Mendapat ciuman penuh penghayatan dari sosok Audi setelah ia mengungkapkan perasaan cinta yang sebenarnya, membuat Darren teramat bahagia. "Aku tidak akan memaksa untuk kamu mencintaiku, tetapi dengan kamu mau tetap bersama dan melewati hari-hari denganku, itu semua sudah cukup. Aku tak mau menjadi manusia yang serakah asalkan bisa membuat kamu bahagia dengan segala hal yang apapun akan aku lakukan, tak ada hal lain yang aku mau selain dirimu terus berada di sisiku."Kalimat itu terus berdengung di telinga Audi sampai ia kemudian dikejutkan dengan kedatangan Tasyi yang entah apakah sudah memiliki janji atau belum dengan suaminya, masuk tanpa mengetuk pintu atau pun izin. "Darren, aku nunggu kamu lama banget loh! Aku pikir kamu lagi meeting, tahunya ..." Datang-datang Tasyi langsung berkata kesal. Tampak ekspresinya memandang malas Audi."Bukannya tadi kamu bilangnya begitu? Kok malahan mesra-mesraan sama istri kamu." Tasyi masih saja bicara, bahkan ia seperti tak peduli ketika Darr
Jalan raya menjelang sore hari sudah mulai terpantau padat ketika mobil yang Audi kendarai masih berjibaku dengan kendaraan yang lain. Saat matanya fokus menatap jalan, pikirannya juga seolah masih ingin melanglang buana ke cerita serunya di kantor Darren. "Tasyi adalah kekasih pertamaku. Mungkin bisa dibilang mantan terindah sebelum wanita itu mengubah perasaan dan pikiranku setelahnya."Kalimat yang Darren sampaikan masih berdengung di telinga Audi sampai perempuan itu sudah duduk di balik kemudi menuju perjalanan pulang. Ya, pembicaraan antara Audi dan Darren harus terhenti sebab panggilan dari seorang rekan kerja pengusaha itu untuk pertemuan dadakan. Alhasil, Audi harus pulang lebih dulu yang sebelumnya berencana menunggu suaminya itu selesai bekerja. Obrolan yang masih berfokus pada sosok Tasyi, sebetulnya amat sangat membuat Audi penasaran. Informasi mengenai status perempuan itu yang adalah benar mantan kekasih suaminya, bukanlah sebuah isapan jempol. Mungkin ia masih menco
Audi tampaknya sudah sangat siap dengan pembicaraan yang akan terjadi saat ini bersama Tasyi. Sikapnya yang santai, memang sengaja ia tunjukkan di depan mantan kekasih suaminya itu. "Mungkin kamu sudah tahu kalau aku adalah mantan kekasih Darren?"Tasyi menengok, menatap Audi dan mendapat respon anggukan dari perempuan di sampingnya tersebut. "Tapi, apakah kamu juga tahu kalau kami hampir menikah sebelum akhirnya Darren menikahi kamu?" Ada ekspresi mencemooh dari wajah Tasyi ketika berbicara demikian, membuat lawan bicaranya menoleh dengan tatapan yang mungkin bisa diterka olehnya, kaget. Tasyi merasa berhasil. Ia menduga jika Audi tidak tahu apapun tentang kisah masa lalunya bersama Darren. "Ehm, bisa ya bisa juga tidak.""Kalau boleh tahu, apakah Darren pernah bercerita tentang masa lalu kami?" Tasyi kembali menyudutkan Audi akan sikap Darren yang mungkin menyembunyikan semuanya dari sang istri. "Ya." Audi menjawab pasti. "Termasuk rencana pernikahan kami yang gagal karena dia
"Hubunganku dengan Tasyi memang sudah seintim yang kamu bilang, dalam artian dekat, sangat dekat malah. Bahkan, kedua keluarga sudah merasa cocok dan mengharapkan pernikahan segera berlangsung."Aksi Darren yang malam itu ingin mengulang apa yang telah terjadi siang tadi di kantor, harus ia jeda sebab permintaan Audi yang ingin tahu mengenai kisahnya dulu ketika masih berpacaran dengan Tasyi. "Jangan memandangku seperti itu!" Tiba-tiba Darren berseru sebab melihat ekspresi kaget sang istri. "Asal kamu tahu, keperjakaanku aku berikan pertama kali saat kita melangsungkan malam pertama, yaitu denganmu.""Ah, aku pikir kamu sedang berbohong.""Kenapa kamu bicara begitu?" Darren menatap Audi yang malah melengos, menatap ke arah lain. Tapi, perempuan itu tidak langsung menjawab dan memilih diam. Membuat Darren gemas hingga kemudian menarik wajah istrinya itu lalu mendaratkan sebuah kecupan. "Jangan cium-cium terus. Bukannya kamu lagi cerita!" seru Audi merasa kesal. "Ya, habis kamu diam
"Sebab aku sudah mulai menyadari jika aku mencintainya. Aku tak mau membuatnya terus tersiksa dengan membiarkannya sakit jika terus bersamaku. Selain itu, statusku yang mungkin banyak orang tahu. Banyaknya kawan tapi juga musuh yang berpura-pura baik, membuatku semakin yakin untuk melepasnya. Aku membiarkan mentalnya kembali kuat setelah apa yang terjadi selama hidup bersama. Hingga hatiku sendiri yakin akan merebutnya kembali dan membuatnya berada dalam pelukanku juga menghangatkan ranjang ku setiap malam."Audi dibuat terkejut dengan penuturan Darren yang panjang. Ia sungguh tak menyangka akan cerita sebenarnya tentang perjalanan kisah cinta lelaki itu yang dimulai dari sang mantan, lalu berakhir kepadanya. "Apakah kamu sudah bisa menebaknya sekarang?" Darren kembali mengajukan pertanyaan. Namun, kini Audi menjawabnya dengan melepaskan pelukan Darren. Perempuan itu kemudian mengubah posisi lalu duduk di atas pangkuan sang suami. Aksi di luar nalar yang sama sekali tidak Darren sang
Perlahan tapi pasti Audi mulai mendekat dan menyentuh dengan bibirnya. Hingga benda itu masuk sempurna dengan diiringi helaan napas berat yang keluar dari mulut Darren, satu lenguhan menjadi puncak irama di telinga Audi. Permainan pun dimulai. Kali ini Audi memulai semuanya dengan main course. Sebuah kejutan gila yang sama sekali tidak Darren bayangkan sebelumnya akan istrinya lakukan. Lelaki itu pun memilih diam ketika di bawah sana Audi bergerak mengikuti insting-nya sebagai seorang istri. Tak mau mengganggu meski ia mulai kepayahan sebab tonjokan di dalam dadanya atas adrenalin yang mulai memompa jantungnya cepat. Hingga Darren tak kuasa untuk bertahan sebab gerakan konstan yang Audi lakukan, ia mencoba untuk menghentikan aksi istrinya itu, tapi tak berhasil. Di titik yang sama sekali tidak Darren duga, istrinya malah berhasil membuatnya mencapai pelepasan di sekian menit yang berlalu penuh penderitaan. 'Ini gila! Benar-benar gila!' teriak Darren dalam hati. Audi sudah melepas
Audi sudah pasti tahu hal gila lainnya yang Darren akan lakukan. Tapi, ia memilih diam ketika lelaki itu masih belum memulai. Pekik suaranya baru terdengar ketika Darren sudah menyerangnya tanpa aba-aba. "Here we go, Honey! Kita habiskan malam ini sampai kita mendapatkan pemenangnya."Audi hanya mampu merespon dengan ekspresi menggoda, yang jelas membuat Darren semakin menggila sebab melihat reaksi perempuan itu berikutnya yang betul-betul lain malam itu. Di sana ia melihat dengan mata kepalanya sendiri, Audi memainkan bagian tubuhnya yang sudah banyak tanda merah sebab ulahnya. "Ini jelas bahaya, Honey. Kamu sudah membuatku bersumpah untuk tidak akan berhenti.""Apapun yang kamu mau, ah!" balas Audi seraya memejamkan kedua matanya dramatis. Malam semakin larut ketika Darren berhasil membawa Audi ke dalam kamar. Sudah posisi berikutnya ketika Darren membuat sang istri berdiri di sudut ruangan. Jangan tanyakan bagaimana mereka beraksi malam itu. Suara desah dan lenguh saja sudah tak
"Apakah gerakan seperti ini yang kamu maksud?" tanya Audi yang kini bergerak lincah memainkan dua hal paling sensitif bagi keduanya, seolah memancing supaya suaminya menyerah dan mendapatkan pelepasannya. "Audi!"Kali ini Darren memanggil dengan nama asli istrinya. Tanpa ada panggilan sayang yang membuat Audi malah tergerak untuk mengubah kata itu kembali menjadi panggilan intim.Namun, hal tersebut malah membuat Darren memekik kaget, diiringi lenguhan panjang ketika ia mendapatkan puncak kenikmatan atas aksi gila yang rupanya bisa Audi lakukan."Kita seri sekarang," ucap Audi pada suaminya yang tengah terengah-engah. Beberapa waktu kemudian, Darren mendekati telinga Audi lalu berbisik. "Masih dua satu, Nyonya. Kamu masih harus membuatku mengalah untuk kedua kalinya."Tantangan itu rupanya Audi terima, ketika kemudian ia kembali ingin bergerak seperti sebelumnya. Tapi sayang, inisiatif-nya kurang cepat sebab Darren sudah membuatnya terkukung di bawah tubuhnya sekarang. "Aku akan me