***
“Sayang, kamu ingin aku menikah lagi dan kamu mau kuduakan?” tanya Yamazaki.Gadis terdiam, dia tidak tahu apa yang barusan dia katakan pada suaminya. Kenapa bisa dia berbicara tentang wanita lain untuk suaminya? Istri mana yang dengan senang hati menawarkan wanita lain masuk le rumah tangganya? Apa karena dia takut kalau Yamazaki tak puas dengannya hanya karena dirinya tidak bisa memberi keturunan pada suaminya itu. Gadis tidak mampu menjawab, dia hanya mengigit bibir bawahnya. Dadanya pun sesak memikirkan masalah ini.“Jika memang aku menikah lagi dan nanti waktuku harus dibagi dengan wanita lain. Apa kamu ikhlas? Apa kamu sanggup?” tanya Yamazaki lagi.Gadis masih terdiam, sungguh dia tidak tahu lagi harus melakukan apa agar suaminya tidak kecewa padanya.“Sayang, ucapan itu adalah doa... jadi jangan mengatakan ‘aku tidak akan punya anak’ ‘aku tidak bisa membahagiakan suamiku karena aku tidak bisa me***“Sayang, Tidak ada lagi membahas masalah ini di masa depan! Jika kamu masih membahasnya, aku tidak akan menanggapinya!” tegas Yamazaki. Dia langsung pergi tidur dan tidak menggubris permintaan istrinya itu. Dia tahu bahwa Gadis mungkin membutuhkan waktu untuk sendiri agar bisa berpikir dengan jernih. Wanita itu terlalu larut dalam kesedihan hanya karena vonis dokter yang mengatakan kalau Gadis akan sulit untuk hamil.Padahal sungguh, Yamazaki tidak mempedulikannya atau kecewa pada Gadis. Pria itu hanya khawatir jika istrinya menjadi kecewa karena dia tahu kalau hati Gadis mudah rapuh, dia tahu kalau istrinya itu takkan pernah mau membuatnya kecewa. Selama tiga tahun menikah dengan wanita itu, Gadis adalah seorang istri shalihah yang selalu menghormatinya sebagai suami, bahkan wanita itu pun selalu meminta izin atas persetujuan darinya. Tidak ada satu kata pun bantahan dari Gadis. Bagaimana bisa Yamazaki tidak mencintai istri semulia itu? Pria mana pun menda
***Musim semi di Tokyo...Gadis dan Yamazaki akhirnya kembali pulang ke Tokyo. Keduanya pun menikmati sepanjang perjalanan musim semi dengan mengingat saat itu.... 3 tahun yang lalu, di saat musim semi, keduanya menyadari ada yang aneh di hati mereka. Saat itu Yamazaki maupun Gadis tidak pernah membayangkan kalau Allah mempertemukan mereka untuk saling jatuh cinta dan juga membuat mereka jadi simpul yang satu.Gadis mengingat bagaimana kesan pertama saat bertemu dengan Yamazaki dulu, dia pun ingat kalau pria yang saat ini jadi suaminya pernah dia benci karena sikap dinginnya itu. Tanpa sadar, kedua sudut bibirnya pun tersenyum.“Ada apa? Kamu mengingat hal apa?” Yamazaki bertanya saat menatap istrinya yang tersenyum tanpa sebab.Gadis menatap pria itu dan dia pun tersenyum hangat. “Aku hanya mengingat pertemuan kita saat itu.”“Oh, saat di kampus?” Yamazaki bertanya lagi.Kedua sudut bi
***Suasana di rumah Fumie pagi ini sangat ramai. Wanita paruh baya itu terharu karena anak, menantu, dan cucunya ada di rumah, kecuali suaminya yang memang ada pekerjaan di luar Tokyo.Semua pun berkumpul dan berbicara tentang kerinduan dan juga target di masa depan.Sedangkan Gadis... dia pun tak lepas menggendong si kembar, Sarah dan Farah, anaknya Harumi dan juga Mehmet. Gadis bahkan menggendong keduanya dengan lugas seolah dia berpengalaman menjadi seorang ibu.“Jadi, kamu hanya akan mengajar saja nanti?” tanya Harumi.Gadis mengangguk. “Iya, aku jadi asisten dosen saja nanti dan waktunya pun tidak terlalu padat,”balasnya.“Oh,lalu rencana kamu membuka restoran Indonesia di Tokyo, bagaimana?” tanya Harumi semakin penasaran.“Ah, itu... aku masih mencari tempat yang pas yang banyak orang Indonesia-nya, dan juga masih memikirkan bahan bakunya karena sangat susah mencari bahan rempah-rempah asli Indonesia
***Gadis langsung menuju salah satu restoran khas Indonesia di Shibuya. Dia selesai mengajar dan merasa lapar, jadi dia memutuskan datang ke restoran Cinta Jawa. Restoran Indonesia ini adalah salah satu restoran Indonesia yang sudah memiliki beberapa cabang di Tokyo.“Zara!” seru Gadis, dia tersenyum karena temannya itu sudah datang duluan di Cinta Jawa.“Aku juga baru datang!” balas Zara, “Kita pesan saja, yuk! Aku sudah lapar.”Gadis menganggukkan kepalanya. Dia langsung memilih menu-menu yang ada di buku menu. Gadis tentu saja susah untuk memilih menu mana yang akan dia makan sore ini, dia terlalu rindu dengan masakan Indonesia. Dan pada akhirnya Gadis memilih nasi rawon dan juga teh manis hangat.Setelah keduanya memesan menu makanan, mereka pun melihat suasana di sekitar restoran.“Cinta Jawa ini bisa jadi referensi kamu kalau kamu mau membuka restoran Indonesia. Kamu bisa menilai sebagai konsumen, apa kek
***“Haruka!”Haruka tersenyum, dia berdiri di dekat pintu rumahnya. Wanita itu menatap kedua orang tuanya yang menangis melihat ke arahnya.Haruka langsung berlari kecil, dia pun bersimpuh di kaki Fumiko dan juga Shotaro. Ketiganya pun menangis, berpelukan, dan meluapkan rindu yang sudah bersemayam di dada mereka.Sedangkan Fumie yang memang sedang berkunjung ke rumah sahabatnya itu langsung takjub melihat kedatangan Haruka. Hal yang membuat wanita paruh baya itu terkejut adalah sosok Haruka yang memakai jilbab di kepalanya seperti Gadis. Apa ini artinya Haruka sudah menjadi mualaf?Setelah sepuluh menit berlalu...Ketiganya pun duduk sambil menatap satu sama lainnya dengan haru. Mata Haruka dan Fumiko tentu saja sembab karena tidak berhenti menangis. Rindu itu akhirnya berpeluk mesra.Tak lama, Haruka pun tersadar kalau di rumahnya itu masih ada orang lain. Wanita itu tersenyum dan menyapa Fumie dengan sopan. “Bibi Fumi
***“Assalamualaikum... ““Walaikumussalam... “ Gadis dan Yamazaki yang sedang duduk di ruang keluarga melihat ke arah orang yang memberi salam.Sosok wanita cantik, berkulit putih cerah dan memakai jilbab warna pink muda menatap keduanya dengan senyum cerah.“Haruka... “ Gadis menyapa wanita itu.Haruka langsung menghampiri keduanya, dan dia pun memeluk Gadis. “Hai, Gadis. Senang bertemu denganmu,” ucapnya ramah.Gadis tersenyum. “Aku juga senang karena bisa bertemu denganmu. Dan hal yang membuatku tambah terharu melihat kamu yang seperti ini. Masya Allah... kamu sangat cantik, Haruka,” pujinya dengan tulus.Haruka tersenyum tipis, meski sekarang dia jauh lebih tenang, tapi ada satu titik dimana dia masih merasa gelisah.“Kenapa melamun? Kamu sedang tidak enak badan?” tanya Gadis.Haruka menggelengkan kepalanya. “Aku
***Tiga bulan berlalu...Kehamilan Haruka semakin membesar, dan wanita itu selalu pingsan karena kekurangan nutrisi. Haruka selalu memuntahkan makanan yang masuk ke tubuhnya. Berat badannya pun turun drastis, sebenarnya dia sudah kacau, meski dia sadar kalau dia harus sehat demi si jabang bayi, tapi saat ingat kalau anak ini akan lahir tanpa sosok ayah... hatinya mulai melemah.“Kita ke dokter ya, kamu tidak mau makan dari kemarin. Kamu harus makan yang baik, Nak. Ingat... tubuhmu ini ada 2 nyawa, jadi kamu jangan menyerah,” ucap Fumiko.Haruka hanya bisa terbaring lemah. Beberapa hari terakhir ini, dia bermimpi buruk. Dia melihat anaknya di-bully oleh banyak orang karena merupakan anak haram dan tanpa ayah.Fumiko melihat anaknya menangis, hatinya pun terluka. Wanita paruh baya itu langsung memeluk putrinya itu. Saat ini dia paham kalau Haruka hanya butuh kekuatan. “Kamu wanita kuat, bahkan kamu selalu jadi perisai bagi saudarimu
***Tiga hari yang lalu...“Yamazaki, aku mau bicara denganmu.”Pria itu terdiam sejenak dan terkejut karena Haruka mendatanginya di kampus tanpa memberitahukannya terlebih dahulu.“Bicara saja, di sini.” Pria itu memang sengaja meminta Haruka bicara di ruangannya agar tidak terjadi fitnah.“Di sini?” Haruka menatap pria itu tak percaya.Yamazaki mengangguk. “Aku lebih nyaman kita bicara di sini, jika kita bicara di luar, aku tidak mau nantinya malah jadi timbul fitnah.”Haruka tersenyum, dia tahu kalau pria itu memang tidak nyaman bicara dengan wanita lain. Haruka tahu kalau Yamazaki sangat menjaga hati istrinya.“Oke. Aku tak masalah kita bicara di sini, kamu pasti takut kalau nanti Gadis memikirkan hal yang aneh-aneh kalau kita bicara bedsdua kalau di luar,” ucap haruka.Yamazaki tidak membalas, dia hanya sibuk membereskan dokumen yang berserakan di atas mejanya. lalu, tak lam
Lima tahun kemudian...Musim gugur di Kyoto adalah selalu jadi impianku. Dulu aku ingat saat masih duduk dibangku menengah atas, aku hanya melihat di internet, bagaimana indahnya Kyoto. Salah satu tujuanku ke Jepang dulu, yaitu ingin melihat indahnya negara sakura ini.Dan saat ini... mimpiku satu per satu, Allah kabulkan. Bagaimana bisa aku tidak bersyukur dengan kebaikan Allah padaku? Sampai detik ini pun, aku masih merasa ini seperti mimpi.Lima tahun yang lalu, aku dan Yamazaki memutuskan untuk menetap di Kyoto dan aku memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga sepenuhnya, mengurus anakku, Yuichi. Hadirnya dia di hidup kami memberikan banyak warna.Aku bahkan sangat bersyukur karena dipercaya untuk menjadi ibunya. Kedua orang tua Haruka pun hanya mempercayakan pengasuhan Yuichi pada kami.Dan juga setelah dua tahun merawat Yuichi, tanpa pernah kami harapkan lagi, ternyata Allah memberi kado terindah bagi kami, kado indah di musim
***The University of Tokyo Hospital.Gadis dan lainnya sedang berdiri di pelataran rumah sakit tersebut. Dini hari tadi, dia terkejut mendapatkan kabar kalau Haruka masuk rumah sakit karena percobaan bunuh diri dan saat ini kondisinya sedang kritis karena wanita itu terlalu lama menghisap asap karbonmonoksida dari briket yang ia bakar.Tampak kedua orang tua Haruka sedang menangis sesenggukan, dan sangat jelas kesedihan dan rasa putus asa terlukis jelas di wajah kedua orang tua itu.Gadis di hatinya merasa menyesal karena kemarin mungkin ucapannya secara tidak langsung membuat batin Haruka tersiksa. Sungguh dia tidak ada niat untuk membuat Haruka terluka atas ucapannya.Yamazaki menatap Gadis yang tampak murung, lalu dia meremas bahu istrinya pelan.Gadis menoleh dan dia hanya tersenyum getir.“Jangan menyalahkan dirimu, Sayang.” Yamazaki seolah tahu apa yang istrinya sedan
***“Kamu memilih untuk masuk ke penjara?” tanya Fumie lirih.Yamazaki mengangguk. “Iya, Ma. Penjara lebih aku sukai, daripada aku harus menuruti fitnah yang keji ini,” balasnya. Lalu, pria itu mengenggam jemari ibunya. “Maafkan aku, Ma. Maafkan aku yang selalu membuat Mama, papa, dan Harumi kecewa. Masalahku ini malah melibatkan kalian, dan aku lah yang akan bertanggung jawab dan menyelesaikannya. Aku akan buktikan pada Mama dan semuanya kalau apa yang dituduhkan padaku itu fitnah. Doakan anakmu ini.”Fumie pun tak bisa menahan air matanya, dan dia hanya bisa menangis sesenggukan. Dia tidak sanggup berbicara dan membayangkan bagaimana nanti putra kesayangannya harus tinggal di penjara. Dia tahu bagaimana sifat putranya itu. Anak laki-lakinya itu bukan seorang kriminal! Dia adalah pemuda Tokyo yang membanggakan negaranya dan juga sudah melakukan kontribusi yang besar, tapi saat masalah ini muncul... satu titik noda itu malah m
***“Saya sudah tahu masalahnya dan juga masalah Sensei sudah menjadi isue publik saat ini.” Fatih menatap pria yang dihadapannya dengan prihatin.“Iya, dan saat ini pihak kampus pun meminta saya untuk cuti mengajar dan saya harus menyelesaikan masalah saya. Jika saya bisa membuktikan kalau saya tidak bersalah, maka saya bisa kembali mengajar, dan kamu tahu berapa hari yang mereka minta?”Fatih menggelengkan kepalanya.“Besok dan sampai saat ini saya belum bisa membuktikan kalau apa yang dituduhkan itu fitnah. Banyak orang yang meninggalkan saya dan saat ini mereka seperti menjauh, termasuk keluarga saya hanya karena fitnah ini.”“Bagaimana dengan istri Sensei?”Yamazaki tersenyum tipis. “Dia... saya tidak mau menganggunya dulu. Saya ingin memberikan sedikit waktu untuknya. Saya harap dia percaya pada saya, suaminya. Saya hanya ingin Allah menyentuh hatinya agar dia tida
***"Sayang, kamu percaya padaku, kan? Suamimu?Gadis mematung, matanya terasa kosong. Saat ini lidahnya terasa kelu untuk menjawabnya dan pikirannya pun berkecamuk." Huhuhu... " Haruka menangis sesenggukan sembari menutup sebagian tubuhnya dengan kedua tangannya.Semuanya pun tersadar, lalu Fumie membawa selimut dan menutupi tubuh polos wanita itu. Jelas sekali, di matanya menyimpan banyak kecewa."Bi... Bi... Maafkan aku... Aku... Aku... " Wanita itu mengatakannya dengan terbata-bata.Fumie menghela napas, dia malah bertanya. "Dimana bajumu?"Haruka langsung menunjuk ke arah ranjang. Lalu, Fumie melihatnya dan membawa baju Haruka. "Kamu pakai lagi, masuk lah ke kamar mandi dan kita pulang bersama."Haruka hanya mengangguk pasrah dan dia pun hanya menunduk.Di sisi lain, Yamazaki mematung di tempatnya, kedua matanya masih tertuju pada Gadis yang masih saja diam dengan tatapan kosong.Plak!Sebuah tamparan mendarat dengan mulus
***Dua jam yang lalu...Haruka menatap kosong Yamazaki yang sudah berbaring di atas kasur. Selama hampir satu jam, posisinya masih tetap duduk menatap pria itu. Dia memang sudah gila, merencanakan sandiwara dan jebakan ini dengan apik. Bahkan Haruka tak tanggung-tanggung membayar mahal untuk orang-orang yang terlibat dengan sandiwara yang dia lakukan.Posisi Haruka terjepit, dia tidak tahu lagi cara bagaimana agar dirinya bisa jadi milik pria itu. Dulu adalah kesalahannya, mengalah dan merelakan pria yang sangat dicintainya direbut oleh saudari kembarnya sendiri.Saat ini, dia tidak mau mengalah. Dia tidak mau ikhlas dan melepaskan lagi. Sudah cukup dia merasakan penyesalan luar biasa di hidupnya dulu. Saat ini dia tidak jahat, kan? Haruka tidak berniat untuk memisahkan Yamazaki dengan Gadis, dia hanya ingin menjadi salah satu bagian dari keduanya. Seharusnya tidak apa-apa, bukan?Haruka tersenyum menatap pria itu, lalu dia melihat
***Setelah selesai acara, Yamazaki langsung kembali ke ryokan. Ryokan adalah penginapan tradisional Jepang yang menakjubkan. Yamazaki memang sengaja memesan ryokan karena Gadis lebih senang menginap di sana daripada hotel. Dan sebenarnya saat ini dia diam-diam sedang memberi kejutan pada Gadis untuk merayakan empat tahun pernikahan mereka lusa. Yamazaki sengaja melarang Gadis ikut ke Kyoto karena ingin menyiapkan segalanya. Dia tidak boleh gagal lagi tahun ini karena saat tahun ketiga mereka menikah, Gadis langsung tahu kalau dia dulu telah menyiapkan kejutan. Tahun keempat ini ingin sekali merayakannya dengan cara yang indah. Tahun keempat, Yamazaki hanya ingin membuang sisa kesedihan di hati Gadis karena istrinya itu masih memikirkan kalau rumah tangga mereka belum juga dikarunia seorang anak.Yamazaki memilh Ryokan di Hoshinoya Kyoto. Hoshinoya adalah ryokan yang ada di tepi sungai Oigawara di kaki Gunung Arashiyama. Untuk bisa datang ke sini harus menaiki perahu d
***“Yamazaki kemana?” tanya Putri.“Oh, dia sedang ada tugas di Kyoto.”“Kamu nggak ikut, Nak?”Gadis menggelengkan kepalanya. “Tidak, Bu. Ini ada acara dari kekaisaran Jepang dan Yamazaki diundang secara khusus.”“Ah, iya. Suamimu itu kan salah satu aset Jepang dan juga kebanggaan dari negaranya,” puji Putri.Tiba-tiba Gadis ingat sesuatu tentang masalah Dhea yang mencoba meracuni Devano. “Ma, tadi Mesya cerita padaku kalau Dhea ada masalah, ya?”“Ah, iya. Nak. Dhea... saat ini dia sedang ada di kantor polisi. Dia ditahan karena percobaan pembunuhan pada Devano. Alhamdulillah... keadaan Devano sudah berangsur membaik dan saat ini sudah sadarkan diri. Ibu dan ayahmu besok Insya Allah mau jenguk.”“Astaghfirullah... Gadis juga terkejut saat Mesya cerita masalah Dhea. Gadis tidak menyangka kalau Dhea bisa sampai g
***Satu bulan telah berlalu...Haruka sudah pulih, dan anaknya pun sudah sehat. Dan selama itu juga tidak ada komunikasi dari Haruka pada keluarga Yamazaki. Dan seminggu itu membuat hati Yamazaki menjadi tenang karena tidak adanya desakan dari Haruka maupun Fumiko.Sedangkan Gadis, dia masih bimbang karena dia merasa akan ada rencana yang dipikirkan oleh Haruka padanya. Dia pun mencoba menenangkan hatinya, apalagi saat ini dia diminta Haruka untuk bertemu. Awalnya Gadis menolak, tapi akhirnya dia berubah pikiran karena penasaran apa yang ingin Haruka bicarakan padanya.“Oke. Aku ingin tahu apa yang nanti akan kamu lakukan untuk mengusik rumah tanggaku,” gumam Gadis. Lalu, dia meminum teh hangat untuk menenangkan hatinya.Tak menunggu lama, sosok wanita itu muncul di hadapan Gadis. Wajah Haruka terlihat lebih tirus dan juga kelelahan, mungkin wanita itu begadang karena mempunyai seorang bayi.“Maaf, aku datang sedi