***
Yamazaki berkumpul dengam keluarga besar Gadis. Pria itu pun tampak berbaur dan berbicara dengan mereka. Namun, ada beberapa saudara Gadis yang masih gemas mencubitnya, mereka selalu disebut 'Eyang’ oleh Gadis. Sebenarnya Yamazaki tidak masalah para eyang itu gemas padanya. Tapi kalau dilakukan berkali-kali, wajahnya pasti tidak akan selamat. Dia harus melarikan diri!Pria itu diam-diam pergi, dia melihat Gadis masih berbicara dengan yang lainnya. Yamazaki membiarkannya karena dia tidak ingin menganggu waktu istrinya bersama keluarga besar karena nanti Gadis akan dia bawa ke Tokyo.Lalu, Yamazaki duduk di teras, dia menikmati angin yang menerpa wajahnya. Baru saja dia menikmati angin itu, tiba-tiba ada seseorang yang memanggil namanya, pria itu langsung menoleh ke arah sumber suara dan dia melihat sosok perempuan yang saat ini sedang tersenyum padanya.“Halo... ““Hai,” balas Yamazaki tersenyum.“Mana Gadis?&rdquo***“Jadi nanti kamu akan mengajar saja?” tanya Hadi.“Iya, Ayah. Yamazaki agak keberatan kalau Gadis kerja di perusahaan itu, jadi ya Gadis juga nggak bisa memaksakan juga karena niat Gadis bekerja kan biar nanti di Tokyo ada kegiatan,” balas Gadis.“Seorang istri itu sangat sibuk lho, Nak. Bahkan lebih sibuk dari wanita karier di luar sana yang harus bekerja di perusahaan. Jadi berkarier di rumah itu memang jauh lebih baik bagi seorang istri.”“Iya, Ayah. Gadis paham, tapi saat ini posisi Gadis kan belum punya anak. Terkadang suka kesepian dan juga Gadis merasa sedih kalau ingat belum punya anak, jadi biar membuang pikiran buruk itu, Gadis ingin menyibukkan diri. Gadis tidak mau terlalu tenggelam dalam kesedihan karena rumah tangga kami berdua belum ada seorang anak. Gadis tidak mau nantinya jadi kufur nikmat,” balas Gadis menjelaskan.“Jelas, Nak. Sebagai wanita ya sebaik-baiknya di rumah, tapi memang
***Gadis sedang menunggu suaminya di dekat taman kota. Dia tadi memberi tantangan pada Yamazaki untuk membelikannya jajanan pasar dengan menggunakan bahasa indonesia. Tadi wanita itu mengajarkan Yamazaki untuk mengucapkannya, tadinya Yamazaki membawa ponsel yang ada kamusnya, tapi Gadis melarangnya agar tahu bagaimana Yamazaki belajar tentang bahasa ibunya.Tak lama, ada seseorang yang memanggil namanya dan hal itu pun otomatis membuat dia menoleh ke arah sumber suara.“Gadis, kamu ada di sini ternyata,” ucap Fahri tersenyum.“Ah, iya. Sudah lama aku tidak menikmati jalan-jalan pagi di kota Jakarta dan saat ini begitu banyak perubahan,” balas Gadis. Lalu dia mengendarkan pandangan ke sekeliling mencoba mencari sesuatu.“Kamu sedang mencari siapa?” tanya Fahri penasaran.“Istri Mas Fahri tidak ikut? Aku kan mau kenalan juga sama istrinya, Mas,” balas Gadis.Fahri tersenyum tipis. “Aku datang sendirian.”“Oh, jadi istri Mas nggak ikut, ya?”“Tidak juga. Aku masih belum punya istri, aku
***Devano sedang menikmati waktu istirahatnya di salah satu klub malam, namun dia mengambil ruangan privat karena tidak mau ada seseorang yang mengenalinya. Setelah perceraiannya dengan Dhea, 2 tahun yang lalu, pria itu tenggelam dalam kesibukannya sebagai seorang penyanyi dan juga selalu menutupi kehidupan pribadinya. Perceraian kedua kali itu membuatnya enggan berbagi kehidupan pribadinya pada publik.Pria itu meminum kopi hitam dan pikirannya jauh menerawang, perpisahannya dengan Gadis dan saat dia bertemu dengan wanita itu pun membuat penyesalan terbesar yang dia rutuk karena kebodohannya. Devano benar-benar menyesal karena kebodohannya itu, dia harus kehilangan yang berharga di hidupnya.“Aku kenapa bisa sebodoh ini?’ gumam pria itu, dia menertawakan dirinya sendiri.Pintu ruangan diketuk, dan munculah Marcel, salah satu sahabat serta saudara sepupunya. Pria itu duduk di depan Devano. “Devano, dari tadi siang dicariin s
***“Itu suara Dhea, kan? Kenapa dia ribut-ribut di sini?” tanya Gadis tak mengerti.Tak berselang lama, muncul sosok Dhea yang sedang diliputi amarah. Wajahnya ditekuk dan berantakan. Dhea menatap Gadis dengan tajam, sangat jelas terlihat di kedua mata wanita itu menaruh benci yang sangat dalam pada sosok Gadis.“Ada apa? Kenapa kamu malah ribut datang ke rumah ini?” tanya Hadi, dia menatap tajam Dhea.Dhea tersenyum sinis. “Aku datang ke sini hanya untuk memberitahukan kelakuan putri kesayangan Om Hadi. Jaga dia jangan sampai gatal dan menggoda suami orang, bahkan bisa membuat rumah tangga seseorang hancur,” balasnya.“Apa yang kamu katakan, Dhea? Aku merusaktangga orang lain? Siapa?” tanya Gadis terkejut.“Kamu jangan sok suci! Penampilan seperti bidadari, tapi hatinya itu iblis! Buka saja jilbabmu! Percuma kamu menutupi tubuhnya dengan rapat, jika kelakuanmu masih saja buruk! Munafik! Lebih
***Gadis tidak bisa memejamkan kedua matanya. Tadi siang setelah memeriksa kesehatannya, dan mengetahui hasilnya. Wanita itu terdiam dan tak banyak bicara. Gadis merasa seperti dunianya berhenti detik itu, saat dokter mengatakan kalau dirinya mengidap penyakit endometriosis dan dia harus segera di operasi. Fakta tersebut membuatnya sedih luar biasa. Sepanjang hari, dia hanya mengurung di kamar, dan tak mau menjawab pertanyaan dari Yamazaki. Penyakitendometriosismemang salah satu kondisi yang sering membuat wanita tidak bisa hamil.Gadis menatap suaminya yang saat ini sedang tertidur. Hatinya sakit melihat pria itu yang membuat hidupnya jauh lebih sempurna. Ada satu titik rasa sesal di hatinya karena dia menerima pinangan dari pria sebaik Yamazaki. Pria itu kenapa harus memilh wanita sepertinya? Padahal Yamazaki bisa saja memilih wanita sempurna yang mampu melahirkan keturunan untuk pria itu.Dadanya seperti dihantam pisau belati, sangat perih, da
***“Sayang, kamu ingin aku menikah lagi dan kamu mau kuduakan?” tanya Yamazaki.Gadis terdiam, dia tidak tahu apa yang barusan dia katakan pada suaminya. Kenapa bisa dia berbicara tentang wanita lain untuk suaminya? Istri mana yang dengan senang hati menawarkan wanita lain masuk le rumah tangganya? Apa karena dia takut kalau Yamazaki tak puas dengannya hanya karena dirinya tidak bisa memberi keturunan pada suaminya itu. Gadis tidak mampu menjawab, dia hanya mengigit bibir bawahnya. Dadanya pun sesak memikirkan masalah ini.“Jika memang aku menikah lagi dan nanti waktuku harus dibagi dengan wanita lain. Apa kamu ikhlas? Apa kamu sanggup?” tanya Yamazaki lagi.Gadis masih terdiam, sungguh dia tidak tahu lagi harus melakukan apa agar suaminya tidak kecewa padanya.“Sayang, ucapan itu adalah doa... jadi jangan mengatakan ‘aku tidak akan punya anak’ ‘aku tidak bisa membahagiakan suamiku karena aku tidak bisa me
***“Sayang, Tidak ada lagi membahas masalah ini di masa depan! Jika kamu masih membahasnya, aku tidak akan menanggapinya!” tegas Yamazaki. Dia langsung pergi tidur dan tidak menggubris permintaan istrinya itu. Dia tahu bahwa Gadis mungkin membutuhkan waktu untuk sendiri agar bisa berpikir dengan jernih. Wanita itu terlalu larut dalam kesedihan hanya karena vonis dokter yang mengatakan kalau Gadis akan sulit untuk hamil.Padahal sungguh, Yamazaki tidak mempedulikannya atau kecewa pada Gadis. Pria itu hanya khawatir jika istrinya menjadi kecewa karena dia tahu kalau hati Gadis mudah rapuh, dia tahu kalau istrinya itu takkan pernah mau membuatnya kecewa. Selama tiga tahun menikah dengan wanita itu, Gadis adalah seorang istri shalihah yang selalu menghormatinya sebagai suami, bahkan wanita itu pun selalu meminta izin atas persetujuan darinya. Tidak ada satu kata pun bantahan dari Gadis. Bagaimana bisa Yamazaki tidak mencintai istri semulia itu? Pria mana pun menda
***Musim semi di Tokyo...Gadis dan Yamazaki akhirnya kembali pulang ke Tokyo. Keduanya pun menikmati sepanjang perjalanan musim semi dengan mengingat saat itu.... 3 tahun yang lalu, di saat musim semi, keduanya menyadari ada yang aneh di hati mereka. Saat itu Yamazaki maupun Gadis tidak pernah membayangkan kalau Allah mempertemukan mereka untuk saling jatuh cinta dan juga membuat mereka jadi simpul yang satu.Gadis mengingat bagaimana kesan pertama saat bertemu dengan Yamazaki dulu, dia pun ingat kalau pria yang saat ini jadi suaminya pernah dia benci karena sikap dinginnya itu. Tanpa sadar, kedua sudut bibirnya pun tersenyum.“Ada apa? Kamu mengingat hal apa?” Yamazaki bertanya saat menatap istrinya yang tersenyum tanpa sebab.Gadis menatap pria itu dan dia pun tersenyum hangat. “Aku hanya mengingat pertemuan kita saat itu.”“Oh, saat di kampus?” Yamazaki bertanya lagi.Kedua sudut bi
Lima tahun kemudian...Musim gugur di Kyoto adalah selalu jadi impianku. Dulu aku ingat saat masih duduk dibangku menengah atas, aku hanya melihat di internet, bagaimana indahnya Kyoto. Salah satu tujuanku ke Jepang dulu, yaitu ingin melihat indahnya negara sakura ini.Dan saat ini... mimpiku satu per satu, Allah kabulkan. Bagaimana bisa aku tidak bersyukur dengan kebaikan Allah padaku? Sampai detik ini pun, aku masih merasa ini seperti mimpi.Lima tahun yang lalu, aku dan Yamazaki memutuskan untuk menetap di Kyoto dan aku memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga sepenuhnya, mengurus anakku, Yuichi. Hadirnya dia di hidup kami memberikan banyak warna.Aku bahkan sangat bersyukur karena dipercaya untuk menjadi ibunya. Kedua orang tua Haruka pun hanya mempercayakan pengasuhan Yuichi pada kami.Dan juga setelah dua tahun merawat Yuichi, tanpa pernah kami harapkan lagi, ternyata Allah memberi kado terindah bagi kami, kado indah di musim
***The University of Tokyo Hospital.Gadis dan lainnya sedang berdiri di pelataran rumah sakit tersebut. Dini hari tadi, dia terkejut mendapatkan kabar kalau Haruka masuk rumah sakit karena percobaan bunuh diri dan saat ini kondisinya sedang kritis karena wanita itu terlalu lama menghisap asap karbonmonoksida dari briket yang ia bakar.Tampak kedua orang tua Haruka sedang menangis sesenggukan, dan sangat jelas kesedihan dan rasa putus asa terlukis jelas di wajah kedua orang tua itu.Gadis di hatinya merasa menyesal karena kemarin mungkin ucapannya secara tidak langsung membuat batin Haruka tersiksa. Sungguh dia tidak ada niat untuk membuat Haruka terluka atas ucapannya.Yamazaki menatap Gadis yang tampak murung, lalu dia meremas bahu istrinya pelan.Gadis menoleh dan dia hanya tersenyum getir.“Jangan menyalahkan dirimu, Sayang.” Yamazaki seolah tahu apa yang istrinya sedan
***“Kamu memilih untuk masuk ke penjara?” tanya Fumie lirih.Yamazaki mengangguk. “Iya, Ma. Penjara lebih aku sukai, daripada aku harus menuruti fitnah yang keji ini,” balasnya. Lalu, pria itu mengenggam jemari ibunya. “Maafkan aku, Ma. Maafkan aku yang selalu membuat Mama, papa, dan Harumi kecewa. Masalahku ini malah melibatkan kalian, dan aku lah yang akan bertanggung jawab dan menyelesaikannya. Aku akan buktikan pada Mama dan semuanya kalau apa yang dituduhkan padaku itu fitnah. Doakan anakmu ini.”Fumie pun tak bisa menahan air matanya, dan dia hanya bisa menangis sesenggukan. Dia tidak sanggup berbicara dan membayangkan bagaimana nanti putra kesayangannya harus tinggal di penjara. Dia tahu bagaimana sifat putranya itu. Anak laki-lakinya itu bukan seorang kriminal! Dia adalah pemuda Tokyo yang membanggakan negaranya dan juga sudah melakukan kontribusi yang besar, tapi saat masalah ini muncul... satu titik noda itu malah m
***“Saya sudah tahu masalahnya dan juga masalah Sensei sudah menjadi isue publik saat ini.” Fatih menatap pria yang dihadapannya dengan prihatin.“Iya, dan saat ini pihak kampus pun meminta saya untuk cuti mengajar dan saya harus menyelesaikan masalah saya. Jika saya bisa membuktikan kalau saya tidak bersalah, maka saya bisa kembali mengajar, dan kamu tahu berapa hari yang mereka minta?”Fatih menggelengkan kepalanya.“Besok dan sampai saat ini saya belum bisa membuktikan kalau apa yang dituduhkan itu fitnah. Banyak orang yang meninggalkan saya dan saat ini mereka seperti menjauh, termasuk keluarga saya hanya karena fitnah ini.”“Bagaimana dengan istri Sensei?”Yamazaki tersenyum tipis. “Dia... saya tidak mau menganggunya dulu. Saya ingin memberikan sedikit waktu untuknya. Saya harap dia percaya pada saya, suaminya. Saya hanya ingin Allah menyentuh hatinya agar dia tida
***"Sayang, kamu percaya padaku, kan? Suamimu?Gadis mematung, matanya terasa kosong. Saat ini lidahnya terasa kelu untuk menjawabnya dan pikirannya pun berkecamuk." Huhuhu... " Haruka menangis sesenggukan sembari menutup sebagian tubuhnya dengan kedua tangannya.Semuanya pun tersadar, lalu Fumie membawa selimut dan menutupi tubuh polos wanita itu. Jelas sekali, di matanya menyimpan banyak kecewa."Bi... Bi... Maafkan aku... Aku... Aku... " Wanita itu mengatakannya dengan terbata-bata.Fumie menghela napas, dia malah bertanya. "Dimana bajumu?"Haruka langsung menunjuk ke arah ranjang. Lalu, Fumie melihatnya dan membawa baju Haruka. "Kamu pakai lagi, masuk lah ke kamar mandi dan kita pulang bersama."Haruka hanya mengangguk pasrah dan dia pun hanya menunduk.Di sisi lain, Yamazaki mematung di tempatnya, kedua matanya masih tertuju pada Gadis yang masih saja diam dengan tatapan kosong.Plak!Sebuah tamparan mendarat dengan mulus
***Dua jam yang lalu...Haruka menatap kosong Yamazaki yang sudah berbaring di atas kasur. Selama hampir satu jam, posisinya masih tetap duduk menatap pria itu. Dia memang sudah gila, merencanakan sandiwara dan jebakan ini dengan apik. Bahkan Haruka tak tanggung-tanggung membayar mahal untuk orang-orang yang terlibat dengan sandiwara yang dia lakukan.Posisi Haruka terjepit, dia tidak tahu lagi cara bagaimana agar dirinya bisa jadi milik pria itu. Dulu adalah kesalahannya, mengalah dan merelakan pria yang sangat dicintainya direbut oleh saudari kembarnya sendiri.Saat ini, dia tidak mau mengalah. Dia tidak mau ikhlas dan melepaskan lagi. Sudah cukup dia merasakan penyesalan luar biasa di hidupnya dulu. Saat ini dia tidak jahat, kan? Haruka tidak berniat untuk memisahkan Yamazaki dengan Gadis, dia hanya ingin menjadi salah satu bagian dari keduanya. Seharusnya tidak apa-apa, bukan?Haruka tersenyum menatap pria itu, lalu dia melihat
***Setelah selesai acara, Yamazaki langsung kembali ke ryokan. Ryokan adalah penginapan tradisional Jepang yang menakjubkan. Yamazaki memang sengaja memesan ryokan karena Gadis lebih senang menginap di sana daripada hotel. Dan sebenarnya saat ini dia diam-diam sedang memberi kejutan pada Gadis untuk merayakan empat tahun pernikahan mereka lusa. Yamazaki sengaja melarang Gadis ikut ke Kyoto karena ingin menyiapkan segalanya. Dia tidak boleh gagal lagi tahun ini karena saat tahun ketiga mereka menikah, Gadis langsung tahu kalau dia dulu telah menyiapkan kejutan. Tahun keempat ini ingin sekali merayakannya dengan cara yang indah. Tahun keempat, Yamazaki hanya ingin membuang sisa kesedihan di hati Gadis karena istrinya itu masih memikirkan kalau rumah tangga mereka belum juga dikarunia seorang anak.Yamazaki memilh Ryokan di Hoshinoya Kyoto. Hoshinoya adalah ryokan yang ada di tepi sungai Oigawara di kaki Gunung Arashiyama. Untuk bisa datang ke sini harus menaiki perahu d
***“Yamazaki kemana?” tanya Putri.“Oh, dia sedang ada tugas di Kyoto.”“Kamu nggak ikut, Nak?”Gadis menggelengkan kepalanya. “Tidak, Bu. Ini ada acara dari kekaisaran Jepang dan Yamazaki diundang secara khusus.”“Ah, iya. Suamimu itu kan salah satu aset Jepang dan juga kebanggaan dari negaranya,” puji Putri.Tiba-tiba Gadis ingat sesuatu tentang masalah Dhea yang mencoba meracuni Devano. “Ma, tadi Mesya cerita padaku kalau Dhea ada masalah, ya?”“Ah, iya. Nak. Dhea... saat ini dia sedang ada di kantor polisi. Dia ditahan karena percobaan pembunuhan pada Devano. Alhamdulillah... keadaan Devano sudah berangsur membaik dan saat ini sudah sadarkan diri. Ibu dan ayahmu besok Insya Allah mau jenguk.”“Astaghfirullah... Gadis juga terkejut saat Mesya cerita masalah Dhea. Gadis tidak menyangka kalau Dhea bisa sampai g
***Satu bulan telah berlalu...Haruka sudah pulih, dan anaknya pun sudah sehat. Dan selama itu juga tidak ada komunikasi dari Haruka pada keluarga Yamazaki. Dan seminggu itu membuat hati Yamazaki menjadi tenang karena tidak adanya desakan dari Haruka maupun Fumiko.Sedangkan Gadis, dia masih bimbang karena dia merasa akan ada rencana yang dipikirkan oleh Haruka padanya. Dia pun mencoba menenangkan hatinya, apalagi saat ini dia diminta Haruka untuk bertemu. Awalnya Gadis menolak, tapi akhirnya dia berubah pikiran karena penasaran apa yang ingin Haruka bicarakan padanya.“Oke. Aku ingin tahu apa yang nanti akan kamu lakukan untuk mengusik rumah tanggaku,” gumam Gadis. Lalu, dia meminum teh hangat untuk menenangkan hatinya.Tak menunggu lama, sosok wanita itu muncul di hadapan Gadis. Wajah Haruka terlihat lebih tirus dan juga kelelahan, mungkin wanita itu begadang karena mempunyai seorang bayi.“Maaf, aku datang sedi