***“Siapa perempuan itu? Apa itu Aisyah?” tebak Fatih.Kening Yamazaki mengerut. “Kenapa kamu mengira perempuan itu dia?”Fatih tersenyum. “Karena yang saya lihat, Sensei sangat dekat dengannta dan saya melihat sepertinya Aisyah menyukai Sensei.”Yamazaki menghela napas panjang. “Saya sering bertemu dengannya hanya karena dia sedang butuh bantuan, selebihnya tidak ada apa-apa. Aisyah belum tentu menyukai saya karena masih banyak lelaki yang ingin mengkhitbah dia.”“Kalau bukan Aisyah, lalu siapa perempuan itu?” tanya Fatih penasaran. Yamazaki tersenyum penuh dan arti dan ia pun membisikan nama perempuan itu di telinga Fatih. Setelah satu nama disebut Yamazaki, Fatih langsung terperanjat dan detik itu pula ia tersenyum. “Alhamdulillah, saya pasti bantu dan dukung Sensei dengannya,” janji Fatih bersungguh-sungguh.“Terima kasih,” sahut Yamazaki tersenyum bahagia.***“Gadis!”Gadis melihat siapa yang sedang memanggil namanya dan ia pun tersenyum melihat perempuan yang memanggil namanya
***“Assalamu’alaikum, Bu… Ayah,” sapa Gadis tersenyum, ia melihat wajah keduanya di layar laptop.“Wa’alaikumussalam, Sayang. Bagaimana hari ini di sana? Apa yang kamu lakukan?” tanya Putri.“Seperti biasa, Bu. Gadis sibuk dengan berbagai tugas dan membaca beberapa buku yang baru Gadis beli. Tentunya belajar ngaji sama kak Maryam,” balas Gadis.“Alhamdulillah, kamu semakin sibuk ya, Nak! Jangan kecapean ya! Ibu lihat wajahmu kelihatan lelah,” ucap Putri khawatir.“Capek biasa saja, Bu. Kalau Gadis banyak diam itu terasa ada yang hilang,” balas Gadis. “Ayah, Ibu bagaimana kabarnya? Kabar keluarga di Jakarta juga sehat semua?”“Ayah biasa sibuk di kampus, Nak. Saudara di sini juga Alhamdulillah semuanya sehat. Kalau Ibumu biasanya sering menghabiskan waktu sama Eva. Alhamdulillah Eva bisa mengobati rasa kangen ibu pada kamu,” balas Hadi.Gadis tersemyum. “Ciee, Ibu sama calon mantu akrab,” godanya sambil terkekeh.“Ya Allah, Ibu ingat sesuatu jadinya. Pasti kamu terkejut!” seru Putri.
***Gadis dan Mesya akhirnya memutuskan untuk menghabiskan hari Minggu dengan hangout bareng ke Kobe. Kobe adalah ibukota dari prefektur Hyogo. Kobe juga merupakan kota pelabuhan modern dan salah satu yang terbesar di Jepang. Keduanya menikmati kota Kobe dengan mengunjungi Rokko International Music Box Museum. Wisata museum unik yang membuat Gadis dan Mesya mengenal lebih dalam sejarah musik melalui berbagai artefak alat musik kuno dan juga pertunjukkan musik yang menarik. Setelah itu mereka pergi ke Taman Herbal Nunobiki, untuk melihat berbagai jenis tanaman termasuk ragam bunga musiman yang bermekaran mulai dari mawar, lavender, hingga bunga tulip dan hal yang lebih seru lagi adalah keindahan hamparan taman bunga ini bisa keduanya nikmati dari ketinggian menggunakan gondola yang melintasi kawasan wisata ini.“Masya Allah, cantik sekali ya! Aku merasa betah melihat bunga-bunga cantik yang bermekaran!” seru Gadis dengan mimik wajah bahagia.“Alhamdulillah. Negara Jepang memang sangat
Gadis langsung sadar bahwa barusan ia salah bicara. “Maksudku itu kalian, tadi aku salah bicara,” balasnya sambil dengan wajah yang tenang.“Seorang Gadis Maheswari itu tidak pernah salah bicara. Kamu itu selalu jujur dan tak pernah drama kalau bicara,” ujar Mesya. “Katakan siapa dia? Dia pasti lelaki yang saat ini mampu mengusir pergi lukamu itu? Apa aku tahu siapa dia?” tanyanya dengan tatapan menyelidik.“Memang aku enggak berbohong,” tukas Gadis. “Ayo, kita cepat habiskan makanannya. Kita harus bergegas pergi ke masjid untuk melaksanakan shalat Ashar,” pintanya langsung mengambil alih topik pembicaraan.***Setelah melaksanakan shalat Ashar di Masjid Kobe, Gadis dan Mesya tak sengaja bertemu dengan Aisyah. Ketiganya pun saling menyapa dengan hangat.“Kalian habis dari mana?” tanya Aisyah.“Biasa, Kak. Kami menghabiskan waktu untuk membunuh kebosanan,” jawab Mesya. “Kakak sama siapa ke sini?” tanyanya.“Itu sama Sensei. Dia ada di belakang kita,” balas Aisyah membuat Gadis dan Mesy
***“Kenapa wajahmu sedikit pucat? Sedang tidak enak badan?” tanya Deborah, ia menatap Gadis yang pagi ini wajahnya terlihat lesu.“Aku hanya susah tidur semalam,” balas Gadis dengan suara yang masih terdengar letih.“Ada masalah? Apa Paula masih menerormu?” tanya Deborah khawatir.Gadis menggelengkan kepalanya, sebenarnya penyebab ia tidak bisa tidur nyenyak adalah Yamazaki. Lelaki itu membuatnya gelisah tak bertepi. “Aku memang susah tidur saja beberapa hari terakhir ini,” jawabnya cepat. “Mengenai masalah Paula, aku tidak mempermasalahkan sikapnya padaku, aku juga tidak marah padanya.”“Tapi Paula sangat kasar padamu, bahkan dia berani mengancanmu. Kamu sudah bilang sama Sensei mengenai masalahmu dengan Paula?”“Perempuan kalau cemburu memang membuat dunia berubah mengerikan, itu pendapat beberapa teman-temanku,” balas Gadis. “Saat ini lebih baik diam, daripada sibuk membalas orang yang sedang tersulut api cemburu, jangan ikut sampai terbakar saja. Tunggu saja api cemburu itu padam
Deborah menghela napas panjang, ia memang ingin menceritakan semuanya pada Yamazaki agar lelaki itu bisa menjadi jalan untuk masalah yang sedang Gadis dan Paula alami. “Masalah ini karena Albert. Sensei juga tahu kalau Albert itu jatuh cinta sama Gadis. Paula tidak terima dan dia ternyata selama ini memendam perasaan pada Albert, dia memutuskan untuk datang ke Tokyo dan kuliah di kampus dan jurusan yang sama dengan Albert karena ingin bersama terus dengannya. Kata Paula, gara-gara Gadis datang ke hidup Albert membuat hidup Albert berantakan dan sampai menentang keluarga besarnya di Jerman. Bahkan kata Paula, Albert bersedia dicoret dari keanggotan keluarga bangsawan agar bisa bersama Gadis. Paula sangat cemburu, marah dan sangat emosional. Bahkan sampai mengancam Gadis terus-terusan.”Yamazaki terkejut mendengar penuturan Deborah, ia tidak menyangka bahwa perasaan Albert yang terang-terangan membuat Paula tersulut api cemburu dan mengancam Gadis. Yamazaki tentu saja tidak mau tinggal
“Sudah tahu kenapa saya memanggil kalian ke ruangan saya?” tanya Yamazaki, ia menatap wajah mereka bertiga satu-satu.“Iya, Sensei. Saya tahu,” balas Gadis dengan suara pelan.“Saya juga tahu,” timpal Paula.“Iya, Sensei,” tambah Albert.Yamazaki menghela napasnya dalam-dalam sebelum ia memulai bicara. “Kalian itu adalah tim dan harus kompak. Jangan sampai karena ada kesalahpahaman membuat tim yang kita bangun secara solid harus hancur hanya karena masalah perasaan. Kalian bukan anak berumur belasan yang mencari cara pendek untuk melampiaskan rasa sakit hati dan semacamnya. Kalian itu sudah dewasa, bisakah bersikap secara bijak dan juga dewasa?” tanyanya. “Paula… saya mendengar kalau kamu sudah bersikap kasar, bahkan rasis pada Gadis. Apa itu benar?” tanyanya menatap lekat Paula.Perempuan bermata biru itu mengangguk pelan, ia memang hilang kendali karena sangat cemburu dan takut kehilangan Albert, lelaki yang sudah ia cintai sejak masih remaja itu. “Maafkan saya, Sensei. Sebenarnya s
“Sensei… apa saya boleh menanyakan sesuatu?” tanyanya.“Boleh. Tanyakan saja!” balas Yamazaki tanpa menatap wajah Gadis.“Tadi Sensei mengatakan kalau saya akan segera dilamar. Itu makusdnya apa?” tanya Gadis hati-hati.“Artinya kamu akan segera dilamar atau dipinang oleh lelaki yang sudah jatuh cinta padamu,” balas Yamazaki singkat.“Saya tahu kalau saya akan dipinang sama lelaki, masa saya akan dipinang sama makanan,” celetuk Gadis. “Saya hanya ingin tahu kenapa Sensei mengatakan hal itu di hadapan Paula dan Albert? Saya bingung karena saat ini saya tidak dekat dengan lelaki manapun dan tidak ada rencana untuk dilamar.”“Apa kamu juga memilki perasaan yang sama pada Albert?” tanya Yamazaki menyelidik.Gadis langsung menggelengkan kepalanya. “Saya hanya menganggapnya teman saja.”Yamazaki bernapas lega. “Syukurlah,” gumamnya sambil tersenyum dan itu masih terdengar di telinga Gadis dengan jelas. Gadis semakin bingung dengan sikap Kento yang menurutnya aneh dan mencurigakan. “Apa Sens
Lima tahun kemudian...Musim gugur di Kyoto adalah selalu jadi impianku. Dulu aku ingat saat masih duduk dibangku menengah atas, aku hanya melihat di internet, bagaimana indahnya Kyoto. Salah satu tujuanku ke Jepang dulu, yaitu ingin melihat indahnya negara sakura ini.Dan saat ini... mimpiku satu per satu, Allah kabulkan. Bagaimana bisa aku tidak bersyukur dengan kebaikan Allah padaku? Sampai detik ini pun, aku masih merasa ini seperti mimpi.Lima tahun yang lalu, aku dan Yamazaki memutuskan untuk menetap di Kyoto dan aku memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga sepenuhnya, mengurus anakku, Yuichi. Hadirnya dia di hidup kami memberikan banyak warna.Aku bahkan sangat bersyukur karena dipercaya untuk menjadi ibunya. Kedua orang tua Haruka pun hanya mempercayakan pengasuhan Yuichi pada kami.Dan juga setelah dua tahun merawat Yuichi, tanpa pernah kami harapkan lagi, ternyata Allah memberi kado terindah bagi kami, kado indah di musim
***The University of Tokyo Hospital.Gadis dan lainnya sedang berdiri di pelataran rumah sakit tersebut. Dini hari tadi, dia terkejut mendapatkan kabar kalau Haruka masuk rumah sakit karena percobaan bunuh diri dan saat ini kondisinya sedang kritis karena wanita itu terlalu lama menghisap asap karbonmonoksida dari briket yang ia bakar.Tampak kedua orang tua Haruka sedang menangis sesenggukan, dan sangat jelas kesedihan dan rasa putus asa terlukis jelas di wajah kedua orang tua itu.Gadis di hatinya merasa menyesal karena kemarin mungkin ucapannya secara tidak langsung membuat batin Haruka tersiksa. Sungguh dia tidak ada niat untuk membuat Haruka terluka atas ucapannya.Yamazaki menatap Gadis yang tampak murung, lalu dia meremas bahu istrinya pelan.Gadis menoleh dan dia hanya tersenyum getir.“Jangan menyalahkan dirimu, Sayang.” Yamazaki seolah tahu apa yang istrinya sedan
***“Kamu memilih untuk masuk ke penjara?” tanya Fumie lirih.Yamazaki mengangguk. “Iya, Ma. Penjara lebih aku sukai, daripada aku harus menuruti fitnah yang keji ini,” balasnya. Lalu, pria itu mengenggam jemari ibunya. “Maafkan aku, Ma. Maafkan aku yang selalu membuat Mama, papa, dan Harumi kecewa. Masalahku ini malah melibatkan kalian, dan aku lah yang akan bertanggung jawab dan menyelesaikannya. Aku akan buktikan pada Mama dan semuanya kalau apa yang dituduhkan padaku itu fitnah. Doakan anakmu ini.”Fumie pun tak bisa menahan air matanya, dan dia hanya bisa menangis sesenggukan. Dia tidak sanggup berbicara dan membayangkan bagaimana nanti putra kesayangannya harus tinggal di penjara. Dia tahu bagaimana sifat putranya itu. Anak laki-lakinya itu bukan seorang kriminal! Dia adalah pemuda Tokyo yang membanggakan negaranya dan juga sudah melakukan kontribusi yang besar, tapi saat masalah ini muncul... satu titik noda itu malah m
***“Saya sudah tahu masalahnya dan juga masalah Sensei sudah menjadi isue publik saat ini.” Fatih menatap pria yang dihadapannya dengan prihatin.“Iya, dan saat ini pihak kampus pun meminta saya untuk cuti mengajar dan saya harus menyelesaikan masalah saya. Jika saya bisa membuktikan kalau saya tidak bersalah, maka saya bisa kembali mengajar, dan kamu tahu berapa hari yang mereka minta?”Fatih menggelengkan kepalanya.“Besok dan sampai saat ini saya belum bisa membuktikan kalau apa yang dituduhkan itu fitnah. Banyak orang yang meninggalkan saya dan saat ini mereka seperti menjauh, termasuk keluarga saya hanya karena fitnah ini.”“Bagaimana dengan istri Sensei?”Yamazaki tersenyum tipis. “Dia... saya tidak mau menganggunya dulu. Saya ingin memberikan sedikit waktu untuknya. Saya harap dia percaya pada saya, suaminya. Saya hanya ingin Allah menyentuh hatinya agar dia tida
***"Sayang, kamu percaya padaku, kan? Suamimu?Gadis mematung, matanya terasa kosong. Saat ini lidahnya terasa kelu untuk menjawabnya dan pikirannya pun berkecamuk." Huhuhu... " Haruka menangis sesenggukan sembari menutup sebagian tubuhnya dengan kedua tangannya.Semuanya pun tersadar, lalu Fumie membawa selimut dan menutupi tubuh polos wanita itu. Jelas sekali, di matanya menyimpan banyak kecewa."Bi... Bi... Maafkan aku... Aku... Aku... " Wanita itu mengatakannya dengan terbata-bata.Fumie menghela napas, dia malah bertanya. "Dimana bajumu?"Haruka langsung menunjuk ke arah ranjang. Lalu, Fumie melihatnya dan membawa baju Haruka. "Kamu pakai lagi, masuk lah ke kamar mandi dan kita pulang bersama."Haruka hanya mengangguk pasrah dan dia pun hanya menunduk.Di sisi lain, Yamazaki mematung di tempatnya, kedua matanya masih tertuju pada Gadis yang masih saja diam dengan tatapan kosong.Plak!Sebuah tamparan mendarat dengan mulus
***Dua jam yang lalu...Haruka menatap kosong Yamazaki yang sudah berbaring di atas kasur. Selama hampir satu jam, posisinya masih tetap duduk menatap pria itu. Dia memang sudah gila, merencanakan sandiwara dan jebakan ini dengan apik. Bahkan Haruka tak tanggung-tanggung membayar mahal untuk orang-orang yang terlibat dengan sandiwara yang dia lakukan.Posisi Haruka terjepit, dia tidak tahu lagi cara bagaimana agar dirinya bisa jadi milik pria itu. Dulu adalah kesalahannya, mengalah dan merelakan pria yang sangat dicintainya direbut oleh saudari kembarnya sendiri.Saat ini, dia tidak mau mengalah. Dia tidak mau ikhlas dan melepaskan lagi. Sudah cukup dia merasakan penyesalan luar biasa di hidupnya dulu. Saat ini dia tidak jahat, kan? Haruka tidak berniat untuk memisahkan Yamazaki dengan Gadis, dia hanya ingin menjadi salah satu bagian dari keduanya. Seharusnya tidak apa-apa, bukan?Haruka tersenyum menatap pria itu, lalu dia melihat
***Setelah selesai acara, Yamazaki langsung kembali ke ryokan. Ryokan adalah penginapan tradisional Jepang yang menakjubkan. Yamazaki memang sengaja memesan ryokan karena Gadis lebih senang menginap di sana daripada hotel. Dan sebenarnya saat ini dia diam-diam sedang memberi kejutan pada Gadis untuk merayakan empat tahun pernikahan mereka lusa. Yamazaki sengaja melarang Gadis ikut ke Kyoto karena ingin menyiapkan segalanya. Dia tidak boleh gagal lagi tahun ini karena saat tahun ketiga mereka menikah, Gadis langsung tahu kalau dia dulu telah menyiapkan kejutan. Tahun keempat ini ingin sekali merayakannya dengan cara yang indah. Tahun keempat, Yamazaki hanya ingin membuang sisa kesedihan di hati Gadis karena istrinya itu masih memikirkan kalau rumah tangga mereka belum juga dikarunia seorang anak.Yamazaki memilh Ryokan di Hoshinoya Kyoto. Hoshinoya adalah ryokan yang ada di tepi sungai Oigawara di kaki Gunung Arashiyama. Untuk bisa datang ke sini harus menaiki perahu d
***“Yamazaki kemana?” tanya Putri.“Oh, dia sedang ada tugas di Kyoto.”“Kamu nggak ikut, Nak?”Gadis menggelengkan kepalanya. “Tidak, Bu. Ini ada acara dari kekaisaran Jepang dan Yamazaki diundang secara khusus.”“Ah, iya. Suamimu itu kan salah satu aset Jepang dan juga kebanggaan dari negaranya,” puji Putri.Tiba-tiba Gadis ingat sesuatu tentang masalah Dhea yang mencoba meracuni Devano. “Ma, tadi Mesya cerita padaku kalau Dhea ada masalah, ya?”“Ah, iya. Nak. Dhea... saat ini dia sedang ada di kantor polisi. Dia ditahan karena percobaan pembunuhan pada Devano. Alhamdulillah... keadaan Devano sudah berangsur membaik dan saat ini sudah sadarkan diri. Ibu dan ayahmu besok Insya Allah mau jenguk.”“Astaghfirullah... Gadis juga terkejut saat Mesya cerita masalah Dhea. Gadis tidak menyangka kalau Dhea bisa sampai g
***Satu bulan telah berlalu...Haruka sudah pulih, dan anaknya pun sudah sehat. Dan selama itu juga tidak ada komunikasi dari Haruka pada keluarga Yamazaki. Dan seminggu itu membuat hati Yamazaki menjadi tenang karena tidak adanya desakan dari Haruka maupun Fumiko.Sedangkan Gadis, dia masih bimbang karena dia merasa akan ada rencana yang dipikirkan oleh Haruka padanya. Dia pun mencoba menenangkan hatinya, apalagi saat ini dia diminta Haruka untuk bertemu. Awalnya Gadis menolak, tapi akhirnya dia berubah pikiran karena penasaran apa yang ingin Haruka bicarakan padanya.“Oke. Aku ingin tahu apa yang nanti akan kamu lakukan untuk mengusik rumah tanggaku,” gumam Gadis. Lalu, dia meminum teh hangat untuk menenangkan hatinya.Tak menunggu lama, sosok wanita itu muncul di hadapan Gadis. Wajah Haruka terlihat lebih tirus dan juga kelelahan, mungkin wanita itu begadang karena mempunyai seorang bayi.“Maaf, aku datang sedi