Keyla mengeratkan kedua tangannya. Durasi ciuman itu cukup lama baginya, sekitar lima belas detik. Ia mati-matian menahan nafas karena tidak tahu harus bagaimana. Ini adalah ciuman pertamanya, jelas Keyla bingung, entah untuk Arial. Tapi ia yakin ini bukanlah ciuman pertamanya.
Arial akhirnya mengangkat kepalanya. Ia menatap Keyla yang baru membuka mata. Mata mereka kembali beradu. Perlahan, tangannya mengelus bibir Keyla, “Bagus.” “Hm?” “Refleks kamu bagus.” Arial bangkit dan terduduk tegap memunggungi Keyla. Keyla kembali menutup matanya. Ia menarik dan menghembuskan nafasnya perlahan untuk mengganti oksigen lima belas detik yang tidak bisa ia hirup. Namun matanya langsung terbuka saat kedua tangan Arial memegangi kepalanya dan kembali menciumnya. Yang pertama tadi bukanlah ciuman, Arial hanya menempelkan bibirnya. Kini baru namanya ciuman, karena Arial melumat bibir istrinya itu dalam dan lama, lebih dari lima belas detik.Pagi ini Keyla sarapan ditemani papa. Pukul empat pagi papa sudah kembali datang kesini membawa koper baju ganti dan banyak keperluan lainnya. Keyla terkejut. Ia yang tak bisa tidur setelah menangisi Arial yang pergi menemui Sarah, langsung keheranan saat papa sudah ada disini sepagi ini. “Serius gak ada yang mau kamu makan? Papa sengaja loh bawa banyak gini buat kamu.” Keyla menggeleng, “Kela ga lapel (Keyla gak laper).” Papa manggut-manggut, “Nanti kalo pengen apa-apa, kamu bilang ya?” “Iya.” “Dari kemarin papa tungguin kamu gak minta apa-apa loh.” Keyla tersenyum, “Kela agi gak mu apa-apa (Keyla lagi gak mau apa-apa).” Papa tersenyum, “Maafin Arial ya, sayang.” Keyla menatap papa. Ia mengangguk tersenyum. “Nanti papa bicara sama dia biar lebih bisa memperhatikan kamu.” “Ga uah, pa (gak usah, pa).” “Tapi dia jadi seenaknya sama kamu begini. Papa udah nitipin kam
Sudah lima hari Keyla dirawat diruang VIP. Selama itu pula perkembangannya sudah berjalan baik, dibantu proses rehabilitasi medik dan terapi wicara. Selama itu pula papa tidak pernah pulang. Keyla sudah memaksanya pulang, tapi papa tidak menurut. Seperti sekarang, mereka masih berdebat mengenai papa yang enggan pulang. “Pa, ulang duyu ya? Kela malah nih (Pa, pulang dulu ya? Keyla marah nih).” Papa tersenyum, “Nanti kita pulang sama-sama. Papa betah kok disini.” “Ah, papa.” “Papa serius. Selama sama Keyla papa pasti betah mau tinggal dimana juga.” Keyla tersenyum, “Kela sayang papa.” “Papa apalagi. Papa sayaaaang banget sama Keyla.” Keyla menangis. Papa bergerak memeluk Keyla, “Cinta papa isinya melebihi seluruh dunia ini.” “Kela pelcaya.” Pelukkan mereka terlepas, “Pa?” “Iya?” “Ehmmm... Kela boleh minta hape gak?” “Hape?”
Keyla langsung diminta melakukan CT Scan ulang untuk melihat perdarahan yang mungkin kembali terjadi. Saat menunggu hasilnya, papa benar-benar tidak fokus dan sudah menangis takut. “Pa,” Arial dan Rocky menghampiri papa di depan ruang Radiologi. “Rial, Keyla gak akan kenapa-napa ‘kan?” “Pa, kondisi Keyla ‘kan udah membaik lima hari ini. Tadi mungkin cuma--” Papa menunduk, suaranya tertahan karena menangis sangat dalam, “Mamamu juga dulu sudah membaik tapi—” “Pa....” Rocky mengelus bahu papa, “Om, jangan mikir macem-macem ya. Keyla pasti baik-baik aja.” “Tadi dia baik-baik aja, tapi tiba-tiba nangis dan muntah. Papa cuma... cuma gak mau kehilangan Keyla.” Arial dan Rocky saling bertatapan. Ternyata papa sesayang itu pada Keyla. Arial pikir rasa sayang papa tidak sedalam ini. “Keyla pasti baik-baik aja, pa. Percaya sama aku.” “Iya, om, Arial bener. Kita sama-sama tahu Keyla an
Qairo merasakan hatinya nyeri saat melihat Arial memperdalam ciumannya pada Keyla yang pasrah. Ia tidak tahu akan sesakit ini rasanya. Dengan langkah pelan ia mundur dan keluar, meninggalkan dua paper bag berisi sesuatu spesial untuk Keyla. “Qai?” Sarah yang akan masuk ke dalam ruangan Keyla untuk mengecek kondisinya kebingungan saat melihat Qairo keluar dari ruangan dengan wajah sendu. Qairo tak menatap Sarah sedikit pun. Ia berjalan melewatinya entah akan pergi kemana. “Qairo kenapa?” tanpa menunggu lama Sarah masuk. Ia menatap keberadaan dua paper bag yang terjatuh. Matanya lalu menatap ke arah ranjang, dimana Arial masih berciuman dengan Keyla. Ia menutup mulutnya kaget. Arial melepaskan pagutannya dari bibir Keyla. Ia tertawa kecil dan menyatukan dahinya dengan dahi Keyla, “Kamu aneh banget sih.” Badan Keyla yang menatap ke arah pintu masuk terlonjak kaget saat melihat Sarah. Padahal tadinya ia sudah menyadari Qairo pergi.
Pov Arial Arial tengah menikmati satu cup coffee latte diruangannya. Ia masih belum mau ke ruangan Keyla karena takut Sarah masih ada disana. Ia mau menjelaskan apa pada perempuan yang ia suka itu? “Sial, kenapa bisa ya gue malah nyium Keyla lagi setelah tahu si Qairo keluar? Argh!” “Kalau Sarah nanya lagi soal itu gue harus jawab apa? Masa gue bilang gak sengaja? Kebawa suasana atau... gue jujur kalo Keyla istri gue? Mana mungkin lah, Al. Bunuh diri itu namanya.” Arial bangkit dari sofa. Ia berjalan ke mejanya dan berusaha menghilangkan stressnya dengan menonton pertandingan bola club favoritnya. Tapi belum lima menit ia mengclose live streaming itu. “Gue nonton film horor aja lah.” ia mencari judul film terseram. Menonton ternyata adalah kuncinya. Sudah dua puluh menit ia begitu menikmati suguhan akting aktor luar favoritnya. “Setannya kenapa jelek banget sih, bedaknya keputihan itu.” komentarnya.
Keyla tengah sarapan dengan papa yang baru berani masuk kesini pagi tadi. Semalaman papa diam diruang kerjanya menunggu kondisi menantunya lebih tenang. “Mau tambah lagi?” Keyla menggeleng. “Nanti Sarah yang nemenin kamu rehabilitasi medik?” “Iya, pa. Kebetulan praktek rawat jalannya setelah makan siang, jadinya katanya masih sempet kalo nemenin aku dulu.” “Syukurlah. Papa kebetulan ada perjalanan dinas ke Bandung, jadi gak bisa temenein kamu rehablitasi.” “Gak papa, pa, sekarang semuanya udah mulai kembali normal. Bicara aku udah bagus, nanti tinggal atur motorik tangan sama kaki.” Papa mengangguk, “Nanti Qairo yang temenin kamu lagi kalau papa kemungkinan harus menginap disana.” “Ehm, pa, gak usah.” Keyla berkata pelan. “Kenapa?” “Kalo nanti papa harus nginep disana dan kak Arial lagi sibuk, aku cukup ditemenin mbok Darmi
Tante Puri yang akan mengantarkan makan siang untuk Qairo baru menuruni mobil Lexus LM 350 di depan UGD. Saat itu Qairo sudah tidak pulang ke rumah dua hari, tidak biasanya ia begini. “Bu, mau saya tunggu?” tanya pak supir. “Gak usah. Saya agak lama disini. Nanti saya telpon kalau mau pulang.” “Baik, bu.” Tante Puri berjalan masuk melewati UGD. Disana ia melihat Sarah yang sedang mengecek kondisi pasien, “Sarah?” Sarah yang sedang memberi arahan pada dokter residen melirik tante Puri, “Tante?” ia berjalan mendekatinya, “Tante cari Qairo ya?” “Iya dong. Mau apa lagi tante kesini coba?” “Aku pikir tante mau jemput Keyla pulang.” Air muka tante Puri berubah judes, “Kenapa tante harus ikut jemput dia, ‘kan ada keluarganya.” “Iya sih, tan. Kebetulan aku denger katanya tante deket sama Keyla.” “Ah itu. Waktu itu dia cuma nemenin ta
Keyla terus cemberut saat Rocky menyuapinya makan sebelum pulang. Langkah yang ia ambil dengan mengatakan menyukai Rocky dua hari lalu ternyata menjadi bencana untuknya. “Lagi, Key, dikit lagi nih.” Rocky mengayunkan sendok di depan wajah Keyla yang cemberut, “Ngeeeng, ada Helikopter mau mendarat di mulut Keykey.” Arial yang sedang duduk di sofa menikmati makan siangnya tertawa terbahak-bahak, “Hahaha, adik Keykey.” “Berisik!” teriak Keyla. “Abisin dong adik Keykey.” Keyla mendorong sendok yang berputar-putar didepan wajahnya. Namun dorongannya terlalu kencang sehingga sendok terjatuh. Rocky dan Arial tentu terkejut. Mereka sudah tahu dari Sarah, kalau kemungkinan emosi Keyla akan naik turun karena ada bagian emosi di otaknya yang belum stabil. Tapi mereka tetap kaget melihatnya. “Key, aku kaget.” Rocky menatap Keyla dengan dramatis. Keyla memalingkan wajah dan membuang nafas pelan, “Maaf.” Arial