Saat tersadar ia melepas wanita itu dan berkata, "Pergilah, bilas tubuhmu!" Safiah hanya tertegun atas perubahan sikap Manan pada dirinya sepertinya ia menyesal melakukan semua itu, padahal dia pun ikut larut dalam gelombang permainan itu. Ia benar-benar terhanyut dengan perasaan yang seharusnya tidak perlu ada untuk hubungan ini. Safia menatap Manan dengan tatapan kecewa dan Manan mengusap wajahnya dengan kasar. Wanita itu membalikan tubuhnya lalu berenang menuju ke tepi kolam."Harusnya ini tidak kulakukan, Safia! Aku tidak ingin punya anak denganmu, Safia. Lalu, bagaimana setelah ini kalau kau hamil? Bagaimana dengan Amar? Aku hanya memikirkan putraku, yang lainnya tidak ingin ku pikirkan dan tidak ingin hadir. Kau hadir membuatku gila, Safia jangan kau pikir ini cinta, bukan, bukan itu, camkan, Safia! Jangan pernah timbuhkan rasa cinta padaku, yang perlu kau lakukan adalah tetap membenci aku! Teriakan Manan semakin membuatnya luka.Ia merasa seperti benda yang usang dan di campa
Manan memeluk wanita itu ia tahu kalau dia begitu keterlaluan pada Safia, ia hanya takut ketika Safia hamil Amar tidak mau minum ASI lagi. Ia tidak mengira itu sangat melukai Safia.Ia mengurai pelukannya dan menangkup pipi Safia dan menghapus air mata wanita itu. Ia menuntun Safia ke arah ranjang dan menekan bahu wanita itu pelan hingga terduduk di atas bibir ranjang "Hari ini kamu boleh menempati kamar ini tetapi sebentar aku akan membereskan sesuatu agar kamu nyaman di sini," ucap Manan dengan wajah teduhnya yang selama ini telah hilang.Pria itu berjalan mengambil alat pemukul dan setelah mendapatkannya ia berjalan di suatu arah di kamar Safia serta mendekati dinding yang berada lurus di depan wanita itu berdiri lalu memukul benda yang menempel di dinding itu.Safia awalnya bingung kenapa Manan membawa alat pemukul ke kamar. Namun setelah tahu ia sangat terkejut. Wanita itu melebarkan matanya melotot kearah Manan berdiri. Ia lalu bangun dari duduknya dan berjalan ke arah Manan.
Safia menatap Manan dengan tajam. pria itu tak menghiraukan tatapan Safia ia keluar dari kamar itu lalu kembali dengan kunci di tanganya dan memberikan pada Safia. Setelah itu dia keluar dari kamar itu.Safia dengan senang segera membuka lemari pakaiannya dan ketika telah terbuka ia sangat terkejut karena isinya telah berubah.Baju yang dulu memang masih ada tetapi ia melihat pakaian d4l4mnya sungguh membuatnya semakin pusing.'Apa maksud pria ini sebenarnya, bikin pusing saja. Katanya tidak bisa mencintaiku tetapi kenapa selalu menyuruh memakai pakaian yang seksi, Apa ini? Kapan dia membelinya? Ahh ... kalau begini apa yang ditutupin?' batinnya sambil menatap pakaian d4l4m di tangannya.Hampir setengah jam ia hanya berdiri didepan pintu lemari itu. Ia masih terpaku sebab pakaian yang dulu pun hanya beberapa setel saja ia tidak tahu kapan pria itu membuang pakaiannya, sampai-sampai ia tidak mendengar langkah kaki Manan yang masuk ke kamar itu deng
Manan jalan menghampiri Safia lalu duduk di sebelah wanita itu kemudian menempuk bahunya sambil berkata, "Kau dengar tidak apa yang kukatakan, Fi?"Wanita itu terjengkit dan mulai kepada Manan Safia menatap Manan dengan tatapan tak terbaca dengan sangat lama."Apa yang yang kau lihat dan kau pikirkan tentang aku? Hahaha, Kau pasti memikirkan yang tadi. Kau pikir aku bicara yang sebenarnya? Apa Kau mulai takut?" tanyanya pada Safia.wanita itu menggeleng lalu mengangguk kemudian menatap Manan kembali, mencari kebenaran di matanya tetapi lelaki itu begitu pandai bersandiwara dia begitu pandai menyembunyikan apa yang ada di hatinya."Yang benar yang mana? Kau takut atau tidak?" tanya Manan sambil menyeringai."Aku tidak tahu, Mas Manan, tapi perlu aku tekankan padamu jangan kau samakan aku dengan Kak Laila! Jika kau tidak ingin aku pergi dari rumah ini! Aku hanya bertahan untuk Amar keponakanku jadi tolonglah jangan selalu mengintimidasiku lagi! Jika aku nekat maka kau sendiri yang akan
Hanie menatap lelaki itu, dan tertawa dengan sangat keras. "Jangan seolah-olah aku yang butuh kamu, tetapi justru kamu yang butuh pernikahan ini, jika Kau melepaskanku bagaimana dengan adikmu dan ibumu, maka bertahanlah dengan pernikahan yang hanya sebatas kertas ini, lakukan apa yang kau mau dan akan kulakukan apa yang kumau," ucap Hanie dengan rasa kecewanya.Ia tak pernah memiliki apa yang ingin ia miliki. Dia sudah hidup mengejar ambisi cinta yang tak pernah di gemgamnya. Kali ini ia ingin dimiliki hatinya.Akran terdiam, apa yang dikatakan Hani memanglah benar ia butuh wanita itu. Bukan Hani yang butuh dirinya entah kenapa tuan Subagio ingin dia mempertahankan rumah tangga bersama Hanie.Setelah hampir 23 jam perjalanan akhirnya mereka tiba di gedung apartemen mereka mereka saling diam Hani menyeret kopernya dan masuk ke dalam lift hingga sampai di lantai 13 pintu pun terbuka,Hani berjalan mendahului pria itu dan menaruh Key card di tempatnya lalu pintu terbuka dan dia berjalan
Makan malam pun sudah selesai di siapkan di meja dan Safia hendak berlalu, Manan tiba-tiba saja memanggil dan menyuruhnya duduk."Apa kau tidak mengerti dengan pelayanan komplit, Fia?" tanya Manan sambil berdiri lalu berjalan ke arah Safia berdiri lalu ditariknya kursi dan memintanya duduk.Kemudian Manan kembali duduk di kursinya, ia mengambil piring dan menuangkan nasi serta lauk pauknya di sana lalu menaruhnya di atas meja."Makanlah dengan lahap jangan pikirkan apa pun, hari ini aku ampuni kesalahanmu, ingat apa saja yang harus kau lakukan sebagai istri agar aku tidak menghukummu lagi," ucap manan pada Safia.wanita itu menatap penuh tanda tanya seolah tak percaya dengan apa yang dikatakan Manan padanya."Kenapa, diam lekaslah makan agar tenaga yang terkuras kembali bugar seperti sedia kala," ucap Manan sambil mengambil makanan untuk dirinya sendiri lalu menyuapkan ke dalam mulutnya. Lima belas menit berlalu mereka pun selesai makan malam dan Manan pergi ke ruangan kerjanya sedan
Hari ini aku akan menjadi guru les privat, setiap kali kau gagal kau harus cium aku!" jelasnya sambil terus sibuk dengan masakannya setelah selesai di letakan di atas meja.Safia terkejut mendengar ucapan Manan, ia menatap punggung pria itu dan menelan salivanya sendiri."Ini materi pertama yang harus kamu lakukan saat dari bangun tidur, Ambil tisu dan lap keringatku yang ada di dahi!" perintahnya.Safia terbengong mendengar perintah Manan, ia menoleh ke kiri dan ke kanan mencari tisu tetapi tidak menemukannya."Kau gagal! Cium aku!" perintahnya"Apa?" teriak Safia sambil melototkan matanya."Gagal lagi, cium yang lama!" perintahnya lagi tanpa expresi apapun.Safia masih terbengong, "Gagal ketiga, aku yang bertindak!" ucapnya lagi."Maksudnya apa ini aku nggak ngerti?" tanya Safia.Tiba-tiba saja dengan cepat Manan menyambar bibir Safia dan memegang leher belakangnya pertama ciuman sekilas, kedua agak lama dan ketiga sedikit liar. Lalu ia melepaskan ciumannya."Bau, kau belum sikat gi
"Mas, kamu sedang apa?" tanya Safia semakin gugup, sebab sekarang kancing bajunya sudah terlepas semuaManan tidak menjawab ia terus melucuti pakaian Safia, setelah itu membawanya ke kamar mandi dan Menurunkannya di sana lalu menguncinya. Safia menyapukan pandangannya ke seluruh ruangan lalu menyambar bath robe dan memakainya Manan membiarkannya ia sedang menyiapkan air hangat dengan aroma terapi, saat Safia hendak keluar Manan meraih tangan Safia, menarik tali bath robe dan melepaskannya dengan cara paksa yaitu mencumbu bagian dalam menyentuh bagian-bagian sensitifnya yang membuat Safia tidak berkutik.Manan lalu mengangkat tubuh Safia dan dimasukkan ke dalam bathtub, Ia sendiri masuk ke dalam dan duduk di belakangnya setelah melepas semua pakaiannya."Tidak perlu bertanya, ikuti pelajarannya hingga selesai," ucap Manan mulai memijat bahu Safia dan menyentuh bagian-bagian yang sensitif kembali."Su-sudah, a-apa yang kau ajarkan padaku?" tanya tergagap."Jangan banyak bicara, ikuti