"Carlos!" teriak Yasmine, langsung duduk di tempat tidur dengan keringat dingin membasahi kening mulusnya. Sebelum dia benar-benar bangun, dia sudah memandang sekeliling untuk mencari Carlos dengan panik. Ada sekelompok orang di ruangan itu, yaitu Edgar, Zalman, Raymond ... tapi tidak ada Carlos. Yasmine langsung gelisah saat teringat bahwa saat ledakan terjadi, Carlos memeluk dan melindunginya. Dia meraih tangan Edgar dan bertanya dengan cemas, "Kak, mana Carlos? Di mana dia?"Edgar menjawab dengan ekspresi muram, "Pantai tempat kalian berada runtuh. Kalian sama-sama jatuh ke laut, tapi baru kamu yang ditemukan. Jangan khawatir, kami tetap menyuruh orang untuk mencari Carlos. Dia orang yang sangat beruntung, jadi dia pasti baik-baik saja."Carlos belum ditemukan! Jika seseorang yang jatuh ke laut tidak ditemukan dalam waktu tertentu, akibatnya sangat fatal!"Aku mau mencarinya!" ujar Yasmine sambil bangun dari tempat tidur dengan hati cemas. Sayangnya, begitu kaki Yasmine menginjak
Wajah Raymond sedikit menegang, lalu dia berpura-pura tersenyum santai dan menjawab, "Kamu baru tidur satu jam, mana mungkin secepat itu? Jangan khawatir, Edgar dan yang lainnya sudah mengerahkan segenap upaya untuk mencarinya. Mereka pasti akan segera menemukan Carlos."Baru satu jam? Yasmine tidak percaya. Dia bisa merasakan bahwa dirinya sudah lama tidak sadarkan diri. Lantaran Raymond berbohong untuk menenangkannya, itu berarti situasi Carlos tidak baik. Sambil menahan sakit di sekujur tubuhnya, Yasmine memaksakan diri untuk bangun dari tempat tidur.Raymond segera menahan Yasmine dan berkata, "Kamu mau ngapain? Jangan gerak-gerak dulu! Lukamu sangat parah, kamu harus tetap di tempat tidur, nggak boleh ke mana-mana.""Kamu nggak perlu mengkhawatirkan Carlos. Orang-orang dari Keluarga Handoyo, Keluarga Lingga, dan Keluarga Baskara sudah dikirim untuk mencarinya di seluruh wilayah laut ini. Ada banyak orang yang dikerahkan, kamu nggak perlu ikut cari!" tambah Raymond."Aku harus perg
Raymond mengernyit menatap tubuh Yasmine yang penuh luka berlumuran darah. Dia ragu-ragu sejenak, lalu akhirnya menggertakkan gigi dan berkata, "Boleh, tapi luka-lukamu harus dirawat dulu!""Setelah aku naik perahu motor saja," balas Yasmine. Dia sangat cemas dan tidak ingin menyia-nyiakan waktu sedetik pun.Turbulensi di perahu motor memberikan dampak negatif pada luka Yasmine. Meski lukanya terus mengeluarkan darah, dia sama sekali tidak peduli. Dia senantiasa memandang ke arah laut dan terus-menerus mencari.Waktu terus berlalu hari demi hari. Yasmine hampir selalu berada di perahu motor, mencari Carlos siang dan malam. Namun, makin lama dia makin takut. Sudah tujuh hari berlalu, peluang Carlos untuk bertahan hidup di laut makin rendah. Jika Carlos tidak segera ditemukan ....Yasmine tidak berani memikirkannya. Dia menggertakkan gigi dan terus mencari."Yasmine, kamu belum tidur selama beberapa hari ini. Kamu nggak boleh terus begini, cepat berhenti dan istirahat dulu!" ujar Edgar.
Lautan terbentang luas di depan mata, begitu besar hingga seakan-akan menelan habis semua harapan manusia. Terlalu lama tidak tidur membuat Yasmine mendapat sakit kepala menyiksa hingga dia mulai berhalusinasi. Dia melihat seseorang mengambang di permukaan laut yang disinari mentari."Itu Carlos, itu dia! Cepat, cepat ke sana!" seru Yasmine, mendesak si pengemudi perahu untuk maju.Pengemudi itu tampak kebingungan. Tidak ada apa pun di depannya. Mana ada orang yang mengambang di sana? "Nona, mungkin kamu salah lihat," ujar si pengemudi."Nggak! Itu benaran Carlos! Cepat, cepat!" desak Yasmine lagi. Dia buru-buru mendorong si pengemudi dan mengendalikan perahu itu sendiri.Perahu itu melaju dengan cepat dan tiba di tempat Yasmine melihat Carlos. Namun, tidak ada apa-apa di sana, Carlos menghilang begitu saja. Yasmine berdiri linglung di atas perahu sambil memandangi lautan yang kosong. Setelah beberapa lama, dia masih tidak ingin percaya bahwa sosok tadi adalah ilusi. Bukan Carlos. Itu
"Ya, ya! Mama nggak boleh ingkar janji ya," ujar Matteo sambil mengangguk berulang kali.Mata Matteo menatap lurus ke perban Yasmine yang berlumuran darah. Yasmine mengikuti pandangan putranya, lalu menghela napas. Dia lantas memandang Edgar yang ada di perahu seberang dan berkata, "Kak! Kemarilah, tolong obati lukaku.""Oke! Oke!" jawab Edgar hampir menangis. Yasmine telah mengabaikan luka-lukanya selama berhari-hari. Siapa pun tidak berhasil membujuknya sampai putranya sendiri yang datang.Setelah merawat luka Yasmine dengan hati-hati, Edgar berkata, "Yasmine, Tuan Paulus sudah meninggal."Mendengar ini, Yasmine sontak mengepalkan tangannya. Setelah terdiam beberapa saat, dia bertanya dengan pelan, "Apa karena Carlos menghilang?""Bisa dibilang begitu. Setelah Nyonya Maura meninggal, semangat hidup Tuan Paulus terkuras banyak. Obsesinya untuk membalas dendam pada Keluarga Cahyadi juga sudah berakhir. Ditambah dengan syok setelah mendengar tentang masalah yang menimpa Carlos, Tuan Pau
Matteo yang pengertian pun menghibur dengan nada lembut, "Mama, jangan menangis. Papa pasti akan kembali!" Saat mengatakan itu, dia menyeka air mata yang mengalir di wajah Yasmine dengan tangan kecilnya. Di tempat di mana jarinya melintas, ada aroma yang samar-samar tercium oleh Yasmine.Itu adalah aroma wewangian hipnotis. Yasmine langsung mengenalinya. Aroma ini memang tidak terlalu berpengaruh terhadap tubuhnya, tetapi melihat betapa khawatirnya Matteo, Yasmine tetap perlahan menutup mata. Kemudian, dia berkata kepada bocah itu, "Matteo, mari kita pulang dan menunggu papamu."....Di vila Keluarga Lingga.Di dalam kamar Fidela, terdengar suara batuk yang keras. Saat ini, dia duduk bersandar di ranjang dan menutup mulutnya dengan sapu tangan. Saat mengangkatnya, sapu tangan tersebut telah dinodai oleh darah."Nyonya, kenapa Anda batuk darah lagi? Jangan bergerak terlalu banyak, Anda harus berbaring dengan baik!" ucap Sarah yang mencoba untuk menghentikan Fidela. Akan tetapi, Fidela y
Gilbert berkata sembari tersenyum dingin, "Ini adalah obat yang akan memperburuk kondisi penyakitmu. Dalam satu jam lagi, kamu akan makin menderita, lalu kehilangan nyawa. Nyonya Fidela, matilah dengan tenang.""Ka ... kalian ...." Fidela terbaring kesakitan di lantai dan tidak bisa berhenti muntah darah.Melihat situasi ini, Qaila yang puas pun berkata, "Sekarang, Keluarga Lingga sudah menjadi milikku!" Setelah itu, dia berjalan keluar dengan angkuh menggunakan sepatu hak tingginya.Begitu naik ke mobil, Qaila melihat sepasang mata yang tajam dan dingin. "Kenapa begitu lama?" Suara anak kecil yang terdengar itu malah terkesan menyeramkan dan menakutkan. Nada menyalahkan dari Louis membuat senyuman di wajah Qaila sontak membeku. Perasaan puas dan gembiranya segera digantikan oleh ketegangan.Qaila melihat ke arah Louis yang duduk di mobil dan tanpa sadar merasa agak takut. Akan tetapi, ketakutan ini justru membuatnya kesal. Tidak pernah ada seorang ibu yang takut pada putranya.Qaila p
Kini, di dalam ruang rapat Grup Lingga, terdapat puluhan pemegang saham. Mereka terbagi menjadi dua kubu dan tengah berdebat dengan sengit.Satu kubu mendukung Qaila sebagai pengampu Matteo dan mengambil alih Grup Lingga. Sementara itu, kubu lainnya menentang dan mendukung Fidela untuk mengendalikan Grup Lingga. Akan tetapi, jelas bahwa pendukung Qaila jauh lebih banyak dan keunggulan berada di pihak mereka. Namun, pihak yang menentang masih tak kunjung menyerah. Suasana pun menjadi tegang.Qaila memandang orang-orang yang menentang dengan dingin. Sorot matanya memancarkan niat membunuh yang mencekam. Tak lama kemudian, dia berkata dengan tenang, "Bibi Fidela adalah ibu Carlos dan nenek Matteo. Sangatlah wajar kalau membiarkan dia yang mengendalikan Grup Lingga, tapi ...."Wanita itu melanjutkan sambil tersenyum sinis, "Aku baru saja datang dari vila Keluarga Lingga. Saat ini, kondisi kesehatannya makin memburuk. Dia bahkan nggak bisa bangun dari ranjang. Jangankan mengendalikan Grup L