Hancur, malu, sakit itu yang di rasakan Silvi saat ini. Dia yang biasanya bersikap seenaknya kini hanya menunduk karena malu, pasalnya mereka sedang di tempaf umum.Tiga kali tamparan aku dapat di kedua pipiku, satu dari Sherly dan dua dari tante Zara. Awas kalian akan aku balas berkali kali lipat kalian semua.Silvi sedikit kesal dengan om Tio, sebab ia tidak mencegah mereka untuk menampar dan mempermalukanya. Oke lah om Tio masih membelanya di depan mereka tapi om Tio tidka bisa mencrgah tamparan itu.Setelah tante Zara, Sherly dan antek anteknya pulang. Om Tio mendekati Sherly."Baby, kamu kenapa?" tanya om Tio."Sakit om." jawab Silvi mencebik sebal, sudah tahu sakit habis kenapa tiga tamparan malah tanya."Kita ke rumah sakit sekarang ya."Om Tio panik ketika melihat wajah Silvi yang sedikit lebam, dan begitu pucat pasi. Om Tio segera menggendong Silvi begitu saja, Ia begitu mengkhawatirkan kondisi Silvi saat ini.Teenyata di luar baik Zara maupun Sherly belum pergi dari tempat i
"Aduh, kok saya jadi was was ya dengan calon mertua Joana. Kayaknya mesti hati hati." ucap bu jeni."Harus jeng, saya juga dulu begitu hati hati sekali. Pasalnya Riri itu anak baik, jadi saya lebih percaya padanya. Ternyata memang sikap mantan mertuanya yang agak bar bar. Maaf lo bu bukan maksud saya gimana gimana." ujar mami.Bu Jeni teringat kembali pada anaknya yang dulu hilang, jika sekarang masih hidup pasti sudah seusia dengan Riri dan akan sangat cantik."Ooh, Joana punya kakak toh jeng?""Mmh, Joana sebenarnya anak angkat kami jeng. Karena anak kandung kami sebelumnya hilang, sampai saat ini pun tidak ada kabar." Bu Jeni bercerita sambil berkaca kaca.Mami Maria yang menyadari kesedihan dari raut bu Jeni, segera mengganti topik pembicaraan agar tak kembali sedih.****Saat ini Riri sedang berada di kamarnya, duduk di depan meja rias sambil terus memperhatikan kalung liontin yang tengah di pakainya. Kalung berbentuk hati dan ada inisial J di tengahnya, begitu lucu baginya.Namu
Kevin menoleh ke arah Riri lalu tersenyum manis, membuat Mira semakin terbakar cemburu. Pasalnya yang ia tahu Kevin jarang sekali dekat dengan seorang wanita, bahkan Kevin juga bersikap dingin dan cuek bila pada lawan jenisnya. Yang ia tahu pria itu hanya berpacaran dengan Imelda.Namun bagaimana mereka bisa menikah, lalu kemana Imelda. Ia tersenyum walau terpaksa ketika Riri melebarkan senyumnya. Meskipun hatinya terasa panas melihat pemandangan di depannya."Lalu bagaimana dengan Imelda?" Mira sengaja memancing amarah Riri. tapi wanita itu tetap saja tersenyum sejak muncul keluar dan wajahnya tak terlihat panik sekalipun."Oh, entahlah. Aku dan dia sudah tidak ada hubungan apapun.""mengapa kalian berpisah?" Mira terus saja mencoba memancing kemarahan Riri."Ada sesuatu yang membuatku tak bisa bersama dia." jawab Kevin cuek.Mira terus saja menggerutu dalam hati, andai ponselnya tidak hilang maka dia pasti tahu info tentang Kevin yang sudah tidak bersama dengan Imelda. Setidaknya ia
Hari ini, Joana berdiri di depan cermin melihat bayangannya dengan tersenyum lepas. Melihat wajahnya dengan polesan cantik, ia sudah bersiap untuk menemui Rian nanti.Bu Jeni menghampiri Joana, sang anak yang akan di persunting seorang pria. ada rasa sedih di hatinya karena sebentar lagi ia akan berpisah dengan anaknya."Sayang, kamu sudah siap?" tanya bu Jeni"Siap, mah."Mereka keluar dari kamar, menghampiri keluarga Rian yang sudah menunggunya di ruang tamu. Penampilan Joana membuat sang kekasih terkesiap ketika melihatnya, sementara bu Dara terlihat kecewa.Bu Dara berpikir akan menerima acara lamaran yang luar biasa, ternyata hanya acara keluarga saja yang di hadiri keluarga inti. Padahal, bu Dara sudah bersiap untuk live di sosial media miliknya untuk acara lamaran yang ia pikir super besar itu.Namun, nyatanya semua tak sesuai harapan, acaranya jauh dari kata mewah yang membuat wajah bu Dara masam."Bu, senyum dong. Kenapa wajahnya di tekuk seperti itu, tidak enak lah dengan me
Dokter keluar dari ruang rawat Riri, dengan wajah lesu."Pasien membutuhkan banyak darah, golongan darahnya B. Sedangkan stok darah di rumah sakit sedang menipis tapi masih kami usahakan. Barang kali dari pihak keluarga ada yang cocok itu lebih baik." ucap dokter.Seketika tubuh mami menjadi lemas, begitu pun dengan Kevin. Ia langsung terduduk di kursi rumah sakit. Jika darah mereka sama pasti mereka akan langsung memberikannya, tapi baik mami maupun Kevin golongan darah mereka O .Kevin mulai mencari dan menghubungi keluarga yang lainnya barang kali ada yang cocok, tak lupa ia juga mengetik status di sosial media.Hal yang sama pun di lakukan oleh mami, wanita paruh baya itu langsung menghubungi teman temannya dan juga di beberapa PMI barang kali ada stok darah yang cocok.'Urgen, di butuhkan golongan darah B untuk menantu saya. Bisa langsung datang ke rimah sakit Pelita atau bisa hubungi kontak ini terlebih dahulu.'Kondisi Riri semakin melemah, karena stok darah di rumah sakit suda
Esok hari,Dokter yang tengah memeriksa kondisi Riri segera memberitahukan pihak keluarga karena Riri kini sudah sadar. Kevin sudah di perbolehkan untuk menjenguknya namun yang lain belum boleh, jika mereka ingin menjenguk maka harus bergantian masuknya. Sebab kondisi Riri belum stabil.Selama Riri di rumah sakit, Pak Yuda dan bu Jeni juga sering bolak balik kesana untuk melihat Riri. Di dalam ruangan, Riri yang sudah sadar belum bisa berbicara. Hanya bisa menggerakan mata dan bibir saja. Kevin duduk di samping brankar Riri dan menggenggam tangan sang istri"Sayang, akhirnya kamu sadar juga. Aku sangat cemas." ucap Kevin.Riri mencoba untuk tersenyum, namun kepalanya kembali sakit, kepingan kepingan ingatan yang masih buram tiba tiba kembali muncul. Ada suara anak kecil yang menangis sambil memanggil ibu dan ayahnya."Mama , Papa." ucap anak kecil itu menangis dan meronta dalam gendongan seseorang.Kevin semakin cemas karena melihat Riri kesakitan sambil memegang kepalanya. Ia bergega
Ternyata di luar ruang rawat Riri sudah ada Joana dan juga Rian, sebenarnya merwka enggan mau masuk tapi karena terlanjur Kevin melihat mereka. Mau tidak mau akhirnya mereka menyapanya."Gue turut prihatin ya, Vin." ucap Rian sambil menepuk pundak Kevin."Terima kasih Yan, dia sudah lebih baik kok." jawab Kevin.Rasanya Rian benar benar ingin menjenguk Riri, namun dari tadi Joana memegangi tangannya seakan tak ingin berpisah. Rian hanya biaa pasrah dan ia juga takut Riri akan semakin memburuk jika bertemu dengan dirinya. Sedangkan wanita tersebut tak ingin berbasa basi atau pun menyapa Kevin.Kevin sampai geleng geleng kepala melihat tingkah Joana, kemudian ia kembali masuk ke dalam ruangan. Terlihat Riri sedang melamun, ia kembali memikirkan tentang kedua orang tua yang muncul dalam bayangannya.Riri sangat berharap bisa segera mengingat tentang masa lalunya, namun semakin keras ia mencoba untuk mengingat maka akan semakin sakit pula kepalanya."Kenapa hmm, sakit lagi?" tanya Kevin.
Riri tak berharap banyak jika pak Yuda dan bu Jeni adalah orang tua kandungnya, untuk sekarang ia hanya berharap agar cepat sembuh dan dan bertemu dengan sang anak di rumah."Apa yang akan terjadi ya, jika aku dan Joana bersaudara?" gumam Riri namun masih bisa di dengar oleh Kevin.Kevin langsung menoleh saat mendengar gumaman Riri, kemudian tertawa membayangkan Joana adalah adiknya Riri dan menikah dengan mantan suaminya.Kalau di jadikan judul sinetron pasti seru, adiku adalah istri baru mantan suamiku. Membayangkan hal itu membuat Kevin tersenyum sendiri, Riri yang melihat tingkah aneh suaminya jadi ikut tersenyum.****Bu Je i masih di rawat di rumah sakit, karena kondisinya belum stabil betul. Pak Yuda pun sangat setia menemani istri tercintanya ketika di rumah sakit."Andai saja Riri beneran anak kita ya pa, mama akan sangat bersyukur sekali pa bisa kembali di pertemukan dengannya." ucap bu Jeni sambil matanya menerawang di langit langit kamar inapnya."Iya mah, papa juga sama.
Esok menjelang, semua rencana yang telah Riri susun untuk menyembunyikan anak mereka berubah total. Pagi pagi sekali semua keluarga Riri dan orang tua Kevin sudah datang ke rumah sakit, bahkan George. Ayah kandung dari Kevin pun langsung meluncur dari kuar negri begitu dikabari jika cucunya sudah lahir dan selamat, ya kemarin setelah Riri melakukan operasi George memang sudah dikabari tapi karena ada sesuatu mendesak belum sempat ia pulang ia mendapat kabar jika cucunya tidak selamat. Ia begitu syok namun yang membuatnya kembali syok yaitu ketika Kevin kembali mengabarinya jika sang anak sebenarnya masih hidup.Tidak hanya George, tapi Maria dan juga seluruh keluarga Riri juga syok mendengar kabar itu. Awalnya Riri masih bersikeras untuk menyembunyikan fakta ini untuk sementara, tapi Kevin berhasil meyakinkan dirinya jika keamanan sang anak akan semakin terjamin jika keluarganya diberitahu sehingga semakin banyak orang yang bisa membantu menjaganya. Dan bagaimanapun juga sikecil butuh
Kevin mengurai pelukan sang istri, ia menatap wajah teduh Riri yang masih dihiasi oleh air mata. Kemudian mengecup pelan kedua kelopak mata sang istri, dan mendekapnya kembali dengan sayang."Aku minta maaf ya, terima kasih karena kamu telah memikirkan keselamatan anak kita. Maaf karena aku sudah gagal dalam menjaga kalian."Riri membalas pelukan Kevin dengan erat, hatinya merasa teduh. Ia bersyukur karena sekarang laki laki ini telah mengerti akan posisi Riri yang memang mengharuskan melakukan itu semua."Tolong ingat satu hal Ras, kalau aku sampai kapanpun gak akan pernah bisa berpaling dari kamu. Kamu dan anak anak kita begitu berharga bagiku, aku akan berusaha menjaga kalian dengan baik meski nyawaku sebagai taruhannya aku rela."Riri merasa terharu setelah mendengar ucapan suaminya, ia tak menyangka jika sang suami akan berbicara seperti itu. Lagi ia merasa sangat bersyukur bisa bersama dengan Kevin, orang yang begitu mencintai dan menyayangi dirinya serta anak anaknya."Sudah, a
CeklekSuster mendorong kursi roda Riri ke dalam ruang rawatnya, Kevin tengah menatap sang istri dengan tatapan datarnya. Namun ia tetap membantu memindahkan istrinya itu ke ranjangnya kembali, suster pergi dari sana dengan membawa kursi roda yang telah kosong."Kamu habis dari mana?" tanya Kevin khawatir."Aku cuma habis cari angin karena tadi gak bisa tidur lagi, kebetulan ada suster yang bertugas ngecek infus aku makanya sekalian aku minta cari angin." jawab Riri yang tak mau melihat ke arah Kevin, sebab ia habis menangis tadi karena bertemu dengan anaknya."Cari angin? Malam malam begini? Terus kenapa kamu gak bangunin aku aja Ras?""Emangnya kenapa? Aku gak mau bangunin kamu sebab kamu terlihat begitu kelelahan, tidurmu nyenyak banget aku jadi gak tega.""Sayang, lihat aku! Kamu habis nangis?" tanya Kevin yang memaksa Riri untuk melihat ke arahnya."Aku cuma lagi keinget semuanya saja kok." kilah Riri."Maafin aku Ras." Kevin mengira jika Riri tengah teringat dengan anak mereka
"Jadi selama ini kalian berdua bersekongkol untuk membohongiku?" tanya Riri, ia menatap nanar ke arah Kevin dan Tasya yang tampak menyesali perbuatannya."Maafkan aku sayang, aku tak bermaksud ingin menyakitimu, aku hanya ingin melindungimu." ujar Kevin sedangkan Tasya hanya menunduk."Kenapa Vin, bahkan anak kita sudah tiada. Kembalikan anakku!!!" ucap Riri dengan mata memerah."Kau sudah membunuh anakku, Vin. Aku membencimu, benci sekaliaku tak ingin bersamamu lagi." Riri menumpahkan segala emosi yang ada dalam jiwanya, ia melihat raut penyesalan dalam wajah kedua orang didepannya itu. Dia menangis sesenggukan disana, ia merasa dibodohi oleh suaminya sendiri. Ia ingin suaminya juga merasakan bagaimana rasanya menjadi dirinya."Sayanggggg...." Kevin berusaha menggapai Riri yang masih saja terus menangis. Sementara Tasya dan dokter Lucas sudah terlebihbdahulu oergi dari ruangan itu mereka ingin memberikan waktu bagi keduanya menyelesaikan masalah mereka."Pergilah, aku ingin sendiri.
Riri termenung seorang diri dibrangkar tempat tidurnya, entah apa yang membuat pikirannya begitu kacau. Usai kejadian yang baru saja terjadi diruangannya, tentang Jihan yang berusaha untuk melenyapkannya dan juga kedatangan Tasya yang menolong dirinya. Ia berpikir untuk apa Tasya menolong dirinya? Bukankah jika Tasya memang ingin merebut Kevin darinya seharusnya dia membiarkan Jihan melakukan hal tersebut kepadanya, tapi mengapa ini kebalikannya?"Apa yang sebenarnya dia rencanakan?" gumam Riri.Ceklek"Sayang?" ucap Kevin."Sedang memikirkan apa?" tanya Kevin lagi."Tak ada, bagaimana keadaan kekasihmu?" tanya Riri membuat kening Kevin berkerut."Dia bukan keka......"CeklekBelum sempat Kevin meneruskan ucapannya, pintu ruangan tersebut kembali dibuka oleh seseorang. Satu pemandangan yang sangat tidak Riri duga, ia melihat seorang dokter lelaki yang masih muda tengah mendorong kursi roda dimana Tasya duduk diatasnya."Dia?" tanya Riri bingung."Dia siapa, kok bisa sama Tasya?" tanya
DughBrukAww"Tasya." teriak Riri yang melihat Tasya terjatuh karena tendangan dari Jihan. Dia ingin menolong Tasya namun ia tidak bisa dengan cepat langsung turun dari ranjang sebab ia masih belum pulih benar.Ya orang yang telah menolong Riri dari niat jahat Jihan adalah Tasya, orqng yang dianggap sebagai rivalnya oleh Riri. Sedangkan Jihan mencoba lari dari ruangan tersebut tapi kakinya berhasil dicekal oleh Tasya menggunakan tongkatnya hingga membuatnya ikut terjerembab.Bruk"Sial!" Jihan kembali menendang Tasya membuat perempuan itu kembali tersungkur. Kemudian ia bangkit dan keluar dari sana meskipun dengan terseok seok.BrukJihan yang berpapasan dengan Kevin tak sengaja menabrak bahu lelaki itu ketika Kevin hendak masuk ke dalam ruangan sang istri, namun karena penutup hoodie itu dan posisinya Jihan menunduk sehingga membuat Kevin sedikit tak mengenali Jihan."Gimana sih jalannya." gerutu Kevin."Astaga! Ras, Tasya....Kamu kenapa?" pekik Kevin.Ia menghampiri sang istri terl
Mereka berbincang bincang didalam kamar inap Riri. Meskipun lebih dominan Pak Yuda dan Kevin saja yang berbicara, sedangkan Riri lebih banyak diamnya.Pak Yuda menyadari jika ada yang tak beres dari sikap anaknya, yang tidak seperti biasanya. Sebab ia tahu, Riri itu orangnya seperti apa. Biasanya ia pasti akan banyak tersenyum dna menimpali ucapan seseorang. Tetapi kini dihadapannya, anak itu malah memilih diam sambil melihat ke arah jendela.Sebuah satu set makanan dan juga obat yang telah terjadwalkan dari rumah sakit datang menghampiri ruangan Riri diantarkan oleh perawat yang berjaga, sesaat Riri hanya melirik makanan tersebut tanpa ingin menyentuhnya."Ini untuk jatah makanan atas nama Pasien Riani Saraswati ya Pak, beserta obatnya." ucap perawat tersebut."Ya terima kasih.""Makan dulu Ras, habis itu minum obatnya. Aku suapi." ujar Kevin.Kevin mulai menyendokkan makanan itu dan disodorkannya ke depan mulut sang istri, namun Riri hanya bergeming saja dan tak mau membuka mulutnya
Keesokan harinya Kevin terbangun dari tidurnya, beberapa hari ini ia tidur dengan posisi tidak benar membuat badannya terasa sakit semua. Ia menoleh ke arah ranjang tempat istrinya dirawat, namun ia kaget karena tak melihat sang istri berada disana.Ia segera mencarinya ke kamar mandi, tetapi tidak ada lantas ia keluar dari kamar inap tersebut berjalan melewati lorong. Ketika melewati taman, ia melihat siluet Riri tengah duduk dikursi roda dengan Pak Yuda disampingnya. Ia melihat Riri tengah menangis dipelukan sang ayah, Kevin memutuskan untuk memberikan ruang kepada sang istri supaya lebih tenang terlebih dahulu.Kevin tahu, pasti saat ini istrinya masih terpukul atas kejadian yang telah menimpa dirinya.FlashbackAdzan subuh telah berkumandang, namun agaknya Kevin enggan bangun kali ini. Riri yang tak bisa tidur kembali memutuskan untuk belajar duduk sendiri pelan pelan, ia sudah bertekad untuk bisa cepat pulih. Ia tak ingin seperti ini terus, ia harus melindungi keluarganya. Setela
"Kenapa kau terlihat terburu buru sekali, Ras?" tanya Kevin.Riri yang hendak melanjutkan langkahnya meninggalkan tempat suaminya berada, harus kembali berhenti lantaran tangannya dicekal oleh Kevin.Dia ingin segera berlalu dari sana sebenarnya namun karena ditahan oleh Kevin membuatnya tak bisa kemana mana, apalagi keringat dingin telah membasahi wajahnya sekarang karena perutnya kian terasa nyeri."Kau kenapa?" tanya Kevin yang menyadari ada yang tidak beres dengan diri istrinya. Namun Riri hanya bergeming saja, dan.....BrukkTubuh Riri ambruk tak sadarkan diri, membuat Kevin semakin khawatir dengan kondisi istrinya. Apalagi melihat wajah pucat sang istri, padahal baru kemarin Riri keluar dari rumah sakit namun sekarang justru terjadi hal seperti ini.Untung saja Kevin berada disamping Riri sehingga dengan sigap ia dapat menangkap tubuh sang istri yang ambruk. Tanpa pikir panjang langsung saja ia menggendong tubuh besar Riri yang melebar berkali lipat karena kehamilannya."Ras, Sa