Setelah melewati pergulatan panas yang hampir satu jam itu akhirnya Hanzero ambruk di samping Arumi,napas keduanya masih tersengal sengal.Hanzero menarik tubuh polos Arumi kedalam dekapannya." Terima kasih Sayang." Hanzero mengecup kening Arumi,Arumi hanya tersenyum sambil mengangguk.Saat Hanz akan menarik kembali Arumi kedalam dekapan,Arumi malah menolaknya."Mas!" Ucap Arumi sambil melotot."Kenapa Sayang?" Tanya Hanz keheranan." Aku laper Mas." Jawab Arumi sambil mengelus elus perut.Hanzero terkekeh melihat wajah menggemaskan Arumi saat lapar."Yasudah kita mandi dulu habis itu baru makan." Yang mendapat anggukan dari Arumi."Mas dulu apa aku dulu yang mandi?" Tanya Arumi, Ia menggeser tubuhnya ke ujung kasur."Mandi bareng dong sayang." Ucap Hanz Yang langsung mendapat lemparan bantal dari Arumi."Enggak ya Mas!,nanti ujung ujungnya mandinya lama." Celoteh Arumi sambil berjalan ke kamar mandi meninggalkan Hanz yang masih senyam senyum di atas kasur." Gak apa apa lah yank,n
"Cari tau tentang keluarga Hanzero,terlebih istrinya,pantau semua pergerakan mereka." Ucap seseorang di balik telepon."Baik Tuan,saya akan kerjakan." Jawab seseorang jauh di sebrang sana." Kali ini saya tidak mau dengar kata gagal dari mulut kalian,jika gagal saya tidak akan memberikan bayaran kalian dan kalian harus menanggung akibatnya."" Baik Tuan,saya jamin misi kali ini tidak mungkin gagal." Si pria disana berkata dengan sangat yakin." Baiklah, Saya tunggu laporan secepatnya."" Baik Tuan."Tut!Tut!Panggilan diputus secara sepihak. Di sebuah bangunan yang tidak jauh dari kediaman rumah keluarga Hanzero seseorang sedang memperhatikan setiap gerakan di rumah itu dengan menggunakan teropong.Dia bisa melihat dengan jelas apa saja yang dilakukan para penghuni rumah tersebut,salah satunya seperti sekarang Pria itu menyaksikan keromantisan pasangan muda yang sedang berada di teras. Arumi yang mengantar Hanzero untuk bekerja, seperti kebiasaan mereka selama ini,Arumi mencium ta
Setelah masuk kedalam kamar Arumi bergegas mengganti baju,memoles wajah nya dengan sedikit make up agar tidak terlalu pucat.Arumi mengambil tas beserta Hp nya,sebelum keluar kamar Arumi terlebih dulu menghubungi suaminya untuk meminta Izin."Hallo Sayang.ada apa tumben?" Tanya Hanz di seberang sana." Em. Mau minta izin boleh gak Mas?" Bukannya menjawab Arumi malah balik bertanya.."Emang kamu mau kemana sayang?""Aku mau keluar sama Mama,Ka Shella juga. Boleh ya Mas." Ucap Arumi dengan nada memelas.Beberapa detik belum ada jawaban dari Hanzero hingga membuat Arumi kesal"Ih. Mas gimana boleh gak!" Ucap Arumi sedikit ngegas.Setelah berpikir Hanz mengizinkan Arumi keluar,dia pikir akan aman karena bersama dengan Mama dan Shella.Tanpa Hanzero sadari ada musuh yang sedang mengincar keluarganya, jika dia lengah sedikit saja maka akan jadi peluang untuk mereka.Seperti sekarang,Hanzero membiarkan Istrinya pergi tanpa dirinya walau sudah ada beberapa pengawal yang akan ikut, tapi lawan
Hari sudah semakin sore, Mama, Shella dan Arumi sudah dalam perjalan pulang.Tiba-tiba mobil pengawal mereka mengalami pecah ban, karena Arumi yang sudah mengeluh lelah akhirnya Mobil yang membawa ketiga wanita itu memilih pulang terlebih dahulu.Sampai di jalanan yang sepi ada mobil jip yang mengikuti mereka, awalnya pak supir tidakanaruh curiga namun ketika mobil di belakangnya selalu mengikuti kemana mobil yang dibawanya.Pak sopir pun langsung tancap gas, tanpa mereka tahu, ternyata di depan sudah ada satu mobil dan juga beberapa orang preman yang mencegat mobilnya.Tentu saja, hal itu menimbulkan kepanikan bagi penumpang di dalam mobil.Dor!Dor!"Buka!" Bentak beberapa orang preman yang sambil mengedor kaca mobil."Ma. ini Gimana Ma!" Shella dan Arumi panik."Mama juga nggak tahu!, Pak kunci semua kaca jendela." perintah Mama. " Sudah Nyonya." jawab pak supir singkat.Dor!Dor!"Aaaaaaa…!!!" Arumi teriak histeris, saat kaca jendelanya di gedor dari luar."Cepat keluar!" "Ma
Sam sudah mengatur strategi agar dia bisa dengan leluasa masuk dan mengecek setiap ruangan yang ada di gedung tersebut.Dengan sengaja Sam melempar batu ke arah ruang depan, hingga membuat kedua orang itu cukup terkejut dan berlari ke depan meninggalkan makanannya, tanpa curiga sama sekeli.Dengan cepat Sam menaruh sesuatu di makan mereka, setelah selesai Sam kembali bersembunyi. "Tidak ada siapa-siapa, mungkin kucing." Ucap si pria bertubuh gempal."Lagian siapa yang akan datang ke gedung terbengkalai di tengah hutan seperti ini." Timpal yang satu lagi.Mereka berbicara sambil berjalan masuk kembali, setelah memastikan di depan aman."Ya juga sih! Yasudah ayo. Kita lanjut lagi makan." Yang langsung di angguki rekannya.keduanya makan dengan lahap tanpa curiga sedikitpun, Sam menyunggingkan senyum, rencananya berhasil.Berbeda dengan Sam, Hanzero baru saja bisa masuk, saat ini sedang mengendap endap sembunyi di balik tembok, matanya menyapu sekeliling.Rasanya sangat mustahil ada or
Dengan langkah gontai Hanzero keluar dari ruangan dokter, hatinya begitu hancur sekarang rasa bersalah dan menyesal menyelimuti hatinya.Andai saja! andai saja waktu bisa diputar kembali Hanzero tidak akan mengizinkan Arumi pergi tanpa dirinya. Walau sebenarnya pengamanan yang Hanz berikan sudah maksimal nyatanya ia masih saja kecolongan, hingga menyebabkan istrinya terluka dan harus merelakan calon anak mereka.Hanz duduk di kursi tunggu ruang operasi, ia segera menghubungi seseorang untuk menyelidiki kasus ini.Ceklek!Pintu ruangan terbuka,Hanz segera mematikan sambungan teleponnya."Sayang!" Hanz berlari menghampiri bankar yang baru saja keluar dari ruangan operasi tersebut.Hanz menciumi seluruh wajah Arumi yang masih belum sadar paska operasi. Hatinya lega sekarang melihat istrinya selamat walau ia harus kehilangan calon bayinya."Maaf Tuan, kami harus membawa pasien keruangan rawat, anda bisa menemuinya disana nanti." Ucap salah satu perawat.Hanz hanya mengangguk, para susterp
Plan B(rencana jahat Vanya dan Lubis)Hanzero tidak tahan melihat istrinya, ia memeluk erak sang istri mencoba menenangkan dan menguatkannya, Hanzero berusaha'' sekuat tenaga agar air matanya tidak menetes."Sabar sayang, kita harus sabar.""Mereka jahat mas, mereka bunuh anak kita mas!" Arumi masih histeris di pelukan sang suami.Hati Hanzero terasa sangat sakit, melihat sang istri begitu terpukul kehilangan calon anak mereka.Cukup lama Hanz menenangkan Arumi, akhirnya Arumi kembali tertidur setelah Hanz memanggil dokter.Pagi menjelang Mama dan Ka Shella yang sama dirawat di rumah sakit tersebut, pagi-pagi sekali sudah berkunjung ke kamar Arumi, untuk melihat keadaan menantu kesayangannya.Ceklek! Pintu kamar Arumi terbuka, begitu masuk Mama langsung menghampiri Arumi yang sedang disuapi Hanzero. "Sayang, gimana keadaanmu nak?" Tanya Mama."Ma.." Arumi menangis kembali di pelukan sang Mama."Apa yang sakit Nak?" Tanya Mama yang belum mengetahui jika ia kehilangan calon cucunya.
Siapa Dia?Di rumah sakit Mama sangat telaten mengurusi Arumi walaupun Mama sendiri terlihat masih sangat lemas tapi Mama lebih mementingkan menantu kesayangannya dibanding dirinya sendiri.Seperti saat ini Mama sedang menemani Arumi."Nak. kamu mau makan buah apa biar mama yang kupasin."" EMm..sepertinya jeruk aja deh Mah. " Jawab Arumi." Oke, biar mama yang kupas ya." Mama mengambil satu buah jeruk yang tersedia di meja. Setelah selesai mengupas buah Mama dengan Telaten menyuapi Arumi.Mama mengajak ngobrol Arumi agar Arumi sedikit terhibur dan tidak murung, sedangkan Shella sudah dijemput suaminya tadi pagi, karena kondisi Sella sudah membaik jadi suaminya membawanya pulang pagi tadi, sedangkan Mama lebih memilih menemani Arumi di rumah sakit.Jam sudah menunjukkan pukul 04.00 sore sudah waktunya jam pulang kerja Hans bergegas keluar dari ruangannya.Bersamaan dengan para pekerja yang hendak pulang juga. Setiba di parkiran Hanz langsung menuju mobilnya dan bergegas meningga
Hampir seperapat jam, akhirnya mobil Hanzero tiba di klinik.Hanz memarkirkan mobilnya.Hanz keluar, lalu memanggil suster untuk membantu Arumi.Dua orang suster mengikuti Hanz sampai mobil dengan membawa brankar.Tiba di mobil Hanz langsung menyuruh Mama keluar terlebih dulu, lalu setelahnya Hanzero membantu Arumi untuk keluar."Pelan pelan Hanz." ucap Mama.Perlahan Hanzero mengendong Arumi, lalu memindahkannya membaringkan tubuh Arumi di atas brankar.Kedua suster mendorong brankar masuk ke dalam klinik.Hanz selalu setia menemani, tanggannya menggenggam erat tangan Arumi, berjalan bersebelahan dengan brangkar. Sedangkan Mama mengikuti dari belakang.Tidak berapa lama tiba di ruang bersalin."Maaf. Yang bisa masuk hanya satu orang." ucap suster memberitahu."Kamu saja yang masuk, temani Arumi." ucap Mama pada Hanzero. Hanzero mengangguk lalu ikut masuk bersama suster.Mama tahu setiap istri yang melahirkan pasti ingin di temani suaminya, sama halnya dengan Mama dulu saat melahirkan
Arumi kontraksi!Arumi menunggu Hanz di dalam mobil. Arumi sudah tidak sabar untuk menyantap belalang goreng.Liurnya sudah ingin menetes membayangkan betapa renyahnya belalang berpadu gurih l,pedas manisnya bumbu.Uh! Pasti sangat nikmat.Ngidam yang ektrim bukan?Arumi pun baru kali ini sebenarnya, sebesar ini Arumi belum pernah merasakan namanya belalang goreng atau mungkin ini bawaan bayi? Entahlah!Hanz kembali kedalam mobil setelah mendapatkan apa yang di inginkan istrinya. Sebagai suami yang baik Hanz selalu melakukan apa saja yang membuat Arumi bahagia, asal itu tidak melanggar norma norma yang ada."Ini Sayang." Hanz mengulurkan tangan yang memegang satu cup berisi belalang goreng pedas manis.Hanz sendiri sebenarnya agak ngeli jika melihat melihat hewan sejenis belalang. Apa lagi untuk memakannya.Tidak dulu deh!Kres!Kres!Terdengar bunyi belalang saat Arumi mengunyahnya. Hanzero hanya menatapnya dengan tatapan aneh. Tidak berapa lama Hanz kembali tersadar, Ia pun menyala
Hoam. Arumi menutup mulutnya.Saat ini Arumi baru saja bagun tidur siang, Arumi tersenyum pertama kali ketika membuka mata pemandangan indah ada di hadapannya.Bagaimana tidak!Wajah Hanzero berada tepat di hadapan wajahnya. Malam tadi mereka tidur saling memeluk satu sama lainya.Arumi membelai wajah tampan Hanzero, hidung mancung, alis tebal ukiran wajah yang indah membuat ketampanan nya semakin bertambah.Semakin hari Arumi semakin memupuk cintanya hingga tumbuh subur di dalam hati.Ketika Arumi sedang fokus membelai wajah Hanzero, tiba tiba Hanzero membuka mata."Sudah puas belum, lihat suamimu yang tampan ini." goda Hanzero.Membuat Arumi reflek melepaskan tangannya.Pipinya pun memerah merona karena malu.Hanz suka melihat Arumi saat tersipu malu seperti saat ini." M_mas udah bangun." Arumi mengalihkan pembicaraan."Mas udah bangun sebelum kamu bangun tadi." jawab Hanzero, yang membuat Arumi membuka mulutnya lebar.' Ya ampun, berarti Mas Hanz tahu dong! Aku menciumnya tadi.' b
Lubis memperhatikan gambar yang di tunjuk Alika, raut wajahnya seketika berubah.Lubis memperhatikan foto USG yang ada di tangannya.Mata berbinar memancarkan kebahagian."Alika! Apa keponakan ku laki laki?" tanya Lubis dengan nada sangat bersemangat.Alika mengangguk."Ia Mas, menurut hasil USG ini bayi Vanya berjenis kelamin laki laki." "Haah!" Lubis memeluk Alika dengan penuh rasa bahagia."Alika, Aku sungguh bahagia mendengar kabar ini." ucap Lubis yang masih memeluk Alika erat.Sedari dulu Lubis memang sangat menginginkan bayi laki laki, namun Tuhan belum menghendakinya.Dan sekarang!Lubis akan memiliki keponakan laki laki. ______Hubungan Lubis dan Hanzero berangsur membaik setelah kejadian tempo lalu. Bukan hanya dari hubungan bisnis saja tapi di kehidupan pribadinya juga.Arumi sering mengajak berkunjung ke kediaman Lubis untuk sekedar menjenguk Vanya.Walau Vanya sendiri tidak pernah berinteraksi langsung dengan Arumi. Karena memang Vanya banyak melupakan orang orang di
Dokter Lidia tersenyum, lalu pandangannya mengarah ke layar. "Sepertinya Dede bayi masih malu malu, tuh liat di sembunyikan." ucap Dokter Lidia terkikik pelan.Posisi bayi saat ini sedikit memiringkan tubuhnya hingga bagian alat kelaminnya tertutupi.Hanzero dan Arumi menarik sudut bibirnya mengukir sebuah senyuman.Ini yang pertama bagi Arumi dan Hanzero jadi mereka begitu bahagia saat mendengar detak jantung bayinya untuk yang pertama kali.Di dukung dengan fasilitas kesehatan yang sudah canggih, bisa melakukan USG 3 Dimensi."Sepertinya memang seperti itu Dok." ucap Hanzero.Setelah pemeriksaan selesai, Arumi kembali duduk.Dokter Lidia menjelaskan apa apa saja yang boleh Arumi lakukan.Setelah selesai Arumi dan Hanz keluar ruangan Dokter.Hanz mengandeng Arumi, berjalan hendak keluar."Hanzero tunggu!" panggil seseorang dari belakang.Hanz menghentikan langkahnya, begitu juga Arumi. Kedua nya berbalik.Lubis! batin Hanzero.Arumi menyikut pelan lengan Hanzero."Mau apa dia Mas? bis
Pemberitaan pagi ini di penuhi pemberitaan tentang klarifikasi Hanzero kemarin malam. Berbagai judul yang muncul membuat Hanz geleng geleng kepala.‘Klarifikasi mantan tunangan vanya terkait skandal viralnya’‘Mantan tunangan Vanya tidak mau ikut campur’Masih banyak lagi judul pemberitaan yang menurut Hanz sangat tidak penting.Semenjak vidionya viral, Vanya bukan hnaya kehilangan pekerjaannya sebagai model. Banyak PH yang memutus hubungan kerja sepihak.Hal itu membuat Vanya frustasi, bahkan Vanya harus menanggung malu atas perbuatannya sendiri. Dan semenjak itu Vanya tidak menunjukan batang hidungnya, karena setiap hari banyak wartawan di depan rumah Lubis, bahkan Lubis sampai menambah penjaga untuk mengaja keamanan rumahnya.Bukan hanya Vanya yang menanggung akibatnya, tapi Lubis ikut menangung imbas dari kelakuan adik perempuannya.Setelah berita Vanya naik ke permukaan banyak insvertornya yang memutus buhungan kerja sama mereka. Walau Lubis sudah berusaha menjelaskan namun mere
Hanzero mulai kesal, para wartawan tidak ada satupun yang pergi, mereka masih menunggu Hanzero."Arp. Kita pulang sekarang, jika menunggu mereka mau sampai kapan?" Hanzero mulai putus asa.Hanzero sudah menunggu dari jam tujuh malam dan sekarang sudah pukul sembilan, selama itu Hanzero menunggu."Baik Tuan, tapi satu satunya jalan. Tuan harus menghadapi mereka." "Tidak ada pilihan!" hanya itu yang keluar dari mulut Hanzero.Hanzero melangkahkan kaki keluar dari ruangannya diikuti Arpha.Keduanya berjalan, melewati lorong. Tibanya di di ujung lorong tepatnya dimana pintu lift berada.Arpha dengan cekatan menekan tombol 1 dimana lantai dasar berada.Tring!Pintu lift terbuka, Hanzero bersama Arpha masuk.Pintu lift tertutup, membawa Hanz dan Arpha menuju lantai dasar gedung.Beberapa menit kemudian Hanz bersama Arpha, tiba di lantai bawah.Setelah pintu terbuka, Hanz bersama Arpha keluar.Para wartawan yang melihat pun langsung heboh."Lihat! Itu Tuan Hanzero keluar!" Teriak salah sat
Pagi ini dihebohkan dengan berita Viral seorang model hamil di luar nikah.Bahkan vidionya sudah tersebar di berbagai aplikasi di medsos.Berita di TV pagi ini hanya semua membahas Vidio Viral yang beredar, dalam waktu semalam Vidio itu sudah tersebar luas dan menjadi trending no 1.Vidio berdurasi beberapa menit itu menampilkan seorang wanita sedang memohon dan meraung pada seorang pria, tapi pria tersebut tidak mempedulikannya bahkan meninggalkan wanita itu.Suara si wanita pun terdengar sangat jelas, bahkan wajahnya terekspos dengan sempurna.Ya! Wanita itu adalah Vanya.Tanpa di sadari semalam ada seorang wartawan yang kebetulan sedang berada di situ.Keberuntungan bagi seorang wartawan mendapat berita sepanas ini.Namun kehancuran bagi Vanya, bukan hanya nama baiknya yang tercoreng tapi karirnya pun akan ikut hancur."Mas!" teriak Alika, begitu sampai di kamar."Kenapa? Pagi pagi sudah ribut!" bentak Lubis yang baru saja keluar kamar mandi.Alika mengambil napas sebelum kembali b
Vanya masih saja mengelak tidak mau mengakui kebenarannya.Lubis mulai jengah.Lalu Alika yang sedari diam, mulai berbicara."Lebih baik sekarang kita cek ke Dokter, untuk memastikan kebenarannya jika Vanya beneran hamil atau tidak. Jika terbukti Vanya hamil maka, kamu Mas." Tunjuknya pada Lubis."Harus segera menikahkan Vanya dengan laki laki yang sudah menghamilinya sebelum publik tahu dan akan mencoreng nama baik mu dan keluarga." Vanya menggeleng.Jika ke rumah sakit pasti akan ketahuan. Batin Vanya.Aku harus mencari alasan untuk ini. Lagi pula aku belum memberitahu David soal kehamilanku."Aku gak mau ke Dokter!" Tolak Vanya."Lagipula aku tidak hamil, aku hanya sedang tidak enak badan." Elak Vanya."Aku hanya butuh istirahat. Itu saja!" Vanya berdiri dan langsung pergi meninggalkan Lubis dan Alika."Vanya! Aku belum selesai berbicara!" Teriak Lubis, namun Vanya tidak menghiraukan dan melanjutkan langkahnya.Sampai di kamar Vanya mendudukan diri di pinggir tempat tidur.Sungguh