Keyla langsung diminta melakukan CT Scan ulang untuk melihat perdarahan yang mungkin kembali terjadi. Saat menunggu hasilnya, papa benar-benar tidak fokus dan sudah menangis takut.
“Pa,” Arial dan Rocky menghampiri papa di depan ruang Radiologi. “Rial, Keyla gak akan kenapa-napa ‘kan?” “Pa, kondisi Keyla ‘kan udah membaik lima hari ini. Tadi mungkin cuma--” Papa menunduk, suaranya tertahan karena menangis sangat dalam, “Mamamu juga dulu sudah membaik tapi—” “Pa....” Rocky mengelus bahu papa, “Om, jangan mikir macem-macem ya. Keyla pasti baik-baik aja.” “Tadi dia baik-baik aja, tapi tiba-tiba nangis dan muntah. Papa cuma... cuma gak mau kehilangan Keyla.” Arial dan Rocky saling bertatapan. Ternyata papa sesayang itu pada Keyla. Arial pikir rasa sayang papa tidak sedalam ini. “Keyla pasti baik-baik aja, pa. Percaya sama aku.” “Iya, om, Arial bener. Kita sama-sama tahu Keyla anQairo merasakan hatinya nyeri saat melihat Arial memperdalam ciumannya pada Keyla yang pasrah. Ia tidak tahu akan sesakit ini rasanya. Dengan langkah pelan ia mundur dan keluar, meninggalkan dua paper bag berisi sesuatu spesial untuk Keyla. “Qai?” Sarah yang akan masuk ke dalam ruangan Keyla untuk mengecek kondisinya kebingungan saat melihat Qairo keluar dari ruangan dengan wajah sendu. Qairo tak menatap Sarah sedikit pun. Ia berjalan melewatinya entah akan pergi kemana. “Qairo kenapa?” tanpa menunggu lama Sarah masuk. Ia menatap keberadaan dua paper bag yang terjatuh. Matanya lalu menatap ke arah ranjang, dimana Arial masih berciuman dengan Keyla. Ia menutup mulutnya kaget. Arial melepaskan pagutannya dari bibir Keyla. Ia tertawa kecil dan menyatukan dahinya dengan dahi Keyla, “Kamu aneh banget sih.” Badan Keyla yang menatap ke arah pintu masuk terlonjak kaget saat melihat Sarah. Padahal tadinya ia sudah menyadari Qairo pergi.
Pov Arial Arial tengah menikmati satu cup coffee latte diruangannya. Ia masih belum mau ke ruangan Keyla karena takut Sarah masih ada disana. Ia mau menjelaskan apa pada perempuan yang ia suka itu? “Sial, kenapa bisa ya gue malah nyium Keyla lagi setelah tahu si Qairo keluar? Argh!” “Kalau Sarah nanya lagi soal itu gue harus jawab apa? Masa gue bilang gak sengaja? Kebawa suasana atau... gue jujur kalo Keyla istri gue? Mana mungkin lah, Al. Bunuh diri itu namanya.” Arial bangkit dari sofa. Ia berjalan ke mejanya dan berusaha menghilangkan stressnya dengan menonton pertandingan bola club favoritnya. Tapi belum lima menit ia mengclose live streaming itu. “Gue nonton film horor aja lah.” ia mencari judul film terseram. Menonton ternyata adalah kuncinya. Sudah dua puluh menit ia begitu menikmati suguhan akting aktor luar favoritnya. “Setannya kenapa jelek banget sih, bedaknya keputihan itu.” komentarnya.
Keyla tengah sarapan dengan papa yang baru berani masuk kesini pagi tadi. Semalaman papa diam diruang kerjanya menunggu kondisi menantunya lebih tenang. “Mau tambah lagi?” Keyla menggeleng. “Nanti Sarah yang nemenin kamu rehabilitasi medik?” “Iya, pa. Kebetulan praktek rawat jalannya setelah makan siang, jadinya katanya masih sempet kalo nemenin aku dulu.” “Syukurlah. Papa kebetulan ada perjalanan dinas ke Bandung, jadi gak bisa temenein kamu rehablitasi.” “Gak papa, pa, sekarang semuanya udah mulai kembali normal. Bicara aku udah bagus, nanti tinggal atur motorik tangan sama kaki.” Papa mengangguk, “Nanti Qairo yang temenin kamu lagi kalau papa kemungkinan harus menginap disana.” “Ehm, pa, gak usah.” Keyla berkata pelan. “Kenapa?” “Kalo nanti papa harus nginep disana dan kak Arial lagi sibuk, aku cukup ditemenin mbok Darmi
Tante Puri yang akan mengantarkan makan siang untuk Qairo baru menuruni mobil Lexus LM 350 di depan UGD. Saat itu Qairo sudah tidak pulang ke rumah dua hari, tidak biasanya ia begini. “Bu, mau saya tunggu?” tanya pak supir. “Gak usah. Saya agak lama disini. Nanti saya telpon kalau mau pulang.” “Baik, bu.” Tante Puri berjalan masuk melewati UGD. Disana ia melihat Sarah yang sedang mengecek kondisi pasien, “Sarah?” Sarah yang sedang memberi arahan pada dokter residen melirik tante Puri, “Tante?” ia berjalan mendekatinya, “Tante cari Qairo ya?” “Iya dong. Mau apa lagi tante kesini coba?” “Aku pikir tante mau jemput Keyla pulang.” Air muka tante Puri berubah judes, “Kenapa tante harus ikut jemput dia, ‘kan ada keluarganya.” “Iya sih, tan. Kebetulan aku denger katanya tante deket sama Keyla.” “Ah itu. Waktu itu dia cuma nemenin ta
Keyla terus cemberut saat Rocky menyuapinya makan sebelum pulang. Langkah yang ia ambil dengan mengatakan menyukai Rocky dua hari lalu ternyata menjadi bencana untuknya. “Lagi, Key, dikit lagi nih.” Rocky mengayunkan sendok di depan wajah Keyla yang cemberut, “Ngeeeng, ada Helikopter mau mendarat di mulut Keykey.” Arial yang sedang duduk di sofa menikmati makan siangnya tertawa terbahak-bahak, “Hahaha, adik Keykey.” “Berisik!” teriak Keyla. “Abisin dong adik Keykey.” Keyla mendorong sendok yang berputar-putar didepan wajahnya. Namun dorongannya terlalu kencang sehingga sendok terjatuh. Rocky dan Arial tentu terkejut. Mereka sudah tahu dari Sarah, kalau kemungkinan emosi Keyla akan naik turun karena ada bagian emosi di otaknya yang belum stabil. Tapi mereka tetap kaget melihatnya. “Key, aku kaget.” Rocky menatap Keyla dengan dramatis. Keyla memalingkan wajah dan membuang nafas pelan, “Maaf.” Arial
Pov Arial Arial mentap kartu absen depan ruangan kerjanya. Ia sudah bersiap pulang sore ini. Malam ini harusnya ia berjaga, tapi untungnya Rocky mau menggantikannya, karena ia tahu ia harus menemani Keyla di rumah. Papa mendadak harus pergi ke Surabaya karena ada urusan bisnis rumah sakit yang tidak bisa ditunda. “Rial, kamu pulang?” Arial menoleh saat sedang memainkan ponselnya, “Eh, Sar, iya nih. Papa kebetulan ada urusan ke Surabaya, jadi ya kakaknya ini yang harus nemenin.” Sarah mengangguk, “Oke. Kamu temenin Keyla semaleman, jangan ngayap.” Arial tertawa, “Mau ngelayap kemana sih? Hm? Kan kamu ada disini gak ikut ke rumah.” Sarah menggebug lengan Arial, “Udah sana, kasian Keyla nungguin.” “Iya. Awas jangan nyariin,” “Dih, ngapain nyariin kamu?” “Kamu ‘kan suka random, tiba-tiba pengen ini lah pengen itu lah, pengen ditemenin ngobrol lah. Kalo aku gak ada kamu cari Rocky aja.” Sarah mengangguk, “Iya. Aku cuma bisa ngandelin dia kalo gak ada kamu.” “Tapi janga
Arial membuka pintu kamar pelan-pelan. Ia takut membangunkan Keyla yang papa bilang sudah tidur sejak satu jam lalu. Papa pun langsung pamit setelah kepulangannya karena keberangkatan ke Surabaya berbarengan dengan petinggi rumah sakit lain. Papa bilang sebelum jam makan malam Keyla mengamuk. Ia melempar piring di meja makan tiba-tiba dan menangis kencang tanpa sebab. Arial menyimpan ponsel dan dompetnya di nakas samping kasur. Sambil duduk dipinggir ranjang, ia mengelus rambut Keyla lembut, “Kamu udah kenapa lagi sih, Key, hm?” Keyla menggeliat pelan mendengar suara bariton Arial. Ia membuka mata dan tersenyum menyambut kepulangan suami kontraknya, “Kak?” “Udah makan?” “Udah.” “Sama apa?” Keyla terbangun, “Tadi aku habis ngamuk, kak.” “Oyah? Kenapa?” tanya Arial seolah tak tahu apa-apa. Keyla menatap Arial, “Papa gak cerita?” “Papa langsung pergi. Tadi kamu ngamuk kenapa?”
Keyla meringkuk membelakangi Arial yang langsung berhenti saat akan menurunkan celana tidur miliknya. Ia langsung terdiam seperti enggan melakukan itu. Keyla kecewa. Ia yang sudah merelakan dua asetnya di jamah dan siap melakukan malam panjang itu sekarang, karena tiba-tiba saja nafsunya memuncak tinggi, hanya bisa memakai baju tidurnya dan langsung meringkuk. Arial kini beranjak dari kasur. Ia berjalan menuju balkon dan menutup pintunya agar Keyla tak kedinginan. Keyla membalikkan badannya, melihat tubuh Arial yang memunggunginya di luar. Kaca transparan besar itu bisa memperlihatkan pergerakkan Arial yang gusar, “Jangan pernah mengharapkan apapun dari dia lagi, Key.” Arial membuang nafasnya beberapa kali. Ia melirik Keyla yang tengah menangis. Ia tahu dengan jelas karena tubuhnya yang meringkuk bergerak-gerak, “Maaf, Key, aku... gak bisa.” Kepalanya menunduk, membayangkan jika malam ini semuanya terjadi dan Keyla hamil, bagaimana nasib p