Share

Chapter 6

Penulis: Author newbie
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-16 18:41:53

Matahari belum sepenuhnya muncul di langit, tetapi kediaman Guntara sudah didatangi oleh seorang wanita paruh baya yang mengamuk di depan pagar. Ia menggucang-guncang pagar dan melempar semua benda ke pagar hingga meimbulkan kebisingan, di belakangnya juga ada seorang pria dengan perawakan seperti preman dan pria itu adalah anak buahnya. Ia adalah Rista, seorang rentenir sekaligus teman satu geng arisan Imah.

"Bu Imah, keluar! bayar hutangmu! Jangan berlagak sok kaya tapi hutang menumpuk!" teriak sambil terus menendangi pagar.

Dari balik gorden wajah Imah terlihat pucat pasi bahkan ia tidak berani mengeluarkan suaranya, para tetangga juga mulai keluar dari rumah mereka dan melihat Rista mengamuk di depan rumah. Rista tidak ragu membeberkan hutang Imah yang hampir mencapai tiga ratus juta kepada para tetangganya, Rista juga membeberkan aib Imah soal ia yang memiliki simpanan pria muda di luar sana. Imah mengepalkan tangannya karena terlalu geram pada Rista, ia ingin sekali merobek mulut Rista yang terlalu cerewet tetapi ia tidak memiliki keberanian bahkan untuk sekedar menujukkan wajahnya dari jendela.

"Bu, ini ada apa? kenapa bu Rista membuat keributan dirumah ini?" tanya Adimas dengan raut wajah kesal, ini baru jam tujuh pagi dan tidurnya terganggu karena teriakan Rista.

"Nak, tolong ibu. Bu Rista menagih hutang ibu yang sudah lewat tempo, bisa kan kamu bayarkan dulu?" pinta Imah sambil memegang tangan Adimas.

"Berapa hutang ibu?"

"Dua ratus sembilan puluh lima juta," jawabnya dengan nada ketakutan.

Semua orang sontak terkejut setengah mati mendengar nominal yang Imah ucapkan, bukannya dibantu Imah justru malah dimaki juga oleh kedua anak perempuannya karena berhutang begitu banyak. Mereka juga memaksa Imah untuk jujur soal hutang tersebut, selama ini mereka selalu memberikannya uang lebih dari cukup. Apapun yang Imah inginkan pasti mereka berikan, Adimas bahkan sampai tidak menafkahi Karina dengan layak demi menuruti permintaan Imah. Setelah mendengar alasan Imah tentu mereka tidak habis pikir dengan kebodohan Imah, bisa-bisanya ia diporoti oleh pria yang usianya sama dengan Anindya . Rista sekarang semakin tidak terkendali di luar sana, bahkan ia sampai mengundang ketua RT untuk membantunya menemui Imah.

"Windy, Anindya. Kalian punya uang tabungan kan untuk membantu mas membayar hutang ibu? tabungan mas tidak cukup untuk membayar lunas bu Rista,"

"Apa? mas gila ya! aku tidak mau menggunakan uangku untuk membayar hutang ibu! suruh ibu pikir sendiri bagaimana cara membayarnya!" bentak Anindya lalu pergi, ia tidak mau perduli mau diapakan ibunya oleh Rista.

"Win.."

"Maaf mas, uang itu mau Windy pakai untuk menikah dengan Aryo."

Kini hanya tinggal Imah, Adimas dan Alya yang masih berdiam di ruang tamu. Adimas baru ingat jika kemarin Alya mengambil uang tabungan Karina sebanyak enam puluh juta, uang itu bisa ia gunakan untuk membantunya membayar setengah hutang Imah.

"Al, mana uang tabungan Karina yang kamu ambil tempo hari lalu? aku membutuhkan uang itu." ujarnya sambil menandahkan satu tangannya di hadapan Alya.

Alya terlihat gelisah, "Mas, uangnya sudah habis."

"Apa? itu uang yang sangat banyak Al, bagaimana bisa kamu menghabiskannya hanya dalam waktu dua hari!"

"Aku membelanjakan uang itu untuk keperluan pribadiku dan kebutuhan calon anak kita mas, itu justru kurang!" Alya mencebik kesal.

Adimas mengacak rambutnya karena terlalu frustasi, ia juga tidak mungkin mengeluarkan semua uang tabungannya untuk membayar hutang ibunya. Mobil yang ia gunakan juga mobil dinas milik kantor, hanya rumah ini yang bisa Adimas jadikan jaminan tetapi Adimas tidak akan rela jika rumah ini diambil oleh Rista. Rista kini sudah berhasil membobol pagar rumah, ia masuk bersama dua orang polisi dan setelah ia berhasil menemukan Imah ia menyeret Imah keluar dan mempermalukannya. Keadaan begitu kacau, tetapi polisi berhasil mengamankan Imah masuk ke dalam mobil dan memberikan Adimas surat tugas penangkapan Imah atas tuduhan penipuan.

"Adimas, ibu tidak mau dipenjara." ucap Imah dengan air mata berlinang, kedua tangannya kini sudah diborgol.

"Bu, tunggu Adimas ya. Adimas akan mencoba mencari jalan keluar untuk membebaskan ibu,"

Imah sukses menjadi bahan gosipan semua orang di perumahan ini dan berita penangkapannya juga langsung tersebar luas ke luar komplek dalam waktu cepat, nama baik keuarga Guntara hancur dalam waktu kurang dari satu hari akibat ulahnya.

********

"Ibu Imah sudah dipenjara sekarang, tuan muda."

"Bagus, jangan biarkan wanita itu keluar dengan mudah."

Kaivan menyesap kembali teh chamomilenya sambil menikmati pemandangan indah di hadapannya, bukan hal yang sulit untuknya menghancurkan hidup seseorang dalam sekejap tanpa mengotori tangannya.

"Bagaimana bisa kamu tau soal hutang ibu mertuaku yang aku sendiri bahkan tidak tau?" tanya Karina penasaran.

"Kamu bisa mendapatkan dan mengetahui apapun yang kamu inginkan selama kamu memiliki uang, Karina."

"Apa lagi yang kamu tau soal keluarga Guntara?"

"Banyak, persiapkan saja dirimu untuk membalas perbuatan mereka." sahutnya dengan satu sudut bibir terangkat.

Sejujurnya Karina merasa agak takut dengan Kaivan, tetapi ia sudah sampai sejauh ini demi membalas perbuatan Adimas dan keluarganya termasuk juga Alya. Ia tidak boleh lemah, setiap memar dan luka hati yang ia rasakan harus mereka bayar. Mereka pantas sengsara, tidak ada satupun dari mereka yang boleh bahagia setelah memperlakukannya seburuk ini.

**********

"Mas, tidur yuk. Aku ngantuk, mau dikelonin sama mas." pinta Alya manja sambil bergelayut di lengan Adimas.

Sejak Karina pergi dan menghilang tanpa kabar, juga ditahannya Imah karena hutangnya pada bu Rista, sikap Adimas kini berubah sangat dingin padanya. Alya tidak diperhatikan seperti biasanya, bahkan Adimas lebih sering berada di luar rumah untuk mencari pinjaman uang dan baru akan kembali saat tengah malam. Sejujurnya Alya merasa agak keberatan jika Adimas menggunakan uang tabungannya untuk membayar hutang Imah, karena jika tabungan Adimas terkuras habis maka Alya tidak akan bisa berfoya-foya lagi. Adimas juga lupa soal janjinya yang ingin memberikan Alya kalung berlian, bahkan honeymoon mereka batal karena masalah yang datang tidak kunjung selesai.

"Mas, kamu denger gak sih!" bentak Alya kesal karena diabaikan oleh Adimas.

"Kalau kamu ngantuk, tidur duluan saja sana Al! aku lagi pusing, jangan buat aku tambah pusing!" bentak Adimas balik lebih keras.

Bola mata Alya langsung berkaca-kaca saat dibentak oleh Adimas, setelah melihat istri mudanya itu menangis Adimas langsung tersadar dari amarahnya dan memeluknya erat sambil meminta maaf. Adimas hanya merasa sangat kelelahan, ditambah dengan masalah Karina dan Imah yang sangat membebaninya. Setelah berhasil menenangkan Alya, Adimas lalu menggiring Alya ke dalam kamar dan menuruti keinginnya. Namun saat mereka baru melakukan pemanasan, tiba-tiba terdengar suara benturan dari halaman rumah seperti pagar yang ditabrak juga suara deru mesin mobil. Adimas berlari keluar untuk melihat siapa yang sudah membuat keributan di rumahnya, saat pintu utama terbuka Adimas langsung disergap oleh dua orang pria bertubuh kekar yang tidak ia kenal.

"Tanda tangani surat ini, sekarang!" titah salah satu pria yang berdiri di hadapannya, sedangkan yang satunya lagi memegangi kedua tangannya agar ia tidak melakukan perlawanan.

Bab terkait

  • Pernikahan Kontrak Tuan Muda   Chapter 7

    "Tidak! aku tidak mau menandatangani apapun yang tidak aku ketahui isinya!" "Tanda tangani saja! atau kamu ingin semua yang kamu miliki hancur dalam waktu semalam?" ancamnya yang berhasil membuat Adimas benar-benar bungkam. Adimas akhirnya mengambil surat itu dan membaca isinya dengan teliti, ia baru membaca setengah dari isinya tetapi ia langsung melempar surat tersebut ke lantai. "Sampai kapanpun aku tidak akan menceraikan Karina! suruh dia kembali ke hadapanku sekarang!" "Baiklah, jika kamu tidak ingin menceraikan Karina maka ibumu akan membusuk di penjara dan besok pagi semua yang kamu miliki akan lenyap dari genggamanmu." Adimas ditempatkan pada posisi yang sulit, ia tidak ingin kehilangan Karina tetapi ia juga tidak ingin ibunya dipenjara lebih lama lagi dan kehilangan segalanya. Adimas melirik ke sekitarnya, berharap ada yang datang membantunya tetapi tidak ada satupun orang yang bisa ia mintai bantuan. Tidak ada yang perduli padanya karena sikap keluarga Guntara

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17
  • Pernikahan Kontrak Tuan Muda   Chapter 8

    Beberapa hari diasingkan oleh Kaivan di apartemen mewah ini, sejujurnya Karina agak merasa bosan. Semua yang ia inginkan serba ada dan ia selalu dilayani dengan sangat baik oleh pelayan disini, Karina bahkan tidak diizinkan untuk mencuci piring yang habis ia gunakan. Karina tidak terbiasa dengan perlakuan istimewa seperti ini, meskipun ia cukup senang karena merasa diratukan untuk yang pertama kali di dalam hidupnya tetapi rasanya masih tetap aneh untuknya. "Apa ada hal lain yang anda butuhkan nyonya?" tanya pelayan sambil membawakan jus buah untuk Karina. "Tidak ada, tapi setelah ini bisakah aku melakukan apapun sendiri? aku merasa tidak nyaman dilayani seperti ini." "Maaf nyonya, tetapi tuan muda membayar saya untuk melayani anda. Sebaiknya anda cukup fokus saja pada pemulihan diri anda, nyonya Karina." "Tapi-" "Ikuti saja apa katanya, jangan membantah." ucap Kaivan tiba-tiba, ia lalu menyuruh pelayan itu kembali mengerjakan pekerjaanya di dapur. Dua hari Kaivan men

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-20
  • Pernikahan Kontrak Tuan Muda   Chapter 9

    Baru dipenjara selama satu minggu, Imah kini sudah terlihat agak kurus dan tidak terawat karena ia hanya tidur beralaskan kain lap dan makan makanan sisa dari tahanan lainnya. Sebenarnya Imah tidak akan diperlakukan seburuk ini jika ia tidak memulai masalah lebih dulu, sikap Imah yang angkuh membuat tahanan lain geram padanya. Psikis dan fisik Imah benar-benar mereka tekan habis-habisan, bahkan saat melihat Adimas datang menjenguknya Imah langsung menangis terisak dan memeluknya erat. "Adimas, ibu mau pulang. Ibu janji akan berubah dan tidak berulah lagi," pintanya sambil menangis terisak, Adimas bisa melihat dengan jelas penderitaan yang Imah alami di dalam sel dari tangisannya. Adimas membawa dokumen yang ia temukan di lemari penyimpanan minuman beberapa waktu lalu, ia tunjukkan kepada Imah dokumen tersebut dan menjelaskannya sampai Imah akhirnya mengerti. Cukup sulit jalan Adimas untuk mengubah dokumen ini menjadi uang, tetapi Adimas sedang sangat mengusahakannya. "Aku ing

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-22
  • Pernikahan Kontrak Tuan Muda   Chapter 10

    Di sebuah villa pribadi milik Kaivan, Karina kini tengah mempersiapkan diri sebelum proses pernikahan dimulai. Gaun cantik itu sudah melekat indah di tubuhnya, dipadukan dengan make up tipis nan elegan yang membuat kecantikan Karina semakin terpancar. Halaman villa yang tadinya hanya sebuah taman kosong kini sudah diubah menjadi tempat resepsi pernikahan, meskipun tidak mewah tetapi Kaivan tetap membuat dekorasinya terlihat berkelas. Di kursi pelaminan, Kaivan sudah menunggunya dengan mengenakan setelan tuxedo putih yang senada dengan gaun miliknya. Di belakangnya ada lima belas orang yang menjadi saksi pernikahan mereka, mereka tidak lain para pekerja di villa ini dan juga anak buah Kaivan. Karena Karina sebatang kara jadi tidak ada siapapun dari pihak Karina yang datang ke pernikahannya, sedangkan Kaivan memang tidak ingin ada yang datang ke pernikahannya termasuk orangtuanya. Karina tidak diberitahu alasannya, yang jelas ketika mereka sudah sah sebagai suami istri Kaivan pasti ak

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-23
  • Pernikahan Kontrak Tuan Muda   Chapter 11

    "Tersenyum, aku tidak suka melihat mu cemberut. Itu membuatmu bertambah jelek dan semakin tidak enak dilihat," titahnya sambil membukakan pintu mobil untuk Karina. Karina langsung tersenyum lebar sampai menampilkan deretan giginya, jika saja Karina bisa mengamuk ia pasti sudah melampiaskan amarahnya pada pria menyebalkan di hadapannya ini. Tiga jam yang lalu.. "Kai, tolong buka pintunya aku ingin bicara." pinta Karina di depan pintu kamar Kaivan, sudah hampir satu jam ia berdiri disini namun pria itu tidak kunjung keluar dari kamarnya. Setelah merasakan perasaan takut dan gelisah semalaman karena ancaman Kaivan, Karina akhirnya menyerah karena ia tidak akan mungkin sanggup mengembalikan uang sebanyak itu dalam waktu singkat. Kaivan benar-benar membuatnya tidak memiliki pilihan lain selain menyetujui perjanjian kontrak itu. "Kai, aku setuju menikah kontrak denganmu. Tolong buka pintu-" Ucapan Karina mendadak terhenti setelah pintu kamar Kaivan terbuka lebar, Kaivan muncu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24
  • Pernikahan Kontrak Tuan Muda   Chapter 12

    "Nyonya masih belum mau membuka pintu kamarnya, tuan muda." lapornya pada Kaivan. Sejak kembali dari rumah orangtuanya, Karina terus mengurung diri dan menolak apapun yang ia tawarkan sampai saat ini. Tetapi Kaivan tidak bisa bersabar lagi untuk menunggunya keluar dari kamar, lagipula bukan tugasnya untuk membujuknya dan masih banyak hal yang lebih penting yang harus ia lakukan. "Karina, buka pintunya." titahnya yang masih berusaha keras untuk menahan diri, tetapi Karina tetap tidak menggubrisnya. Kaivan mendengkus kesal dan kesabarannya benar-benar sudah habis, ia menendang handle pintu sampai rusak dan menerobos masuk ke kamar Karina dengan ekspresi wajah yang teramat kesal. Kaivan menariknya keluar dari kamar dan membawanya ke meja makan, meskipun banyak hidangan mewah dan lezat di hadapannya Karina tetap tidak berselera sedikitpun. "Makanlah, aku tidak ingin ada yang mati disini karena kelaparan." titahnya. "Aku tidak lapar," "Dengarkan aku Karina, aku tidak punya

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-28
  • Pernikahan Kontrak Tuan Muda   Chapter 13

    Adimas masih tertegun seolah tidak percaya dengan apa yang ia lihat saat ini, ia tatap semua orang satu persatu sampai akhirnya ia yakin jika ini nyata adanya. Tetapi apa yang ia lihat sekarang seperti sebuah kemustahilan, bagaimana bisa seseorang yang tidak memiliki harta sepeserpun bisa menduduki kursi tersebut. "Apa anda akan terus diam disana dengan tatapan linglung seperti orang bodoh?" tegurnya. "Bagaimana bisa kamu ada disini Karina? kamu pasti sudah melakukan cara kotor untuk bisa duduk di kursi itu kan," tawa Adimas mengejek. "Bapak Adimas, silahkan duduk di kursi anda. Para pemegang saham yang lain tidak ada waktu untuk mendengar ocehan tidak jelas anda," titah Karina. Setelah melihat kekesalan di wajah semua orang, Adimas akhirnya duduk di kursi yang sudah di sediakan untuknya dan menahan rasa penasaran di hatinya. Karina menandahkan tangannya, lalu sebuah map yang berisi beberapa laporan keuangan perusahaan diserahkan ke tangannya. Karina membaca laporan itu sej

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30
  • Pernikahan Kontrak Tuan Muda   Chapter 14

    "Kita kembali sekarang," titah Kaivan sambil melempar kopernya. "Tapi, bagaimana dengan nona Agatha, tuan muda?" "Biarkan saja dia disini," Kaivan sudah lelah melihat kelakuan Agatha yang masih saja belum berubah, mungkin memang sebaiknya mereka berpisah untuk sementara dan saling mengintrospeksi diri. Mungkin selama ini juga caranya salah menghadapi Agatha, hingga Agatha selalu menganggap remeh perasaannya dan berbuat semaunya karena kesalahannya selalu di maafkan. Kaivan terlalu larut dalam pikirannya soal Agatha, tanpa sadar mereka kini sudah sampai di rumah sakit tempat dimana Karina dan Randy di rawat. Kaivan baru tiba di lantai tempat dimana ruangan Karina berada, namun telinganya sudah mendengar keributan dari dalam ruang rawat Karina dan suara cacian Retno. "Saya tidak mau tau, ceraikan Kaivan atau kamu akan menyesal karena sudah berurusan dengan keluarga Bimantara!" ancam Retno. "Karina tidak akan menceraikanku, begitupun sebaliknya." Kaivan menghampiri Karina d

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08

Bab terbaru

  • Pernikahan Kontrak Tuan Muda   Chapter 20

    Kaivan diam tidak bergerak di lorong bagian perlengkapan bayi, ia menatap serius sepasang suami istri yang tengah mengajak bayi mereka bercanda. Tawa menggemaskan bayi itu benar-benar membuat Kaivan merasa nyaman dan bahagia, meskipun bayi itu bukan anaknya. Dulu daat hubungannya dengan Agatha sedang manis-manisnya dan Agatha belum begitu terobsesi menjadi model, Agatha pernah mengatakan jika ia ingin menikah dengan Kaivan dan memiliki banyak anak. Tapi melihat Agatha yang sekarang Kaivan tidak yakin jika itu akan terjadi, melihat berat badannya naik satu kilo atau ada satu jerawat di wajahnya saja Agatha langsung panik luar biasa. "Kai, kamu sedang apa?" Lamunan Kaivan buyar saat Karina menepuk bahunya, "Tidak, apa kamu sudah selesai memilih yang ingin kamu beli?" Dua buah kantong berisi daging sapi ia tunjukkan di depan Kaivan, "Sudah!" Bayi itu tiba-tiba tertawa dan membuat perhatian Karina teralihkan padanya, kini gantian Karina yang melihat keharmonisan keluarga kecil

  • Pernikahan Kontrak Tuan Muda   Chapter 19

    "Apa kamu yakin ingin pergi berdua denganku?" tanya Karina sekali lagi, karena ia tidak mau tiba-tiba Agatha datang dan mengamuk di tempat umum. "Ya, tentu. Ada apa?" "Bukankah seharusnya kamu pergi menemui Agatha dan membujuknya?" "Jangan bahas dia dulu," Kaivan membuka pintu mobil untuk Karina, hari ini Kaivan ingin mengajaknya berbelanja kebutuhan rumah juga pergi mencari hiburan. Kaivan butuh me time untuk menyegarkan pikirannya yang terasa rumit belakangan ini, banyak hal yang mengganggunya terutama soal hubungannya dengan Agatha. Mereka baru saja berbaikan kemarin malam, tetapi Agatha malah membuat ulah lagi dan membuatnya ragu kembali. Kaivan juga sengaja menonaktifkan ponselnya karena Agatha terus menghubunginya, ia butuh ruang untuk menenangkan diri dan bersama Karina ia dapatkan ketenangan itu. Karena Kaivan ingin mencoba menonton film, ia lalu menepikan mobilnya ke sebuah gedung bioskop terlebih dahulu sebelum berbelanja. "Kai, apa kamu sedang mengajakku berk

  • Pernikahan Kontrak Tuan Muda   Chapter 18

    "Ayo silahkan cicipi masakan spesial buatan oma," Oma Gia menyodorkan beberapa hidangan yang ia bawa ke hadapan mereka, meskipun sekarang jantung mereka sedang berdegup tidak beraturan tetapi keroncongan di perut mereka mampu mengalahkan semuanya. Sejak dulu masakan oma Gia adalah makanan yang paling Kaivan sukai, itu sebabnya ia tidak mau menunggu lebih lama lagi untuk menyantap semuanya. "Kai, sepertinya kamu habis keramasan ya? pasti semalam kalian habis..." ucap oma Gia sambil menaik turunkan kedua alisnya. Ucapan oma Gia membuat Kaivan tersedak, Karina segera menuangkan minum untuk Kaivan meskipun harus sambil menyembunyikan wajahnya yang terlihat memerah. Oma Gia terkikik pelan melihat kegugupan di wajah kedua pasangan muda ini, bahkan mereka terlihat salah tingkah saat hendak memungut benda yang jatuh ke bawah. "Oh iya, oma punya sesuatu buat kalian." Tangan oma Gia menadah ke arah Randy yang berdiri di sebelahnya, lalu dua botol kecil diserahkan ke tangan oma Gia

  • Pernikahan Kontrak Tuan Muda   Chapter 17

    "Kai, aku khawatir sama oma. Apa tidak sebaiknya kita bawa saja oma ke apartemenku?" "Kita sudah sepakat jika oma tinggal di rumah utama," "Tapi Kai, kamu bisa lihat sendiri bagaimana ibumu mencecar oma bahkan terlihat jelas sekali jika ia membenci oma." Kaivan tidak buta, ia juga melihat bagaimana tatapan ibunya saat menatap oma. Tetapi ia tetap tidak bisa membawa oma tinggal bersamanya untuk saat ini, terlalu beresiko membawa oma tinggal bersamanya ketika ia masih menjalani pernikahan dengan Karina. Mereka saling diam sepanjang jalan karena pemikiran yang tidak sejalan, sampai tiba-tiba mobil Kaivan berhenti mendadak karena sebuah mobil menghalangi jalannya. Seorang wanita cantik keluar dari mobil tersebut, langkahnya tergesa-gesa dan ia memaksa Kaivan keluar dari mobilnya. "Temui dia dulu, aku tunggu disini." titah Karina. Kaivan menuruti ucapan Karina meskipun sebenarnya ia malas untuk menemuinya, seperti biasa ketika melakukan kesalahan maka air mata yang akan menj

  • Pernikahan Kontrak Tuan Muda   Chapter 16

    Setelah membuat kehebohan satu panti, oma Gia kini malah merajuk karena ternyata penyebab Karina muntah-muntah adalah asam lambungnya yang kumat. Padahal oma Gia sudah berharap jika Karina hamil, setidaknya di sisa usianya yang akan segera berakhir ini ia bisa melihat cicitnya lahir. "Oma, udah ya marahnya." bujuk Kaivan, jika oma Gia sudah marah akan sulit untuk Kaivan membujuknya. Sambil menguyah sandwichnya, Karina juga merasa kebingungan mencari cara untuk membujuk oma Gia. Sebenarnya ia dan Kaivan tidak bersalah karena oma Gia lah yang berekspektasi terlalu tinggi, tetapi Karina juga tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya jika ia tidak bisa mengandung. Meskipun ia bisa mengandung ia juga tidak akan mungkin mengandung anak Kaivan, karena sekali lagi pernikahan ini hanya sebatas pernikahan kontrak. "Kai, oma mau menggendong cicit oma sebelum meninggal. Oma harap kalian bisa memberikan oma cicit secepatnya," tuntutnya. Karina mendadak kehilangan selera makannya mendengar

  • Pernikahan Kontrak Tuan Muda   Chapter 15

    Di halaman rumah tahanan, kebebasan Adimas disambut oleh Alya dan kedua adiknya dengan wajah penuh air mata. Mereka datang dengan beberapa tas dan satu buah koper berisi pakaian, tidak ada barang berharga lain yang bisa mereka bawa karena semua sudah disita untuk membayar hutang Adimas. "Ada apa ini? kenapa kalian seperti orang yang baru terusir dari rumah?" Anindya menatap tajam Adimas karena kesal rumah mereka disita, sedangkan Windy hanya bisa diam karena ia tidak tau harus bagaimana menyampaikan kabar buruk ini kepada kakaknya. "Rumah kita sudah disita untuk membayar hutangmu pada investor mas," jawab Alya ketus, susah payah ia menjadi pelakor pada akhirnya ia hanya menjadi gembel seperti ini. Adimas mengacak rambutnya dengan helaan nafas frustasi, lancang sekali mereka menyita aset miliknya tanpa persetujuannya. Tetapi Adimas juga tidak bisa melakukan perlawanan apapun karena mustahil untuknya melawan mereka, semua hasil kerja kerasnya lenyap dalam satu malam bahkan t

  • Pernikahan Kontrak Tuan Muda   Chapter 14

    "Kita kembali sekarang," titah Kaivan sambil melempar kopernya. "Tapi, bagaimana dengan nona Agatha, tuan muda?" "Biarkan saja dia disini," Kaivan sudah lelah melihat kelakuan Agatha yang masih saja belum berubah, mungkin memang sebaiknya mereka berpisah untuk sementara dan saling mengintrospeksi diri. Mungkin selama ini juga caranya salah menghadapi Agatha, hingga Agatha selalu menganggap remeh perasaannya dan berbuat semaunya karena kesalahannya selalu di maafkan. Kaivan terlalu larut dalam pikirannya soal Agatha, tanpa sadar mereka kini sudah sampai di rumah sakit tempat dimana Karina dan Randy di rawat. Kaivan baru tiba di lantai tempat dimana ruangan Karina berada, namun telinganya sudah mendengar keributan dari dalam ruang rawat Karina dan suara cacian Retno. "Saya tidak mau tau, ceraikan Kaivan atau kamu akan menyesal karena sudah berurusan dengan keluarga Bimantara!" ancam Retno. "Karina tidak akan menceraikanku, begitupun sebaliknya." Kaivan menghampiri Karina d

  • Pernikahan Kontrak Tuan Muda   Chapter 13

    Adimas masih tertegun seolah tidak percaya dengan apa yang ia lihat saat ini, ia tatap semua orang satu persatu sampai akhirnya ia yakin jika ini nyata adanya. Tetapi apa yang ia lihat sekarang seperti sebuah kemustahilan, bagaimana bisa seseorang yang tidak memiliki harta sepeserpun bisa menduduki kursi tersebut. "Apa anda akan terus diam disana dengan tatapan linglung seperti orang bodoh?" tegurnya. "Bagaimana bisa kamu ada disini Karina? kamu pasti sudah melakukan cara kotor untuk bisa duduk di kursi itu kan," tawa Adimas mengejek. "Bapak Adimas, silahkan duduk di kursi anda. Para pemegang saham yang lain tidak ada waktu untuk mendengar ocehan tidak jelas anda," titah Karina. Setelah melihat kekesalan di wajah semua orang, Adimas akhirnya duduk di kursi yang sudah di sediakan untuknya dan menahan rasa penasaran di hatinya. Karina menandahkan tangannya, lalu sebuah map yang berisi beberapa laporan keuangan perusahaan diserahkan ke tangannya. Karina membaca laporan itu sej

  • Pernikahan Kontrak Tuan Muda   Chapter 12

    "Nyonya masih belum mau membuka pintu kamarnya, tuan muda." lapornya pada Kaivan. Sejak kembali dari rumah orangtuanya, Karina terus mengurung diri dan menolak apapun yang ia tawarkan sampai saat ini. Tetapi Kaivan tidak bisa bersabar lagi untuk menunggunya keluar dari kamar, lagipula bukan tugasnya untuk membujuknya dan masih banyak hal yang lebih penting yang harus ia lakukan. "Karina, buka pintunya." titahnya yang masih berusaha keras untuk menahan diri, tetapi Karina tetap tidak menggubrisnya. Kaivan mendengkus kesal dan kesabarannya benar-benar sudah habis, ia menendang handle pintu sampai rusak dan menerobos masuk ke kamar Karina dengan ekspresi wajah yang teramat kesal. Kaivan menariknya keluar dari kamar dan membawanya ke meja makan, meskipun banyak hidangan mewah dan lezat di hadapannya Karina tetap tidak berselera sedikitpun. "Makanlah, aku tidak ingin ada yang mati disini karena kelaparan." titahnya. "Aku tidak lapar," "Dengarkan aku Karina, aku tidak punya

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status