***“Sekarang giliran aku!” seru Paula, ia langsung memutar botol bekas dan akhirnya mengarah pada Gadis. “Yess!” girangnya. “Aku mau bertanya padamu, Gadis. Sebutkan nama lelaki yang saat ini sering kamu pikirkan?” tanyanya dengan serius.Gadis terkejut mendengar pertanyaan yang diajukan oleh Paula. Haruskah ia jujur? Gadis tidak ingin mengungkapkan nama lelaki yang saat ini ada di hatinya karena lelaki itu saat ini sedang menatap kearahnya. “Aku mau menyelesaikan tantangan darimu saja,” balas Gadis tersenyum tipis.“Kenapa sangat sulit menyebutkan nama lelaki itu? Apa kita mengenalnya?” tanya Paula penasaran.“Sebutkan saja apa yang harus aku lakukan,” balas Gadis dengan cepat.“Oke. Aku ingin kamu meminum segelas sake ini, bagaimana?”Gadis terperanjat dengan apa yang Paula pinta darinya. Apa ia salah dengar barusan? Paula menyuruhnya meminum sake atau Nihon Shu, minuman beralkohol. “Kamu serius memintaku untuk meminum ini?” tanyanya menatap Paula tak percaya.Paula mengangguk. “Iy
***“Lagu tadi, aku nyanyikan dari lubuk hatiku terdalam untuk seorang perempuan yang telah mencuri hatiku dan dia tidak adalah perempuan yang membuat tidurku tak lagi nyenyak,” ujar Albert pada semuanya. Lalu ia melanjutkan, “Harusnya pencuri itu bertanggung jawab, bukan? Aku ingin perempuan itu pun bertanggung jawab dan berharap dia mengembalikan hatiku dengan hatinya.”Semua yang mendengar Albert berbicara seperti itu langsung saling berbisik satu sama lainnya. Deborah pun langsung menyikut lengan Gadis dengan pelan. “Sepertinya Albert malam ini sedang menyatakan perasaannya pada perempuan yang dia sukai. Kamu harus bersiap-siap!” godanya. Gadis hanya menyimpulkan senyum dan berharap bukan dirinya lah perempuan yang dimaksud oleh Albert.Albert langsung menghampiiri Gadis dan ia berdiri di depan perempuan itu sambil membawa sebuket bunga gardenia yang menandakan kemurnian, kecantikan, cinta yang tulus dan tak pernah padam dan arti lainnya bunga gardenia adalah kepercayaan, harapan,
***Setelah penolakan malam itu di Sapporo, sikap Albert tentu saja berubah. Lelaki itu tidak pernah lagi menyapa teman-teman yang lainnya, Albert kembali lagi jadi sosok yang mengasingkan dirinya. Kecuali pada Gadis, lelaki itu hanya menunduk setiap melihat Gadis. Penolakan Gadis membuatnya sempat down, ia pun tak mengerti kenapa perempuan itu bisa mengalihkan dunianya dan mencuri ketenangan hidupnya.“Ini minum!” Paula menyerahkan sebotol minuman dingin pada Albert, ia duduk di samping Albert di taman kampus.“Terima kasih,” balas Albert tanpa menatap Paula sedikitpun.“Kenapa kamu jadi lemah dan bodoh begini?” tanya Paula tiba-tiba.“Dari dulu pun aku disebut seorang pecundang, kan?” balas Albert tak peduli,“Mereka mengatakan hal itu karena ingin menjatuhkan mentalmu agar kamu dicoret dari garis bangsawan. Apa kamu mau mereka yang tak suka kamu menendangmu ke luar?”“Aku tak peduli! Aku tidak menikmati sama sekali gelar itu!”“Kamu harus menjadi salah satu turunan dari keluarga Fi
***“Siapa perempuan itu? Apa itu Aisyah?” tebak Fatih.Kening Yamazaki mengerut. “Kenapa kamu mengira perempuan itu dia?”Fatih tersenyum. “Karena yang saya lihat, Sensei sangat dekat dengannta dan saya melihat sepertinya Aisyah menyukai Sensei.”Yamazaki menghela napas panjang. “Saya sering bertemu dengannya hanya karena dia sedang butuh bantuan, selebihnya tidak ada apa-apa. Aisyah belum tentu menyukai saya karena masih banyak lelaki yang ingin mengkhitbah dia.”“Kalau bukan Aisyah, lalu siapa perempuan itu?” tanya Fatih penasaran. Yamazaki tersenyum penuh dan arti dan ia pun membisikan nama perempuan itu di telinga Fatih. Setelah satu nama disebut Yamazaki, Fatih langsung terperanjat dan detik itu pula ia tersenyum. “Alhamdulillah, saya pasti bantu dan dukung Sensei dengannya,” janji Fatih bersungguh-sungguh.“Terima kasih,” sahut Yamazaki tersenyum bahagia.***“Gadis!”Gadis melihat siapa yang sedang memanggil namanya dan ia pun tersenyum melihat perempuan yang memanggil namanya
***“Assalamu’alaikum, Bu… Ayah,” sapa Gadis tersenyum, ia melihat wajah keduanya di layar laptop.“Wa’alaikumussalam, Sayang. Bagaimana hari ini di sana? Apa yang kamu lakukan?” tanya Putri.“Seperti biasa, Bu. Gadis sibuk dengan berbagai tugas dan membaca beberapa buku yang baru Gadis beli. Tentunya belajar ngaji sama kak Maryam,” balas Gadis.“Alhamdulillah, kamu semakin sibuk ya, Nak! Jangan kecapean ya! Ibu lihat wajahmu kelihatan lelah,” ucap Putri khawatir.“Capek biasa saja, Bu. Kalau Gadis banyak diam itu terasa ada yang hilang,” balas Gadis. “Ayah, Ibu bagaimana kabarnya? Kabar keluarga di Jakarta juga sehat semua?”“Ayah biasa sibuk di kampus, Nak. Saudara di sini juga Alhamdulillah semuanya sehat. Kalau Ibumu biasanya sering menghabiskan waktu sama Eva. Alhamdulillah Eva bisa mengobati rasa kangen ibu pada kamu,” balas Hadi.Gadis tersemyum. “Ciee, Ibu sama calon mantu akrab,” godanya sambil terkekeh.“Ya Allah, Ibu ingat sesuatu jadinya. Pasti kamu terkejut!” seru Putri.
***Gadis dan Mesya akhirnya memutuskan untuk menghabiskan hari Minggu dengan hangout bareng ke Kobe. Kobe adalah ibukota dari prefektur Hyogo. Kobe juga merupakan kota pelabuhan modern dan salah satu yang terbesar di Jepang. Keduanya menikmati kota Kobe dengan mengunjungi Rokko International Music Box Museum. Wisata museum unik yang membuat Gadis dan Mesya mengenal lebih dalam sejarah musik melalui berbagai artefak alat musik kuno dan juga pertunjukkan musik yang menarik. Setelah itu mereka pergi ke Taman Herbal Nunobiki, untuk melihat berbagai jenis tanaman termasuk ragam bunga musiman yang bermekaran mulai dari mawar, lavender, hingga bunga tulip dan hal yang lebih seru lagi adalah keindahan hamparan taman bunga ini bisa keduanya nikmati dari ketinggian menggunakan gondola yang melintasi kawasan wisata ini.“Masya Allah, cantik sekali ya! Aku merasa betah melihat bunga-bunga cantik yang bermekaran!” seru Gadis dengan mimik wajah bahagia.“Alhamdulillah. Negara Jepang memang sangat
Gadis langsung sadar bahwa barusan ia salah bicara. “Maksudku itu kalian, tadi aku salah bicara,” balasnya sambil dengan wajah yang tenang.“Seorang Gadis Maheswari itu tidak pernah salah bicara. Kamu itu selalu jujur dan tak pernah drama kalau bicara,” ujar Mesya. “Katakan siapa dia? Dia pasti lelaki yang saat ini mampu mengusir pergi lukamu itu? Apa aku tahu siapa dia?” tanyanya dengan tatapan menyelidik.“Memang aku enggak berbohong,” tukas Gadis. “Ayo, kita cepat habiskan makanannya. Kita harus bergegas pergi ke masjid untuk melaksanakan shalat Ashar,” pintanya langsung mengambil alih topik pembicaraan.***Setelah melaksanakan shalat Ashar di Masjid Kobe, Gadis dan Mesya tak sengaja bertemu dengan Aisyah. Ketiganya pun saling menyapa dengan hangat.“Kalian habis dari mana?” tanya Aisyah.“Biasa, Kak. Kami menghabiskan waktu untuk membunuh kebosanan,” jawab Mesya. “Kakak sama siapa ke sini?” tanyanya.“Itu sama Sensei. Dia ada di belakang kita,” balas Aisyah membuat Gadis dan Mesy
***“Kenapa wajahmu sedikit pucat? Sedang tidak enak badan?” tanya Deborah, ia menatap Gadis yang pagi ini wajahnya terlihat lesu.“Aku hanya susah tidur semalam,” balas Gadis dengan suara yang masih terdengar letih.“Ada masalah? Apa Paula masih menerormu?” tanya Deborah khawatir.Gadis menggelengkan kepalanya, sebenarnya penyebab ia tidak bisa tidur nyenyak adalah Yamazaki. Lelaki itu membuatnya gelisah tak bertepi. “Aku memang susah tidur saja beberapa hari terakhir ini,” jawabnya cepat. “Mengenai masalah Paula, aku tidak mempermasalahkan sikapnya padaku, aku juga tidak marah padanya.”“Tapi Paula sangat kasar padamu, bahkan dia berani mengancanmu. Kamu sudah bilang sama Sensei mengenai masalahmu dengan Paula?”“Perempuan kalau cemburu memang membuat dunia berubah mengerikan, itu pendapat beberapa teman-temanku,” balas Gadis. “Saat ini lebih baik diam, daripada sibuk membalas orang yang sedang tersulut api cemburu, jangan ikut sampai terbakar saja. Tunggu saja api cemburu itu padam