yasmine nggak boleh masuk sendirian. Itu terlalu berbahaya."Zalman duduk di atas sofa. Sekarang, matahari sudah terbenam. Suasana ini membuatnya diselimuti oleh siluet dan mempertegas bentuk wajahnya. Dia mengepalkan tangannya sejenak, lalu membalas dengan pelan, "Ingatanku memang belum sepenuhnya pulih, tapi bagaimanapun juga, Keluarga Yanwar itu k
Raut wajah Jonas bertambah muram dan tampak sedih. Dia berkata, "Begitu masuk, dia nggak akan bisa keluar lagi. Mulai sekarang, aku nggak akan bisa memiliki Yasmine lagi."Sofia menimpali sambil mencibir, "Keluarga Yanwar seharusnya akan menjadi tempat terbaik baginya."....Meskipun masuk bersama Zalman, Yasmine tetap harus melalui berbagai pemeriksaan. Jika benar-benar memiliki darah keturunan Keluarga Yanwar, dia baru diizinkan masuk. Hal ini membuat Yasmine paham betapa mengerikannya pertahanan Keluarga Yanwar.Ada begitu banyak pos pemeriksaan. Saking ketatnya, pasukan militer sekalipun tidak akan bisa menembus pertahanan mereka! Di tempat berbahaya yang tidak memiliki perlindungan hukum seperti Aarav, wajar jika mereka membentuk pertahanan seketat ini. Namun, hal ini tetap membuat Yasmine merasa gelisah. Dia membawa jarum perak bersamanya setiap saat. Ketika berjalan ke dalam, selain pos pemeriksaan, terlihat banyak patung malaikat jatuh yang tersebar di sepanjang jalan. Ada seb
"Di mana Ibu? Apa yang kalian lakukan pada Ibu?" tanya Yasmine dengan suara bergetar. Saat ini, dia merasa sangat putus asa. Penjagaan di kediaman Keluarga Yanwar sangat ketat. Orang luar tidak bisa masuk, orang yang ada di dalam juga tidak bisa keluar. Dia sudah ditipu oleh Zalman dan masuk ke dalam perangkapnya."Dia?" Zalman menjawab dengan datar, "Sepertinya, darahnya sudah digunakan untuk menyiram Teratai Suci setelah melahirkan banyak keturunan Keluarga Yanwar." Setelah mengatakan ini, dia menoleh dan bertanya, "Apa dia sudah mati?"Ucapan tidak berperasaan ini seketika membuat Yasmine gemetaran. Dia tidak menyangka, pria yang sebelumnya sangat menyayangi dirinya, bahkan rela mempertaruhkan nyawanya untuk mengadang tabrakan mobil tiba-tiba berubah 180 derajat. Pria itu berubah menjadi berdarah dingin dan tidak berperasaan.Zalman tega menganggap istrinya sendiri sebagai alat reproduksi, bahkan tidak peduli dengan hidup dan matinya.Pria tua berambut putih membalas dengan ekspresi
Mungkin karena ikatan darahnya dengan Yasmine dan panggilan Yasmine kepadanya, mata Lydia memerah. Lydia berucap, "Kamu itu ...." Suaranya serak dan lemah, lalu dia berusaha sekuat tenaganya untuk bertanya, "Anakku?""Iya ... aku anakmu. Ibu ... maafkan aku ... aku datang terlambat," jawab Yasmine. Dia bergegas ke tepi kolam darah sambil menangis dan melanjutkan, "Selama ini, kamu ... pasti sangat menderita.""Anakku sudah begitu besar. Kamu cantik sekali, sama seperti yang kubayangkan," ujar Lydia. Dia mengulurkan tangannya secara refleks untuk menyentuh Yasmine. Namun, tangan Lydia dirantai.Hanya gerakan kecil seperti ini membuat Lydia kelelahan sampai hampir pingsan. Lydia menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan dirinya. Dia merasa tidak berdaya dan hanya bisa memandang Yasmine. Wajah Lydia tampak pucat, tetapi dia tetap tersenyum lembut.Yasmine memanggil seraya menangis, "Ibu ...." Sejak bayi, Lydia sudah meninggalkan Yasmine. Jadi, Yasmine tidak pernah merasakan kasih sayang
"Kalau kamu maju lagi, Lydia pasti akan mati!" ancam pria tua berambut putih yang berdiri 10 meter jauhnya. Di luar asap beracun, dia memegang sebuah remote berwarna hitam.Yasmine terdiam di tempat, darah yang diinjak Yasmine terasa sangat dingin. Pria berambut putih memerintah, "Yasmine, singkirkan asap beracunmu."Lydia berteriak histeris, "Anakku, kamu nggak usah pedulikan aku, lebih baik kamu gunakan kemampuanmu untuk keluar dari sini dan jangan kembali lagi! Kondisi Ibu sudah seperti ini. Sekalipun berhasil diselamatkan, aku juga nggak bisa bertahan hidup lagi! Hidupku sudah berakhir, tapi jangan sampai hidupmu hancur, cepat pergi!"Lydia sangat cemas. Namun, dia sama sekali tidak peduli dengan nasibnya.Pria tua berambut putih yang serakah memandang Yasmine seraya mengancam, "Kalau kamu berani pergi, Lydia pasti mati! Kalau kamu nggak datang, mungkin Lydia masih bisa bertahan hidup untuk beberapa tahun lagi. Tapi, karena kamu sudah datang, Teratai Suci nggak membutuhkan Lydia un
Tubuh Lydia sangat lemah. Yasmine menggertakkan giginya dan mengepalkan tangannya erat-erat sembari berujar, "Jangan sakiti ibuku. Aku akan tidur denganmu, tapi malam ini nggak bisa. Aku ... datang bulan.""Masa kebetulan sekali?" tanya pemuda itu. Dia jelas tidak percaya dengan ucapan Yasmine. Pemuda tersebut langsung mencengkeram pergelangan tangan Yasmine.Yasmine terkejut, mereka tidak boleh tahu bahwa Yasmine hamil. Kalau tidak, orang-orang tidak bermoral ini mungkin bisa melakukan hal keji lagi. Yasmine berteriak, "Jangan sentuh aku! Lepaskan aku!"Yasmine berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan diri dari tangan pemuda itu. Namun, Yasmine tiba-tiba ditampar dengan kuat. Yasmine pun terjatuh di lantai. Darah mengalir dari mulutnya.Pemuda tersebut mendekati Yasmine, lalu meraih pergelangan tangan Yasmine dengan kasar. Setelah beberapa saat, raut wajah pemuda itu menjadi masam. Dia bertanya, "Kamu hamil?"Pemuda itu bisa memeriksa nadi dan dia tampak sangat yakin. Yasmine yang putu