***Gadis dan Mesya akhirnya memutuskan untuk menghabiskan hari Minggu dengan hangout bareng ke Kobe. Kobe adalah ibukota dari prefektur Hyogo. Kobe juga merupakan kota pelabuhan modern dan salah satu yang terbesar di Jepang. Keduanya menikmati kota Kobe dengan mengunjungi Rokko International Music Box Museum. Wisata museum unik yang membuat Gadis dan Mesya mengenal lebih dalam sejarah musik melalui berbagai artefak alat musik kuno dan juga pertunjukkan musik yang menarik. Setelah itu mereka pergi ke Taman Herbal Nunobiki, untuk melihat berbagai jenis tanaman termasuk ragam bunga musiman yang bermekaran mulai dari mawar, lavender, hingga bunga tulip dan hal yang lebih seru lagi adalah keindahan hamparan taman bunga ini bisa keduanya nikmati dari ketinggian menggunakan gondola yang melintasi kawasan wisata ini.“Masya Allah, cantik sekali ya! Aku merasa betah melihat bunga-bunga cantik yang bermekaran!” seru Gadis dengan mimik wajah bahagia.“Alhamdulillah. Negara Jepang memang sangat
Gadis langsung sadar bahwa barusan ia salah bicara. “Maksudku itu kalian, tadi aku salah bicara,” balasnya sambil dengan wajah yang tenang.“Seorang Gadis Maheswari itu tidak pernah salah bicara. Kamu itu selalu jujur dan tak pernah drama kalau bicara,” ujar Mesya. “Katakan siapa dia? Dia pasti lelaki yang saat ini mampu mengusir pergi lukamu itu? Apa aku tahu siapa dia?” tanyanya dengan tatapan menyelidik.“Memang aku enggak berbohong,” tukas Gadis. “Ayo, kita cepat habiskan makanannya. Kita harus bergegas pergi ke masjid untuk melaksanakan shalat Ashar,” pintanya langsung mengambil alih topik pembicaraan.***Setelah melaksanakan shalat Ashar di Masjid Kobe, Gadis dan Mesya tak sengaja bertemu dengan Aisyah. Ketiganya pun saling menyapa dengan hangat.“Kalian habis dari mana?” tanya Aisyah.“Biasa, Kak. Kami menghabiskan waktu untuk membunuh kebosanan,” jawab Mesya. “Kakak sama siapa ke sini?” tanyanya.“Itu sama Sensei. Dia ada di belakang kita,” balas Aisyah membuat Gadis dan Mesy
***“Kenapa wajahmu sedikit pucat? Sedang tidak enak badan?” tanya Deborah, ia menatap Gadis yang pagi ini wajahnya terlihat lesu.“Aku hanya susah tidur semalam,” balas Gadis dengan suara yang masih terdengar letih.“Ada masalah? Apa Paula masih menerormu?” tanya Deborah khawatir.Gadis menggelengkan kepalanya, sebenarnya penyebab ia tidak bisa tidur nyenyak adalah Yamazaki. Lelaki itu membuatnya gelisah tak bertepi. “Aku memang susah tidur saja beberapa hari terakhir ini,” jawabnya cepat. “Mengenai masalah Paula, aku tidak mempermasalahkan sikapnya padaku, aku juga tidak marah padanya.”“Tapi Paula sangat kasar padamu, bahkan dia berani mengancanmu. Kamu sudah bilang sama Sensei mengenai masalahmu dengan Paula?”“Perempuan kalau cemburu memang membuat dunia berubah mengerikan, itu pendapat beberapa teman-temanku,” balas Gadis. “Saat ini lebih baik diam, daripada sibuk membalas orang yang sedang tersulut api cemburu, jangan ikut sampai terbakar saja. Tunggu saja api cemburu itu padam
Deborah menghela napas panjang, ia memang ingin menceritakan semuanya pada Yamazaki agar lelaki itu bisa menjadi jalan untuk masalah yang sedang Gadis dan Paula alami. “Masalah ini karena Albert. Sensei juga tahu kalau Albert itu jatuh cinta sama Gadis. Paula tidak terima dan dia ternyata selama ini memendam perasaan pada Albert, dia memutuskan untuk datang ke Tokyo dan kuliah di kampus dan jurusan yang sama dengan Albert karena ingin bersama terus dengannya. Kata Paula, gara-gara Gadis datang ke hidup Albert membuat hidup Albert berantakan dan sampai menentang keluarga besarnya di Jerman. Bahkan kata Paula, Albert bersedia dicoret dari keanggotan keluarga bangsawan agar bisa bersama Gadis. Paula sangat cemburu, marah dan sangat emosional. Bahkan sampai mengancam Gadis terus-terusan.”Yamazaki terkejut mendengar penuturan Deborah, ia tidak menyangka bahwa perasaan Albert yang terang-terangan membuat Paula tersulut api cemburu dan mengancam Gadis. Yamazaki tentu saja tidak mau tinggal
“Sudah tahu kenapa saya memanggil kalian ke ruangan saya?” tanya Yamazaki, ia menatap wajah mereka bertiga satu-satu.“Iya, Sensei. Saya tahu,” balas Gadis dengan suara pelan.“Saya juga tahu,” timpal Paula.“Iya, Sensei,” tambah Albert.Yamazaki menghela napasnya dalam-dalam sebelum ia memulai bicara. “Kalian itu adalah tim dan harus kompak. Jangan sampai karena ada kesalahpahaman membuat tim yang kita bangun secara solid harus hancur hanya karena masalah perasaan. Kalian bukan anak berumur belasan yang mencari cara pendek untuk melampiaskan rasa sakit hati dan semacamnya. Kalian itu sudah dewasa, bisakah bersikap secara bijak dan juga dewasa?” tanyanya. “Paula… saya mendengar kalau kamu sudah bersikap kasar, bahkan rasis pada Gadis. Apa itu benar?” tanyanya menatap lekat Paula.Perempuan bermata biru itu mengangguk pelan, ia memang hilang kendali karena sangat cemburu dan takut kehilangan Albert, lelaki yang sudah ia cintai sejak masih remaja itu. “Maafkan saya, Sensei. Sebenarnya s
“Sensei… apa saya boleh menanyakan sesuatu?” tanyanya.“Boleh. Tanyakan saja!” balas Yamazaki tanpa menatap wajah Gadis.“Tadi Sensei mengatakan kalau saya akan segera dilamar. Itu makusdnya apa?” tanya Gadis hati-hati.“Artinya kamu akan segera dilamar atau dipinang oleh lelaki yang sudah jatuh cinta padamu,” balas Yamazaki singkat.“Saya tahu kalau saya akan dipinang sama lelaki, masa saya akan dipinang sama makanan,” celetuk Gadis. “Saya hanya ingin tahu kenapa Sensei mengatakan hal itu di hadapan Paula dan Albert? Saya bingung karena saat ini saya tidak dekat dengan lelaki manapun dan tidak ada rencana untuk dilamar.”“Apa kamu juga memilki perasaan yang sama pada Albert?” tanya Yamazaki menyelidik.Gadis langsung menggelengkan kepalanya. “Saya hanya menganggapnya teman saja.”Yamazaki bernapas lega. “Syukurlah,” gumamnya sambil tersenyum dan itu masih terdengar di telinga Gadis dengan jelas. Gadis semakin bingung dengan sikap Kento yang menurutnya aneh dan mencurigakan. “Apa Sens
***Gadis menghela napasnya panjang, hari ini ia harus menjadi kurir cinta bagi Yamazaki dan Aisyah. Berat rasanya menjadi perantara atau sang cupid cinta dari lelaki yang saat ini menguasai hati dan pikirannya. Saat tadi Aisyah menemuinya di apartemen dan meminta bantuan padanya, ingin rasanya menolak dan mengatakan langsung bahwa ia pun jatuh cinta pada lelaki yang sama. Tapi Gadis tidak mau egois, ia tahu bahwa benang perasaan Aisyah dan Yamazaki terhubung. Berbeda dengan dirinya yang benang perasaan pada lelaki itu terputus karena hanya dirinya lah yang jatuh cinta.Gadis langsung beranjak dari kursinya dan tersenyum melihat kedatangan Yamazaki. Seperti biasa, senyumnya tak terbalas. Lelaki itu malah menatap aneh padanya karena sepagi ini ia sudah duduk manis di ruang kerja Kento."Assalamualaikum, Sensei... Selamat pagi!" sapa Gadis, ia berusaha seceria mungkin untuk menutupi rasa patah hatinya."Wa'alaikumussalam... Ada apa sepagi ini sudah berada di ruangan saya?" tanya Yamazak
***"Apa? Saya harus baca?" pekik Gadis terkejut."Kalau kamu tidak mau membuka dan membacanya, maka surat ini kamu kembalikan pada pemiliknya. Katakan padanya saya tidak suka dengan orang yang pengecut!"Gadis menatap Yamazaki dengan memelas agar lelaki itu urung menyuruhnya untuk membaca surat cinta yang Aisyah berikan untuk lelaki itu. Bagaimana bisa ia membaca curahan hati Aisyah untuk lelaki yang ada di hatinya? Gadis pasti cemburu!"Kenapa diam saja? Kamu tidak mau?" tanya Yamazaki. "Kalau tidak mau, kamu boleh pergi dari ruangan saya dan bawa surat ini!""Saya mau baca!" balas Gadis yang akhirnya mengalah, ia tidak mungkin menyakiti hati Aisyah dengan mengembalikan surat cinta dari perempuan itu yang sudah berusaha mencurahkan hatinya pada Yamazaki.Gadis menarik napasnya dalam-dalam, ia ingin menenangkan hatinya agar tak gugup saat membaca surat yang ditulis oleh Aisyah itu. Gadis membuka amplop berwarna merah muda dengan tenang dan ia membuka selembar kertas yang tertulis den