Hari pernikahan pun tiba, dengan balutan kebaya putih Riri terlihat sangat cantik dan anggun. Mama Amira dan juga Mami Maria tak sabar untuk segera membawa Riri ke meja penghulu, sedang Fifi yang tengah menggendong Kayla pun tak sabar ingin melihat wajah pengantin perempuan itu."Cantik." puji sang perias yang merias wajahnya.Riri tak menyangka bahwa ini adalah pernikahannya yang kedua, dulu ketika berdandan tak perna terbesit pun suatu pemikiran kalau suatu saat dirinya akan melakukan pernikahan kedua dan dengan pria yang berbeda.Setelah selesai, Riri langsung di ajak keluar menuju tempat ijab qobul karena sudah di tunggu mempelai laki laki dan juga pak penghulu serta lainnya. Ia berjalan pelan menghampiri Kevin yang tengah menunggunya.Kevin begitu terkejut melihat betapa cantiknya calon pengantin wanitanya, sangat berbeda dari biasanya. Kevin pun tersenyum sembari mengulurkan tangannya untuk membantu Riri duduk di sampingnya. Beberapa tamu undangan pun saling berbisik melihat waj
Kevin dan Riri yang sedari tadi tersenyum saat menyalami para tamu undangan, seketika senyuman iru pudar karena kedatangan Imelda."Selamat ya sayang, eh Kevin." ucap Imelda sambil melirik ke arah Riri."Makasih." Jawab Kevin ketus.Imelda mengulurkan tangan pada Kevin, namun pria itu hanya tersenyum tanpa membalas uluran tangan Imelda. Karena tak kunjung di sambut oleh Kevin, akhirnya dengan nekad Imelda menarik paksa tangan Kevin untuk menerima uluran tangannya. Sedangkan Riri, melirik tajam Imelda yang sepertinya tak punya urat malu.Nova yang melihat hal tersebut segera menarik Imelda dari atas pelaminan untuk turun, saat itu juga mereka berpapasan dengan Mami Maria."Selamat ya Tante, keinginan tante buat misahin aku dan Kevin sekarang sudah tercapai.""Oh, bagus dong. Makasih, tahu jalan keluar kan?" jawab Mami Maria.Imelda sangat kesal dengan sikap ibu dan anak tersebut yang mwnurutnya sangat menyebalkan, untuk yang kedua kalinya Nova menarik lengan Imelda."Kamu mau bikin aku
Pagi telah tiba, sinar matahari kini sudah menari nari di atas sana. Namun, kedua pasangan suami istri yang baru saja menikah itu sangat enggan untuk beranjak dari tempat tidur.Dering ponsel Kevin terpaksa membangunkan kedua orang itu, dengan malas Riri meraba atas nakas tempat suara pinsel itu berbunyi. Ternyata itu milik Kevin, dan nampaklah nama sang ibu di depan layar ponsel."Sayang, ini Mami telvon kamu." ujar Riri membangunkan sang suami."Sayang, bangun dulu." Riri kembali mengguncang lengan Kevin."Mmmm, kenapa sayang?""Ini, Mami telvon. Takutnya penting."Dengan malas Kevin menggeser tombol hijau, dan terdengarlah suara sang mami.[Halo pengantin baru, duuhhh. Lama bener angkat telponnya.][Aiiissshh, apaan sih Mam? Ganggu aja orang lagi tidur.][Ho ho, iye iye yang pengantin baru. Abis bedagang nih ye.][Mami ihh.][Ha ha ha, iya ya. Mami nggak godain lagi, kalian kapan pulang ke rumahnya. Nggak pada kangen tuh sama Kayla?][Aelahhh Mam, baru juga semalem udah di tanyain
PoV SilviHari ini adalah hari pernikahan mantan Kakak iparku, mbak Riri dengan seorang pebisnis muda bernama Kevin Pratama. Hebat sekali mantan kakak iparku itu setelah di buang dari keluarga ini dia berhasil menjerat seorang pebisnis muda nan kaya.Aku tak menyangka tampangnya yang sok alim itu mampu menjerat seorang lelaki kaya, bahkan keluarga lelaki itu pun nampak sangat akrab dengannya. Padahal ia sudah mempunyai anak, namun ternyata keluarga barunya mau menerima mereka.Sebenarnya hari ini aku ingin pergi merilekskan tubuh sekalian perawatan, namun ibu malah minta di temenin ke acara pernikahan mbak Riri. Mau tak mau pun akhirnya aku pergi kesana. Lumayan lah bisa untuk cuci mata, sekaligus siapa tahu bisa dapat suggar daddy baru lagi. Secara keluarga calon suami mbak Riri itu horang kaya pasti tamunya pun dari kalangan atas.Sebenarnya mbak Riri itu baik orangnya dan nggak pernah buat masalah denganku, bahkan Riri kerap kali memberikan uang untuk aku dan melakukan pekerjaan ru
Sesampainya di rumah, Silvi langsung menuju kamarnya. Rebahan di atas kasurnya yang empuk, walaupun di pesta ia tidak melakukan apapun namun ia tetap merasa capek.Baru saja ia memejamkan matanya sejenak, dering ponselnya mengagetkannya. Dengan gontai, Silvi meraba sisi kasur untuk mencari ponselnya. Terlihat ada nama om Tio di layar utamanya, seketika ia langsung tersenyum sumringah.[Halo, ada apa om?][Halo sayang, kamu sudah sampai rumah?][Sudah om, om sendiri bagaimana?][Sama, Oh ya sayang. Kenapa kamu bisa ada di pesta itu tadi bersama Sherly pula?][Aku di ajak ibu buat kesana om, dan iya Sherly temanku. Mmh, om beneran ayahnya Sherly ya?][Oo, Iya Sil. Nggak nyangka ya, ternyata kamu teman anak om. Hi hi]Silvi tersenyum kecut, ternyata memang benar kalau om Tio adalah ayahnya Sherly teman kampusnya sendiri.[Sayang, ketemuan yuk. Mau nggak?][Bukannya tadi sudah ya om ?][Iya, tapi om masih kangen. Kan tadi nggak sengaja bertemu, Bagaimana? kita bertemu di apartemen om ya.]
Malam hari,Setelah beristirahat nyatanya tak membuat Riri lupa dengan rasa kesalnya. Riri masih merasa kesal karena kedatangan Joana, sebab Joana merasa bahwa ia sengaja membuat rencana pernikahan mereka berantakan. Padahal ia tak sengaja karena orang tuanya yang memaksa untuk menceritakannya.Mami menghampiri Riri yang terlihat lesu duduk di samping kolam, kemudian ikut duduk di sampingnya. Sejak tadi siang wajah Riri terlihat murung dan masam."Kamu kenapa sayang?" tanya mami pelan."Kesal mi, sama orang yang sok penting sekali.""Siapa nak?"Kemudian Riri menceritakan tentang kedatangan Joana dan menuduhnya seperti itu, ia merasa kesal karena di tuduh yang tidak tidak. Apalagi secara terang terangan dia mengatakan tak suka jika Riri pernah menikah dengan mantan suaminya.Memangnya apa hak Joana, toh dulu mereka menikah atas dasar suka sama suka hanya saja nasih pernikahannya tak semujur itu hingga terjadi perceraian."Riri berani bersumpah mi. Aku nggak seperti itu."Kedatangan Jo
Hancur, malu, sakit itu yang di rasakan Silvi saat ini. Dia yang biasanya bersikap seenaknya kini hanya menunduk karena malu, pasalnya mereka sedang di tempaf umum.Tiga kali tamparan aku dapat di kedua pipiku, satu dari Sherly dan dua dari tante Zara. Awas kalian akan aku balas berkali kali lipat kalian semua.Silvi sedikit kesal dengan om Tio, sebab ia tidak mencegah mereka untuk menampar dan mempermalukanya. Oke lah om Tio masih membelanya di depan mereka tapi om Tio tidka bisa mencrgah tamparan itu.Setelah tante Zara, Sherly dan antek anteknya pulang. Om Tio mendekati Sherly."Baby, kamu kenapa?" tanya om Tio."Sakit om." jawab Silvi mencebik sebal, sudah tahu sakit habis kenapa tiga tamparan malah tanya."Kita ke rumah sakit sekarang ya."Om Tio panik ketika melihat wajah Silvi yang sedikit lebam, dan begitu pucat pasi. Om Tio segera menggendong Silvi begitu saja, Ia begitu mengkhawatirkan kondisi Silvi saat ini.Teenyata di luar baik Zara maupun Sherly belum pergi dari tempat i
"Aduh, kok saya jadi was was ya dengan calon mertua Joana. Kayaknya mesti hati hati." ucap bu jeni."Harus jeng, saya juga dulu begitu hati hati sekali. Pasalnya Riri itu anak baik, jadi saya lebih percaya padanya. Ternyata memang sikap mantan mertuanya yang agak bar bar. Maaf lo bu bukan maksud saya gimana gimana." ujar mami.Bu Jeni teringat kembali pada anaknya yang dulu hilang, jika sekarang masih hidup pasti sudah seusia dengan Riri dan akan sangat cantik."Ooh, Joana punya kakak toh jeng?""Mmh, Joana sebenarnya anak angkat kami jeng. Karena anak kandung kami sebelumnya hilang, sampai saat ini pun tidak ada kabar." Bu Jeni bercerita sambil berkaca kaca.Mami Maria yang menyadari kesedihan dari raut bu Jeni, segera mengganti topik pembicaraan agar tak kembali sedih.****Saat ini Riri sedang berada di kamarnya, duduk di depan meja rias sambil terus memperhatikan kalung liontin yang tengah di pakainya. Kalung berbentuk hati dan ada inisial J di tengahnya, begitu lucu baginya.Namu