Lagi-lagi wajah Safia merona, ia berjalan cepat sambil berkata, "Tidak aku tidak ingin tahu apa hukumannya."Benarkah? hukuman ini sangat menguntungkanmu, kau tidak perlu diet untuk bisa langsing dan ramping cukup kau langgar saja yang tadi," ucap Manan sambil tersenyum geli membayangkan apa yang akan dilakukannya nanti pada wanita yang telah menjadi istrinya itu.Hal itu membuat Safia merasa penasaran apa sebenarnya hukuman yang akan dia dapat karena tidak mau membantu Pria itu berpakaian, "Yang benar saja, dia kan sudah dewasa apalagi itunya," batin Safia jengkel.Wanita itu mengambilkan peralatan makan lalu kembali ke meja makan dan mulai menyendokan nasi, sayur dan lauk pauknya. Sambil meletakkan piring berisi makanan Safia pun bertanya, "Emang hukuman apa yang akan kudapatkan.""Kau ingin tahu?" tanya Manan sambil menyendok makanannya lalu melahapnya dengan sangat tenang."Kalau kau tidak mau bilang aku tidak mau menerima hukuman itu!" teriaknya kesal."Tidak masalah akan kuambil
Pagi itu Hanie telah bersiap diri setelah menelpon Brian dengan cara sembunyi-sembunyi ia menggeret koper sambil berjalan keluar kamarnya dan menuruni tangga menuju pintu keluar rumah.Didepan sudah terparkir mobil dan seorang sopir yang sudah menunggu ia menghampiri nona mudanya dan membantunya untuk memasukan kedalam bagasi mobil. Hani duduk di bangku tengah lalu disusul Akran entah kemana tadi tidak terlihat oleh Hani sebelumnya.Lalu mobil berjalan keluar dari pintu gerbang dan meninggalkan rumah itu menuju ke bandara. Selama satu jam perjalanan akhirnya tiba juga dan sang sopir mengeluarkan koper dari bagasi.Mereka keluar dari mobil tidak ada percakapan antara mereka berdua saling menyimpan sesuatu di dalam hatinya. Hani sengaja berjalan perlahan di belakang Akran ia begitu jauh tertinggal dan menyapukan pandangannya dia area itu hatinya sedikit kecewa.Sementara itu Setelah menerima telpon dari Hani Brian keluar dari apartemennya, ia memasu
Safia Duduk termenung di meja makan, sungguh dia tidak bisa membaca perasaan Manan yang sesungguhnya dan apa yang diinginkan pria itu. Ia mendes4h tidak tahu harus memutuskan apa dengan keadaan rumahnya dan pria itu begitu mudahnya menjebaknya dalam hal yang tidak dapat menolaknya.Apa yang terjadi dengan hatinya apakah dia sudah melupakan rasa cinta pada almarhum suaminya, otaknya tidak bisa menerima jika dia harus berpaling dengan cinta lamanya. Apa dia sudah jatuh cinta dengan mantan kakak iparnya.Ia menghela napas 'Ini tidak boleh terjadi, aku harus menghilangkan rasa ini,' pikirnya.Ia beranjak dari duduknya mulai membereskan makanan yang ada di meja lalu mencuci perkakas dapur dan kemudian ia kembali ke kamar Manan terlihat Amar sudah terbangun tetapi tidak menangis, Safia memandikan bayi itu lalu mengganti pakaiannya dengan yang bersih lalu mencoba memberikan ASIP sesuai dengan perintah, Manan. Beberapa saat sangat sulit untuk mengenalkan botol pada Amar tetapi ia harus ber
Safiah terkejut dan tertegun dengan ucapan yang begitu lancar diucapkan Manan itu, hingga tak sadar mulutnya menganga lebar."Fia, air liurmu menetes ke mana-mana," ucap Manan datar. Seketika itu ia langsung mengatupkan mulutnya.Ini baru sehari tetapi kenapa begitu banyak hukuman yang ku dapatkan?" gerutu Safia."Itu karena kamu tidak tanggap dengan apa yang kukatakan kemarin malam padamu," ucap Manan dengan sangat ringan."Aku tidak terima kau hukum!" ucap Safia pada manan."Apa itu pengaruh untukku? Aku bisa mengambilnya paksa seperti tadi pagi, dan kau tidak dapat menolaknya," ucap Manan sambil tersenyum menyeringai.Safia kembali menghelah napas dan mengambilkan makanan untuk Manan. "Segini cukup?" tanyanya pada Manan."Hemm, Kau juga harus makan bersamaku aku tidak ingin kau pingsan seperti tadi malam," ucapnya sambil mengambil piring berisi makanan dari tangan Safia."Iya," jawabnya singkat. Ia tidak ingin berdebat panjang dengan lelaki itu walau hatinya sangat dongkol, Ia ping
Apa aku harus memakai pakaian ini?' pikirnya.Ia kembali teringat kata Manan. "Pakailah Baju itu dan berdandanlah!" Safia kembali berfikir apa itu artinya Mas Manan mengingikannya sebagai dirinya sendiri bukan pengganti sang Kakak. Ia mengambil gaun itu kemudian menjembrengnya. Sangat indah, tetapi ia melotot saat melihat dengan seksama. "Pakain apa ini kenapa dia mesum sekali, hampir setiap malam ia keluar dari ruangan kerja Manan dengan langkah terseok-seok. dan bagian intinya terasa sakit kadang pria itu lembut kadang sangat kasar, Safia merasa Manan tidak punya rasa lelah jika sedang menyalurkan hasratnya.Ia melipat kembali pakaian itu, dan berjalan ke arah kamar Manan lalu menatap pintu kamarnya sendiri yang tertutup rapat.'Aku tidak tahu kenapa Mas Manan mengunci kamar itu, aku ingin bertanya hari ini, tetapi aku selalu lupa, ada di dalam kamar itu,' pikirnya dan ia akan bertanya nanti ketika pria itu pulang.Ia masuk ke dalam kamar Manan dan menatap Amar yang terbaring di
Saat tersadar ia melepas wanita itu dan berkata, "Pergilah, bilas tubuhmu!" Safiah hanya tertegun atas perubahan sikap Manan pada dirinya sepertinya ia menyesal melakukan semua itu, padahal dia pun ikut larut dalam gelombang permainan itu. Ia benar-benar terhanyut dengan perasaan yang seharusnya tidak perlu ada untuk hubungan ini. Safia menatap Manan dengan tatapan kecewa dan Manan mengusap wajahnya dengan kasar. Wanita itu membalikan tubuhnya lalu berenang menuju ke tepi kolam."Harusnya ini tidak kulakukan, Safia! Aku tidak ingin punya anak denganmu, Safia. Lalu, bagaimana setelah ini kalau kau hamil? Bagaimana dengan Amar? Aku hanya memikirkan putraku, yang lainnya tidak ingin ku pikirkan dan tidak ingin hadir. Kau hadir membuatku gila, Safia jangan kau pikir ini cinta, bukan, bukan itu, camkan, Safia! Jangan pernah timbuhkan rasa cinta padaku, yang perlu kau lakukan adalah tetap membenci aku! Teriakan Manan semakin membuatnya luka.Ia merasa seperti benda yang usang dan di campa
Manan memeluk wanita itu ia tahu kalau dia begitu keterlaluan pada Safia, ia hanya takut ketika Safia hamil Amar tidak mau minum ASI lagi. Ia tidak mengira itu sangat melukai Safia.Ia mengurai pelukannya dan menangkup pipi Safia dan menghapus air mata wanita itu. Ia menuntun Safia ke arah ranjang dan menekan bahu wanita itu pelan hingga terduduk di atas bibir ranjang "Hari ini kamu boleh menempati kamar ini tetapi sebentar aku akan membereskan sesuatu agar kamu nyaman di sini," ucap Manan dengan wajah teduhnya yang selama ini telah hilang.Pria itu berjalan mengambil alat pemukul dan setelah mendapatkannya ia berjalan di suatu arah di kamar Safia serta mendekati dinding yang berada lurus di depan wanita itu berdiri lalu memukul benda yang menempel di dinding itu.Safia awalnya bingung kenapa Manan membawa alat pemukul ke kamar. Namun setelah tahu ia sangat terkejut. Wanita itu melebarkan matanya melotot kearah Manan berdiri. Ia lalu bangun dari duduknya dan berjalan ke arah Manan.
Safia menatap Manan dengan tajam. pria itu tak menghiraukan tatapan Safia ia keluar dari kamar itu lalu kembali dengan kunci di tanganya dan memberikan pada Safia. Setelah itu dia keluar dari kamar itu.Safia dengan senang segera membuka lemari pakaiannya dan ketika telah terbuka ia sangat terkejut karena isinya telah berubah.Baju yang dulu memang masih ada tetapi ia melihat pakaian d4l4mnya sungguh membuatnya semakin pusing.'Apa maksud pria ini sebenarnya, bikin pusing saja. Katanya tidak bisa mencintaiku tetapi kenapa selalu menyuruh memakai pakaian yang seksi, Apa ini? Kapan dia membelinya? Ahh ... kalau begini apa yang ditutupin?' batinnya sambil menatap pakaian d4l4m di tangannya.Hampir setengah jam ia hanya berdiri didepan pintu lemari itu. Ia masih terpaku sebab pakaian yang dulu pun hanya beberapa setel saja ia tidak tahu kapan pria itu membuang pakaiannya, sampai-sampai ia tidak mendengar langkah kaki Manan yang masuk ke kamar itu deng