Malam hari,Setelah beristirahat nyatanya tak membuat Riri lupa dengan rasa kesalnya. Riri masih merasa kesal karena kedatangan Joana, sebab Joana merasa bahwa ia sengaja membuat rencana pernikahan mereka berantakan. Padahal ia tak sengaja karena orang tuanya yang memaksa untuk menceritakannya.Mami menghampiri Riri yang terlihat lesu duduk di samping kolam, kemudian ikut duduk di sampingnya. Sejak tadi siang wajah Riri terlihat murung dan masam."Kamu kenapa sayang?" tanya mami pelan."Kesal mi, sama orang yang sok penting sekali.""Siapa nak?"Kemudian Riri menceritakan tentang kedatangan Joana dan menuduhnya seperti itu, ia merasa kesal karena di tuduh yang tidak tidak. Apalagi secara terang terangan dia mengatakan tak suka jika Riri pernah menikah dengan mantan suaminya.Memangnya apa hak Joana, toh dulu mereka menikah atas dasar suka sama suka hanya saja nasih pernikahannya tak semujur itu hingga terjadi perceraian."Riri berani bersumpah mi. Aku nggak seperti itu."Kedatangan Jo
Hancur, malu, sakit itu yang di rasakan Silvi saat ini. Dia yang biasanya bersikap seenaknya kini hanya menunduk karena malu, pasalnya mereka sedang di tempaf umum.Tiga kali tamparan aku dapat di kedua pipiku, satu dari Sherly dan dua dari tante Zara. Awas kalian akan aku balas berkali kali lipat kalian semua.Silvi sedikit kesal dengan om Tio, sebab ia tidak mencegah mereka untuk menampar dan mempermalukanya. Oke lah om Tio masih membelanya di depan mereka tapi om Tio tidka bisa mencrgah tamparan itu.Setelah tante Zara, Sherly dan antek anteknya pulang. Om Tio mendekati Sherly."Baby, kamu kenapa?" tanya om Tio."Sakit om." jawab Silvi mencebik sebal, sudah tahu sakit habis kenapa tiga tamparan malah tanya."Kita ke rumah sakit sekarang ya."Om Tio panik ketika melihat wajah Silvi yang sedikit lebam, dan begitu pucat pasi. Om Tio segera menggendong Silvi begitu saja, Ia begitu mengkhawatirkan kondisi Silvi saat ini.Teenyata di luar baik Zara maupun Sherly belum pergi dari tempat i
"Aduh, kok saya jadi was was ya dengan calon mertua Joana. Kayaknya mesti hati hati." ucap bu jeni."Harus jeng, saya juga dulu begitu hati hati sekali. Pasalnya Riri itu anak baik, jadi saya lebih percaya padanya. Ternyata memang sikap mantan mertuanya yang agak bar bar. Maaf lo bu bukan maksud saya gimana gimana." ujar mami.Bu Jeni teringat kembali pada anaknya yang dulu hilang, jika sekarang masih hidup pasti sudah seusia dengan Riri dan akan sangat cantik."Ooh, Joana punya kakak toh jeng?""Mmh, Joana sebenarnya anak angkat kami jeng. Karena anak kandung kami sebelumnya hilang, sampai saat ini pun tidak ada kabar." Bu Jeni bercerita sambil berkaca kaca.Mami Maria yang menyadari kesedihan dari raut bu Jeni, segera mengganti topik pembicaraan agar tak kembali sedih.****Saat ini Riri sedang berada di kamarnya, duduk di depan meja rias sambil terus memperhatikan kalung liontin yang tengah di pakainya. Kalung berbentuk hati dan ada inisial J di tengahnya, begitu lucu baginya.Namu
Kevin menoleh ke arah Riri lalu tersenyum manis, membuat Mira semakin terbakar cemburu. Pasalnya yang ia tahu Kevin jarang sekali dekat dengan seorang wanita, bahkan Kevin juga bersikap dingin dan cuek bila pada lawan jenisnya. Yang ia tahu pria itu hanya berpacaran dengan Imelda.Namun bagaimana mereka bisa menikah, lalu kemana Imelda. Ia tersenyum walau terpaksa ketika Riri melebarkan senyumnya. Meskipun hatinya terasa panas melihat pemandangan di depannya."Lalu bagaimana dengan Imelda?" Mira sengaja memancing amarah Riri. tapi wanita itu tetap saja tersenyum sejak muncul keluar dan wajahnya tak terlihat panik sekalipun."Oh, entahlah. Aku dan dia sudah tidak ada hubungan apapun.""mengapa kalian berpisah?" Mira terus saja mencoba memancing kemarahan Riri."Ada sesuatu yang membuatku tak bisa bersama dia." jawab Kevin cuek.Mira terus saja menggerutu dalam hati, andai ponselnya tidak hilang maka dia pasti tahu info tentang Kevin yang sudah tidak bersama dengan Imelda. Setidaknya ia
Hari ini, Joana berdiri di depan cermin melihat bayangannya dengan tersenyum lepas. Melihat wajahnya dengan polesan cantik, ia sudah bersiap untuk menemui Rian nanti.Bu Jeni menghampiri Joana, sang anak yang akan di persunting seorang pria. ada rasa sedih di hatinya karena sebentar lagi ia akan berpisah dengan anaknya."Sayang, kamu sudah siap?" tanya bu Jeni"Siap, mah."Mereka keluar dari kamar, menghampiri keluarga Rian yang sudah menunggunya di ruang tamu. Penampilan Joana membuat sang kekasih terkesiap ketika melihatnya, sementara bu Dara terlihat kecewa.Bu Dara berpikir akan menerima acara lamaran yang luar biasa, ternyata hanya acara keluarga saja yang di hadiri keluarga inti. Padahal, bu Dara sudah bersiap untuk live di sosial media miliknya untuk acara lamaran yang ia pikir super besar itu.Namun, nyatanya semua tak sesuai harapan, acaranya jauh dari kata mewah yang membuat wajah bu Dara masam."Bu, senyum dong. Kenapa wajahnya di tekuk seperti itu, tidak enak lah dengan me
Dokter keluar dari ruang rawat Riri, dengan wajah lesu."Pasien membutuhkan banyak darah, golongan darahnya B. Sedangkan stok darah di rumah sakit sedang menipis tapi masih kami usahakan. Barang kali dari pihak keluarga ada yang cocok itu lebih baik." ucap dokter.Seketika tubuh mami menjadi lemas, begitu pun dengan Kevin. Ia langsung terduduk di kursi rumah sakit. Jika darah mereka sama pasti mereka akan langsung memberikannya, tapi baik mami maupun Kevin golongan darah mereka O .Kevin mulai mencari dan menghubungi keluarga yang lainnya barang kali ada yang cocok, tak lupa ia juga mengetik status di sosial media.Hal yang sama pun di lakukan oleh mami, wanita paruh baya itu langsung menghubungi teman temannya dan juga di beberapa PMI barang kali ada stok darah yang cocok.'Urgen, di butuhkan golongan darah B untuk menantu saya. Bisa langsung datang ke rimah sakit Pelita atau bisa hubungi kontak ini terlebih dahulu.'Kondisi Riri semakin melemah, karena stok darah di rumah sakit suda
Esok hari,Dokter yang tengah memeriksa kondisi Riri segera memberitahukan pihak keluarga karena Riri kini sudah sadar. Kevin sudah di perbolehkan untuk menjenguknya namun yang lain belum boleh, jika mereka ingin menjenguk maka harus bergantian masuknya. Sebab kondisi Riri belum stabil.Selama Riri di rumah sakit, Pak Yuda dan bu Jeni juga sering bolak balik kesana untuk melihat Riri. Di dalam ruangan, Riri yang sudah sadar belum bisa berbicara. Hanya bisa menggerakan mata dan bibir saja. Kevin duduk di samping brankar Riri dan menggenggam tangan sang istri"Sayang, akhirnya kamu sadar juga. Aku sangat cemas." ucap Kevin.Riri mencoba untuk tersenyum, namun kepalanya kembali sakit, kepingan kepingan ingatan yang masih buram tiba tiba kembali muncul. Ada suara anak kecil yang menangis sambil memanggil ibu dan ayahnya."Mama , Papa." ucap anak kecil itu menangis dan meronta dalam gendongan seseorang.Kevin semakin cemas karena melihat Riri kesakitan sambil memegang kepalanya. Ia bergega
Ternyata di luar ruang rawat Riri sudah ada Joana dan juga Rian, sebenarnya merwka enggan mau masuk tapi karena terlanjur Kevin melihat mereka. Mau tidak mau akhirnya mereka menyapanya."Gue turut prihatin ya, Vin." ucap Rian sambil menepuk pundak Kevin."Terima kasih Yan, dia sudah lebih baik kok." jawab Kevin.Rasanya Rian benar benar ingin menjenguk Riri, namun dari tadi Joana memegangi tangannya seakan tak ingin berpisah. Rian hanya biaa pasrah dan ia juga takut Riri akan semakin memburuk jika bertemu dengan dirinya. Sedangkan wanita tersebut tak ingin berbasa basi atau pun menyapa Kevin.Kevin sampai geleng geleng kepala melihat tingkah Joana, kemudian ia kembali masuk ke dalam ruangan. Terlihat Riri sedang melamun, ia kembali memikirkan tentang kedua orang tua yang muncul dalam bayangannya.Riri sangat berharap bisa segera mengingat tentang masa lalunya, namun semakin keras ia mencoba untuk mengingat maka akan semakin sakit pula kepalanya."Kenapa hmm, sakit lagi?" tanya Kevin.