"Sebab aku sudah mulai menyadari jika aku mencintainya. Aku tak mau membuatnya terus tersiksa dengan membiarkannya sakit jika terus bersamaku. Selain itu, statusku yang mungkin banyak orang tahu. Banyaknya kawan tapi juga musuh yang berpura-pura baik, membuatku semakin yakin untuk melepasnya. Aku membiarkan mentalnya kembali kuat setelah apa yang terjadi selama hidup bersama. Hingga hatiku sendiri yakin akan merebutnya kembali dan membuatnya berada dalam pelukanku juga menghangatkan ranjang ku setiap malam."Audi dibuat terkejut dengan penuturan Darren yang panjang. Ia sungguh tak menyangka akan cerita sebenarnya tentang perjalanan kisah cinta lelaki itu yang dimulai dari sang mantan, lalu berakhir kepadanya. "Apakah kamu sudah bisa menebaknya sekarang?" Darren kembali mengajukan pertanyaan. Namun, kini Audi menjawabnya dengan melepaskan pelukan Darren. Perempuan itu kemudian mengubah posisi lalu duduk di atas pangkuan sang suami. Aksi di luar nalar yang sama sekali tidak Darren sang
Perlahan tapi pasti Audi mulai mendekat dan menyentuh dengan bibirnya. Hingga benda itu masuk sempurna dengan diiringi helaan napas berat yang keluar dari mulut Darren, satu lenguhan menjadi puncak irama di telinga Audi. Permainan pun dimulai. Kali ini Audi memulai semuanya dengan main course. Sebuah kejutan gila yang sama sekali tidak Darren bayangkan sebelumnya akan istrinya lakukan. Lelaki itu pun memilih diam ketika di bawah sana Audi bergerak mengikuti insting-nya sebagai seorang istri. Tak mau mengganggu meski ia mulai kepayahan sebab tonjokan di dalam dadanya atas adrenalin yang mulai memompa jantungnya cepat. Hingga Darren tak kuasa untuk bertahan sebab gerakan konstan yang Audi lakukan, ia mencoba untuk menghentikan aksi istrinya itu, tapi tak berhasil. Di titik yang sama sekali tidak Darren duga, istrinya malah berhasil membuatnya mencapai pelepasan di sekian menit yang berlalu penuh penderitaan. 'Ini gila! Benar-benar gila!' teriak Darren dalam hati. Audi sudah melepas
Audi sudah pasti tahu hal gila lainnya yang Darren akan lakukan. Tapi, ia memilih diam ketika lelaki itu masih belum memulai. Pekik suaranya baru terdengar ketika Darren sudah menyerangnya tanpa aba-aba. "Here we go, Honey! Kita habiskan malam ini sampai kita mendapatkan pemenangnya."Audi hanya mampu merespon dengan ekspresi menggoda, yang jelas membuat Darren semakin menggila sebab melihat reaksi perempuan itu berikutnya yang betul-betul lain malam itu. Di sana ia melihat dengan mata kepalanya sendiri, Audi memainkan bagian tubuhnya yang sudah banyak tanda merah sebab ulahnya. "Ini jelas bahaya, Honey. Kamu sudah membuatku bersumpah untuk tidak akan berhenti.""Apapun yang kamu mau, ah!" balas Audi seraya memejamkan kedua matanya dramatis. Malam semakin larut ketika Darren berhasil membawa Audi ke dalam kamar. Sudah posisi berikutnya ketika Darren membuat sang istri berdiri di sudut ruangan. Jangan tanyakan bagaimana mereka beraksi malam itu. Suara desah dan lenguh saja sudah tak
"Apakah gerakan seperti ini yang kamu maksud?" tanya Audi yang kini bergerak lincah memainkan dua hal paling sensitif bagi keduanya, seolah memancing supaya suaminya menyerah dan mendapatkan pelepasannya. "Audi!"Kali ini Darren memanggil dengan nama asli istrinya. Tanpa ada panggilan sayang yang membuat Audi malah tergerak untuk mengubah kata itu kembali menjadi panggilan intim.Namun, hal tersebut malah membuat Darren memekik kaget, diiringi lenguhan panjang ketika ia mendapatkan puncak kenikmatan atas aksi gila yang rupanya bisa Audi lakukan."Kita seri sekarang," ucap Audi pada suaminya yang tengah terengah-engah. Beberapa waktu kemudian, Darren mendekati telinga Audi lalu berbisik. "Masih dua satu, Nyonya. Kamu masih harus membuatku mengalah untuk kedua kalinya."Tantangan itu rupanya Audi terima, ketika kemudian ia kembali ingin bergerak seperti sebelumnya. Tapi sayang, inisiatif-nya kurang cepat sebab Darren sudah membuatnya terkukung di bawah tubuhnya sekarang. "Aku akan me
Di salah satu klub malam yang ada di pusat kota, tampak Tasyi tengah berpesta dengan beberapa orang kawannya. Beberapa dari mereka adalah pasangan kekasih yang terlihat beraksi gila dengan melakukan adegan mesra tanpa malu. Namun, sepertinya hal tersebut adalah hal lumrah bagi semua orang yang ada di tempat tersebut. "Jadi, apakah kamu sudah berhasil menjerat Darren kembali, Tas?" tanya salah seorang teman perempuan yang sembari menenggak minuman beralkohol ke mulutnya. "Ehm, saat ini memang belum. Tapi, hal itu tidak akan lama lagi aku dapatkan.""Wah, percaya diri sekali nona kita ini. Padahal kita tahu siapa Darren sebenarnya," kekeh perempuan itu lagi menertawakan Tasyi. "Aku tahu Darren. Lelaki itu sangat mencintaiku. Bukan hal sulit bagiku untuk membuatnya kembali bertekuk lutut di hadapanku. Apalagi perempuan yang saat ini menjadi istrinya jelas-jelas bukan level-nya. Bukan tandingan ku juga."Kesombongan Tasyi jelas bukan tanpa sebab. Karena semua temannya tahu bagaimana bu
Suasana kantor menjelang waktu pulang terlihat sudah mulai sibuk dengan para karyawan yang merampungkan tugas dan merapikan alat kerja mereka di meja masing-masing. Tak terkecuali Zain yang sore itu sudah menyelesaikan beberapa laporan yang harus ia cek sebelum diserahkan kepada Darren. Lelaki itu terlihat senang sebab bisa melihat kebahagiaan yang tampak nyata di wajah sang tuan. Darren yang sejak beberapa hari ini selalu tersenyum sumringah seolah ingin memberi tahu jika hari-harinya penuh dengan warna juga kebahagiaan. Namun, sepertinya akan ada perubahan ekspresi kala Zain datang ke ruangannya."Selamat sore, Pak!" sapa lelaki itu yang sudah siap dengan berkas di tangan. "Sore, Zain. Masuk!"Lelaki itu berjalan mendekat, lalu duduk setelah sang pimpinan mempersilakan. "Maaf, izin melapor, proyek yang sedang Bu Sofi kerjakan ada sedikit kendala, Pak."Seketika Darren menghentikan kegiatannya di atas keyboard laptop demi memandang Zain yang sore itu memberikan sebuah kabar yang
Di tengah canda tawa yang masih berlangsung di meja keduanya, tiba-tiba sosok Pak Lutfi muncul dan menyapa. "Eh, sore juga, Pak. Kok ada di sini? Saya 'kan enggak minta jemput?" Audi menatap sang supir heran. "Iya, Bu. Tapi, saya diminta Pak Darren untuk menjemput Ibu dan mengantar Ibu untuk ketemu Bapak."Audi menengok Surya yang juga melihat ke arahnya sambil tersenyum. "Antar kemana? Kantor maksudnya?""Bukan, Bu. Saya diminta untuk antar Ibu ke restoran.""Oh. Restoran!" seru Audi. "Sekarang?""Setelah Ibu selesai saja kata bapak. Saya akan menunggu di parkiran kalau Ibu belum selesai dengan Pak Surya."Surya tersenyum ketika Pak Lutfi menengok padanya. "Ya sudah. Saya akan menyusul Pak Lutfi sebentar lagi. Bapak bisa duluan aja.""Baik, Bu."Lelaki paruh baya itu pun segera beranjak pergi. Pesan dari sang tuan sudah tersampaikan, sekarang tugas mengantar sang nyonya menuju satu tempat yang harus terjeda sebab obrolan yang mungkin belum selesai. "Kayanya suami kamu ngakak mak
'Audi,' gumam Sofi yang mendadak emosi. Ia tiba-tiba marah sebab kemunculan wanita itu di depannya. Dua pasang mata yang sama-sama menatap tajam juga terkejut, menjadi pemandangan baru di ruangan tersebut. Sofi kemudian berpaling menatap Darren yang juga melihat ke arah pintu. Namun bedanya, laki-laki itu menatap penuh damba pada wanita yang telah kembali menjadi istrinya itu. 'Apa maksudnya ini? Apakah sebetulnya yang tengah Darren rencanakan?' batin Sofi geram seraya pandangan matanya yang terus menatap ke arah Audi. Mantan sahabat yang kini berjalan perlahan menuju sang suami, yang selalu ingin ia hancurkan karena hubungannya dengan Darren, yang sesekali mencuri pandangan ke arahnya. "Hai, Honey. Apakah ada masalah di jalan? Mengapa lama sekali sampai?" sapa Darren yang kemudian menarik tubuh Audi ke atas pangkuannya.Sungguh tak tahu malu, begitu ucapan Audi ketika suaminya tanpa sungkan membawa tubuhnya ke atas pangkuan. Bahkan, dengan keberadaan Sofi di depan mereka seolah bu