“Sudah tahu kenapa saya memanggil kalian ke ruangan saya?” tanya Yamazaki, ia menatap wajah mereka bertiga satu-satu.“Iya, Sensei. Saya tahu,” balas Gadis dengan suara pelan.“Saya juga tahu,” timpal Paula.“Iya, Sensei,” tambah Albert.Yamazaki menghela napasnya dalam-dalam sebelum ia memulai bicara. “Kalian itu adalah tim dan harus kompak. Jangan sampai karena ada kesalahpahaman membuat tim yang kita bangun secara solid harus hancur hanya karena masalah perasaan. Kalian bukan anak berumur belasan yang mencari cara pendek untuk melampiaskan rasa sakit hati dan semacamnya. Kalian itu sudah dewasa, bisakah bersikap secara bijak dan juga dewasa?” tanyanya. “Paula… saya mendengar kalau kamu sudah bersikap kasar, bahkan rasis pada Gadis. Apa itu benar?” tanyanya menatap lekat Paula.Perempuan bermata biru itu mengangguk pelan, ia memang hilang kendali karena sangat cemburu dan takut kehilangan Albert, lelaki yang sudah ia cintai sejak masih remaja itu. “Maafkan saya, Sensei. Sebenarnya s
“Sensei… apa saya boleh menanyakan sesuatu?” tanyanya.“Boleh. Tanyakan saja!” balas Yamazaki tanpa menatap wajah Gadis.“Tadi Sensei mengatakan kalau saya akan segera dilamar. Itu makusdnya apa?” tanya Gadis hati-hati.“Artinya kamu akan segera dilamar atau dipinang oleh lelaki yang sudah jatuh cinta padamu,” balas Yamazaki singkat.“Saya tahu kalau saya akan dipinang sama lelaki, masa saya akan dipinang sama makanan,” celetuk Gadis. “Saya hanya ingin tahu kenapa Sensei mengatakan hal itu di hadapan Paula dan Albert? Saya bingung karena saat ini saya tidak dekat dengan lelaki manapun dan tidak ada rencana untuk dilamar.”“Apa kamu juga memilki perasaan yang sama pada Albert?” tanya Yamazaki menyelidik.Gadis langsung menggelengkan kepalanya. “Saya hanya menganggapnya teman saja.”Yamazaki bernapas lega. “Syukurlah,” gumamnya sambil tersenyum dan itu masih terdengar di telinga Gadis dengan jelas. Gadis semakin bingung dengan sikap Kento yang menurutnya aneh dan mencurigakan. “Apa Sens
***Gadis menghela napasnya panjang, hari ini ia harus menjadi kurir cinta bagi Yamazaki dan Aisyah. Berat rasanya menjadi perantara atau sang cupid cinta dari lelaki yang saat ini menguasai hati dan pikirannya. Saat tadi Aisyah menemuinya di apartemen dan meminta bantuan padanya, ingin rasanya menolak dan mengatakan langsung bahwa ia pun jatuh cinta pada lelaki yang sama. Tapi Gadis tidak mau egois, ia tahu bahwa benang perasaan Aisyah dan Yamazaki terhubung. Berbeda dengan dirinya yang benang perasaan pada lelaki itu terputus karena hanya dirinya lah yang jatuh cinta.Gadis langsung beranjak dari kursinya dan tersenyum melihat kedatangan Yamazaki. Seperti biasa, senyumnya tak terbalas. Lelaki itu malah menatap aneh padanya karena sepagi ini ia sudah duduk manis di ruang kerja Kento."Assalamualaikum, Sensei... Selamat pagi!" sapa Gadis, ia berusaha seceria mungkin untuk menutupi rasa patah hatinya."Wa'alaikumussalam... Ada apa sepagi ini sudah berada di ruangan saya?" tanya Yamazak
***"Apa? Saya harus baca?" pekik Gadis terkejut."Kalau kamu tidak mau membuka dan membacanya, maka surat ini kamu kembalikan pada pemiliknya. Katakan padanya saya tidak suka dengan orang yang pengecut!"Gadis menatap Yamazaki dengan memelas agar lelaki itu urung menyuruhnya untuk membaca surat cinta yang Aisyah berikan untuk lelaki itu. Bagaimana bisa ia membaca curahan hati Aisyah untuk lelaki yang ada di hatinya? Gadis pasti cemburu!"Kenapa diam saja? Kamu tidak mau?" tanya Yamazaki. "Kalau tidak mau, kamu boleh pergi dari ruangan saya dan bawa surat ini!""Saya mau baca!" balas Gadis yang akhirnya mengalah, ia tidak mungkin menyakiti hati Aisyah dengan mengembalikan surat cinta dari perempuan itu yang sudah berusaha mencurahkan hatinya pada Yamazaki.Gadis menarik napasnya dalam-dalam, ia ingin menenangkan hatinya agar tak gugup saat membaca surat yang ditulis oleh Aisyah itu. Gadis membuka amplop berwarna merah muda dengan tenang dan ia membuka selembar kertas yang tertulis den
***Yamazaki menarik napas dalam-dalam. Perasaannya saat ini sedang kalut. Air mata Gadis yang ia lihat kemarin membuatnya tak ingin berlama-lama untuk segera meminang perempuan itu. Yamazaki tidak ingin ada mendung kesedihan di wajah Gadis."Assalamualaikum, Sensei," sapa Fatih."Wa'alaikumussalam...." Yamazaki langsung tersenyum dan mempersilahkan Fatih duduk. "Maaf saya memintamu datang ke rumah," balasnya."Tidak apa-apa, Sensei. Saya senang mendengar Sensei ingin segera meminang Gadis. Saya dan Raisya siap jadi perantara Sensei dan Gadis,"balas Fatih bersemangat."Tapi saya harus meluruskan kesalahpahaman antara saya dan Aisyah sebelum nanti memberanikan diri meminang Gadis," ucap Yamazaki."Ada apa dengan Aisyah?" tanya Fatih terkejut."Kemarin lusa Aisyah mengirimkan surat pada saya melalui Gadis dan isi surat itu mengatakan bahwa dia ingin tahu bagaimana perasaan saya dengannya. Mungkin selama ini Aisyah salah paham dengan kebaikan-kebaikan saya padanya. Dan saya merasa enggak
***Yamazaki saat ini sedang bersama Aisyah di Coffee Wrights yang berlokasi di kawasan Omotesando. Bangunannya berwarna kekinian, cokelat kayu dan abu-abu muda, namun desainnya bergaya lokal dengan sebagian tempat duduknya hanya beralas bantal duduk tipis. Tempat yang menyenangkan untuk sekedar berbicara santai.Aisyah duduk di depan Yamazaki dengan perasaan yang tak menentu dan tentu saja ia malu karena pada akhirnya Yamazaki tahu isi hatinya. Aisyah tidak berani menatap lama-lama lelaki itu. Setiap ia tak sengaja melihat Yamazaki, hatinya berdebar tak karuan.Yamazaki meminum segelas capuccino hangat dengan elegan. Lalu ia menghela napasnya pelan. "Bagaimana kabarmu, Aisyah?" tanyanya memecahkan kesunyian."Alhamdulillah, baik," balas Aisyah singkat."Alhamdulillah," ucap Yamazaki. "Aisyah, apa kamu yang mengirim surat padaku lewat Gadis?"Aisyah mengangguk. "Iya, Sensei," balasnya pelan."Kamu menulisnya dari hati dan atas kesadaranmu sendiri?""Iya, saya menulis itu dari hati say
***"Assalamualaikum, Gadis!" sapa Raisya, perempuan bercadar itu menghampiri Gadis yang sedang duduk sendirian di sudut kedai kopi di sekitar kampus."Raisya?" tanya Gadis ragu-ragu.Raisya mengangguk dan ia pun memeluk Gadis dengan hangat. "Sudah lama tidak bertemu. Kamu semakin cantik saja, Masya Allah," pujinya."Alhamdulillah dipuji sama perempuan yang lebih cantik," balas Gadis terkekeh."Besok sudah siap bertemu dengan pengagum rahasiamu?" tanya Raisa.Gadis tentu saja terkejut mendengar pertanyaan Raisa, dari mana perempuan itu tahu perihal pertemuannya esok dengan lelaki asing yang katanya diam-diam memuja dan ingin menjadikan ia istrinya. "Kamu tahu dari mana?"Raisa tertawa pelan. "Dari suamiku, Fatih. Mas Fatih dan aku besok akan menemani lelaki rahasia itu,"bidiknya dengan sengaja."Kamu tahu lelaki itul siapa?" tanya Gadis penasaran.Raisa mengangguk. "Sangat tahu dan juga aku setuju kalau kamu dan lelaki i
***Setelah melakukan shalat tahajud delapan rakaat, Yamazaki langsung membaca buku yang baru ia beli kemarin. Namun ia tidak bisa konsentrasi membacanya karena wajah Gadis terlintas begitu saja di pikirannya. Bahkan senyum perempuan itu terlihat sangat jelas di kedua pelupuk matanya, seolah sosok perempuan itu saat ini sedang menatap hangat padanya. "Astaghfirullah..." Yamazaki mengusap kasar wajahnya, ia tidak mau sampai syetan mengelabuinya, ia tidak mau lancang memikirkan kecantikan Gadis yang masih belum menjadi haknya. Yamazaki harus segera menuntaskan perasaannya dan ia tidak mau menundanya terlalu lama lagi.Pintu kamarnya diketuk dan Yamazaki langsung berdiri dan berjalan untuk membuka pintu kamarnya dan terlihat Fumie tersenyum hangat menatapnya. "Mama...""Kenapa belum tidur? Habis shalat?" tanya Fumie, ia memang sudah hapal kebiasaan anak lelakinya itu.Yamazaki mengangguk. "Mama kebangun lagi karena aku?"Fumie menggelengkan kepalanya.