***
Gadis langsung menuju salah satu restoran khas Indonesia di Shibuya. Dia selesai mengajar dan merasa lapar, jadi dia memutuskan datang ke restoran Cinta Jawa. Restoran Indonesia ini adalah salah satu restoran Indonesia yang sudah memiliki beberapa cabang di Tokyo.“Zara!” seru Gadis, dia tersenyum karena temannya itu sudah datang duluan di Cinta Jawa.“Aku juga baru datang!” balas Zara, “Kita pesan saja, yuk! Aku sudah lapar.”Gadis menganggukkan kepalanya. Dia langsung memilih menu-menu yang ada di buku menu. Gadis tentu saja susah untuk memilih menu mana yang akan dia makan sore ini, dia terlalu rindu dengan masakan Indonesia. Dan pada akhirnya Gadis memilih nasi rawon dan juga teh manis hangat.Setelah keduanya memesan menu makanan, mereka pun melihat suasana di sekitar restoran.“Cinta Jawa ini bisa jadi referensi kamu kalau kamu mau membuka restoran Indonesia. Kamu bisa menilai sebagai konsumen, apa kek***“Haruka!”Haruka tersenyum, dia berdiri di dekat pintu rumahnya. Wanita itu menatap kedua orang tuanya yang menangis melihat ke arahnya.Haruka langsung berlari kecil, dia pun bersimpuh di kaki Fumiko dan juga Shotaro. Ketiganya pun menangis, berpelukan, dan meluapkan rindu yang sudah bersemayam di dada mereka.Sedangkan Fumie yang memang sedang berkunjung ke rumah sahabatnya itu langsung takjub melihat kedatangan Haruka. Hal yang membuat wanita paruh baya itu terkejut adalah sosok Haruka yang memakai jilbab di kepalanya seperti Gadis. Apa ini artinya Haruka sudah menjadi mualaf?Setelah sepuluh menit berlalu...Ketiganya pun duduk sambil menatap satu sama lainnya dengan haru. Mata Haruka dan Fumiko tentu saja sembab karena tidak berhenti menangis. Rindu itu akhirnya berpeluk mesra.Tak lama, Haruka pun tersadar kalau di rumahnya itu masih ada orang lain. Wanita itu tersenyum dan menyapa Fumie dengan sopan. “Bibi Fumi
***“Assalamualaikum... ““Walaikumussalam... “ Gadis dan Yamazaki yang sedang duduk di ruang keluarga melihat ke arah orang yang memberi salam.Sosok wanita cantik, berkulit putih cerah dan memakai jilbab warna pink muda menatap keduanya dengan senyum cerah.“Haruka... “ Gadis menyapa wanita itu.Haruka langsung menghampiri keduanya, dan dia pun memeluk Gadis. “Hai, Gadis. Senang bertemu denganmu,” ucapnya ramah.Gadis tersenyum. “Aku juga senang karena bisa bertemu denganmu. Dan hal yang membuatku tambah terharu melihat kamu yang seperti ini. Masya Allah... kamu sangat cantik, Haruka,” pujinya dengan tulus.Haruka tersenyum tipis, meski sekarang dia jauh lebih tenang, tapi ada satu titik dimana dia masih merasa gelisah.“Kenapa melamun? Kamu sedang tidak enak badan?” tanya Gadis.Haruka menggelengkan kepalanya. “Aku
***Tiga bulan berlalu...Kehamilan Haruka semakin membesar, dan wanita itu selalu pingsan karena kekurangan nutrisi. Haruka selalu memuntahkan makanan yang masuk ke tubuhnya. Berat badannya pun turun drastis, sebenarnya dia sudah kacau, meski dia sadar kalau dia harus sehat demi si jabang bayi, tapi saat ingat kalau anak ini akan lahir tanpa sosok ayah... hatinya mulai melemah.“Kita ke dokter ya, kamu tidak mau makan dari kemarin. Kamu harus makan yang baik, Nak. Ingat... tubuhmu ini ada 2 nyawa, jadi kamu jangan menyerah,” ucap Fumiko.Haruka hanya bisa terbaring lemah. Beberapa hari terakhir ini, dia bermimpi buruk. Dia melihat anaknya di-bully oleh banyak orang karena merupakan anak haram dan tanpa ayah.Fumiko melihat anaknya menangis, hatinya pun terluka. Wanita paruh baya itu langsung memeluk putrinya itu. Saat ini dia paham kalau Haruka hanya butuh kekuatan. “Kamu wanita kuat, bahkan kamu selalu jadi perisai bagi saudarimu
***Tiga hari yang lalu...“Yamazaki, aku mau bicara denganmu.”Pria itu terdiam sejenak dan terkejut karena Haruka mendatanginya di kampus tanpa memberitahukannya terlebih dahulu.“Bicara saja, di sini.” Pria itu memang sengaja meminta Haruka bicara di ruangannya agar tidak terjadi fitnah.“Di sini?” Haruka menatap pria itu tak percaya.Yamazaki mengangguk. “Aku lebih nyaman kita bicara di sini, jika kita bicara di luar, aku tidak mau nantinya malah jadi timbul fitnah.”Haruka tersenyum, dia tahu kalau pria itu memang tidak nyaman bicara dengan wanita lain. Haruka tahu kalau Yamazaki sangat menjaga hati istrinya.“Oke. Aku tak masalah kita bicara di sini, kamu pasti takut kalau nanti Gadis memikirkan hal yang aneh-aneh kalau kita bicara bedsdua kalau di luar,” ucap haruka.Yamazaki tidak membalas, dia hanya sibuk membereskan dokumen yang berserakan di atas mejanya. lalu, tak lam
***Pada akhirnya, Yamazaki pun terpaksa menemani Haruka dan wanita itu memohon padanya untuk tetap di sisinya sampai dia melahirkan anaknya. Yamazaki awalnya menolak dengan tegas, tapi bagaimana bisa hatinya sangat keras saat Fumiko dan juga Shotaro bersimpuh di kakinya dengan tangisan yang menyayat hati?Yamazaki pun berbicara pada Gadis, dia harus meminta pendapat istrinya dan jika istrinya itu menolaknya pun, Yamazaki pasti akan menolak permintaan dari kedua orang tua Haruka. Namun, alangkah terkejutnya dia saat Gadis dengan senyumannya mengizinkannya untuk menemani wanita lain. Alasan istrinya, hanya satu, dia juga seorang wanita.Di sisi lain, Gadis melamun di dekat kantin rumah sakit. Dia sudah menunggu suaminya sampai jam 10 malam, dan dikabarkan kalau Haruka akan menjalani operasisectiobesok pagi, jadi wanita itu duduk menunggu suaminya. Dia khawatir kalau suaminya belum makan yang cukup karena dari kemarin Yamazaki menolak untuk makan.
FLASHBACK...“Ada apa, Bibi?” tanya Yamazaki.“Kamu dan istrimu menginginkan anak, tidak?” Fumiko bertanya balik.“Iya, tapi kami berdua juga tidak terlalu menunggu karena kami percaya masalah rezeki anak sudah ada waktunya masing-masing,” balas Yamazaki.“Oh, seperti itu rupanya,” ujar Fumiko. Lalu, dia mengembuskan napasnya dalam-dalam. “Bibi, merasa putus asa, Yamazaki. Bibi dan pamanmu tidak mau kehilangan yang berharga lagi. Kepergian Sakura dulu, sampai detik ini masih menyisakan luka yang mendalam. Kami tidak bisa berpura-pura untuk baik-baik saja karena kehilangan itu adalah patah hati yang paling sejati.”“Aku tahu perasaan Bibi dan juga paman. Kehilangan memang puncak dari segala rasa sakit,” balas Yamazaki.“Kamu sudah melupakan kenangan bersama Sakura? Bukankah dia adalah cinta pertamamu dan kamu hanya ingin menikah de
***Satu bulan telah berlalu...Haruka sudah pulih, dan anaknya pun sudah sehat. Dan selama itu juga tidak ada komunikasi dari Haruka pada keluarga Yamazaki. Dan seminggu itu membuat hati Yamazaki menjadi tenang karena tidak adanya desakan dari Haruka maupun Fumiko.Sedangkan Gadis, dia masih bimbang karena dia merasa akan ada rencana yang dipikirkan oleh Haruka padanya. Dia pun mencoba menenangkan hatinya, apalagi saat ini dia diminta Haruka untuk bertemu. Awalnya Gadis menolak, tapi akhirnya dia berubah pikiran karena penasaran apa yang ingin Haruka bicarakan padanya.“Oke. Aku ingin tahu apa yang nanti akan kamu lakukan untuk mengusik rumah tanggaku,” gumam Gadis. Lalu, dia meminum teh hangat untuk menenangkan hatinya.Tak menunggu lama, sosok wanita itu muncul di hadapan Gadis. Wajah Haruka terlihat lebih tirus dan juga kelelahan, mungkin wanita itu begadang karena mempunyai seorang bayi.“Maaf, aku datang sedi
***“Yamazaki kemana?” tanya Putri.“Oh, dia sedang ada tugas di Kyoto.”“Kamu nggak ikut, Nak?”Gadis menggelengkan kepalanya. “Tidak, Bu. Ini ada acara dari kekaisaran Jepang dan Yamazaki diundang secara khusus.”“Ah, iya. Suamimu itu kan salah satu aset Jepang dan juga kebanggaan dari negaranya,” puji Putri.Tiba-tiba Gadis ingat sesuatu tentang masalah Dhea yang mencoba meracuni Devano. “Ma, tadi Mesya cerita padaku kalau Dhea ada masalah, ya?”“Ah, iya. Nak. Dhea... saat ini dia sedang ada di kantor polisi. Dia ditahan karena percobaan pembunuhan pada Devano. Alhamdulillah... keadaan Devano sudah berangsur membaik dan saat ini sudah sadarkan diri. Ibu dan ayahmu besok Insya Allah mau jenguk.”“Astaghfirullah... Gadis juga terkejut saat Mesya cerita masalah Dhea. Gadis tidak menyangka kalau Dhea bisa sampai g