"Mas, kamu sedang apa?" tanya Safia semakin gugup, sebab sekarang kancing bajunya sudah terlepas semuaManan tidak menjawab ia terus melucuti pakaian Safia, setelah itu membawanya ke kamar mandi dan Menurunkannya di sana lalu menguncinya. Safia menyapukan pandangannya ke seluruh ruangan lalu menyambar bath robe dan memakainya Manan membiarkannya ia sedang menyiapkan air hangat dengan aroma terapi, saat Safia hendak keluar Manan meraih tangan Safia, menarik tali bath robe dan melepaskannya dengan cara paksa yaitu mencumbu bagian dalam menyentuh bagian-bagian sensitifnya yang membuat Safia tidak berkutik.Manan lalu mengangkat tubuh Safia dan dimasukkan ke dalam bathtub, Ia sendiri masuk ke dalam dan duduk di belakangnya setelah melepas semua pakaiannya."Tidak perlu bertanya, ikuti pelajarannya hingga selesai," ucap Manan mulai memijat bahu Safia dan menyentuh bagian-bagian yang sensitif kembali."Su-sudah, a-apa yang kau ajarkan padaku?" tanya tergagap."Jangan banyak bicara, ikuti
Ini materi selanjutnya yang kuajarkan padamu adalah ...." Manan menatap Safia dari ujung rambut hingga ujung kaki."Aku membantumu berganti pakaian," ucap Manan sambil melipat tangannya di dada, sambil menggerak-gerakan alisnya."tidak usah dibantu aku bisa melakukannya sendiri," jawab Safia dengan salah tingkah."Ini bukan masalah kamu bisa melakukan sendiri ataukah tidak tetapi masalah apa kamu bisa melakukannya padaku besok, dan sekarang aku mengajari bagaimana cara kamu membantuku berganti pakaian," ucap Manan."A-ku membantumu berganti pakaian?" tanya Safia sambil menelan salivanya sendiri."Iya, kau keberatan, ini yang terjadi jika tidak ada tanda tangan surat kesepakatannya," ucap Manan sambil mengambil pakaian d4l4m wanita itu.Lelaki itu berjongkok. "Angkat kakimu!" perintah Manan."Tidak mau!" teriak Safia karena malu."Gagal satu," ucap Manan 'Ah sial!' umpat Safia dalam hati ia pun akhirnya mengangkat kakinya."Kenapa kau takut sekali kalau aku menyentuh itu," ucap Manan
Manan menatap punggung Safia, ia menarik napas beratnya lalu ia menatap lembaran itu.'Maaf aku belum tahu isi hatiku padamu, Fia,' ucapnya dalam hati.Ia bangun dari tempat duduknya dan berjalan ke ruangan kerja untuk menyimpan dokumen itu.Sesampainya di ruangan itu ia membuka laci mejanya ia melihat surat cerai atas nama Akran dan Safia.'Jika kau tahu ini pasti kau akan sangat sedih, Fi. Aku sangat tahu kau masih mencintai pria itu, bukannya aku ingin menyembunyikan ini padamu, kau harus sembuh dulu dari luka hatimu, maaf aku akan selalu bersikap menyebalkan untukmu agar di hati kita tidak tumbuh rasa cinta. Terus terang Fi, aku tidak punya rasa cinta sedikit pun padamu, tetapi aku sangat berhasrat dengan tubuhmu. Kita hanya sebatas teman kencan yang bercinta tanpa melibatkan perasaan kita, Fi,' ucap batin Manan.Ia lalu menyimpan kedua surat kedalam laci meja kerjanya kemudian ia pun keluar dari ruangan kerjanya dan terdengar suara tangisan Amar dan Manan segera pergi ke kamarnya
Tolong, siapkan air hangat!" ucapnya datar sambil membawa Amar ke kamar mandi, Safia menyusul mengikuti di belakang Manan. lalu wanita itu melewati manan, alangkah terkejutnya ia saat tangan Manan yang kena pup itu diusapkan ke pakaiannya Safia.Ia menatap pakaiannya yang kotor, lalu Menatap Manan dengan tajam. "Ahh ... Mas Manan resek," ucap Safia sambil mengisi bathub dengan air hangat ."Habis kamu ngeledeki aku dari tadi," ucap Manan."Mana? Aku cuma tertawa," ucap Safia membela diri."Sama saja, Fi, kamu ngeledek itu," ucap Manan sewot"Engak!" sangkalnya. "Kamu mau kemana, Fi?" tanya Manan."Mau ke kamar bersih-bersih," ucapnya."Jangan pergi dulu! tolong ini kamu lepaskan! Kan kamu terlanjur kotor juga," ucap Manan."Ck!" Safia berdecak ia mulai melepas popok Amar, dan membersihkan pantat Amar dengan air hangat. Tiba-tiba saja Manan menyerahkan Amar ke Safia.Tolong urus Amar sekalian, ya perutku sakit," kata keluar dari kamar mandi setelah mencuci tangannya di shower, dan Saf
mobil berhenti di klinik spesialis dokter Anak, mereka masuk kedalam klinik itu untuk memeriksakan Amar, setelah beberapa jam kemudian mereka pun keluar dari klinik tersebut dan ia mulai menjalankan mobilnya meninggalkan klinik tersebut.Mobil itu berjalan dengan kecepatan sedang Amar sudah pulas dalam gendongan Safia."Apa kau sedang hamil?" tanya Manan tanpa menoleh dan fokus dengan kemudinya.Safia menoleh dan berfikir sejenak sudah berjarak berapa Minggukah kejadian itu. tetapi setelah selesai nifas ia belum datang bulan hingga saat ini. 'Bukankah setelah nifas memang belum teratur apalagi aku sedang memberikan asi eksklusif untuk Amar, Apa benar aku hamil?' pikirnya mulai gelisah, duduknya mulai tidak tenang."Kenapa kamu?" tanya Manan."Tidak apa-apa," jawabnya berusaha tenang."Tidak apa bagaimana? Kau kelihatan gelisah begitu," ucap Manan."Aku hanya takut saja," jawabnya tanpa meneruskan kalimatnya.Sudah kubilang, tidak perlu ditakutkan, Andai kau hamil itu anakku bukan ana
Manan melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Ia berhenti di depan apotek, ia membuka pintu dan keluar dari mobil dan masuk kedalam apotek. Tak lama setelah itu ia kembali dengan kantong plastik yang berisi beberapa merek testpack.ia memberikan pada Safia lalu duduk di belakang kemudi kemudian dia mengemudikan kembali mobilnya dengan kecepatan sedang."Sebenarnya aku ingin membawamu ke Anton sekarang juga tetapi ia pasti akan memakiku bodoh lagi karena kau belum mengeceknya dengan testpack," ucap Manan dengan melirik Safia dan wanita itu hanya terdiam.Mobil sudah memasuki gerbang rumahnya lalu masuk ke garasi setelah itu mereka keluar dari mobil dan masuk ke rumah melalui pintu samping yang terhubung dengan ruang tengah.Manan yang berjalan mendahului Safia tiba-tiba berhenti. Ia membalikkan badannya dan mengabil Amar dari gendongan Safia lalu berjalan lagi masuk ke kamarnya kemudian menaruh Amar ke dalam boxnya."Tidurlah dulu jangan menungguku karena ada yang harus ku kerjaka
Setelah membersihkan tubuhnya ia keluar dengan memakai bath robe, di kamar itu, ia tidak menemukan Manan, mungkin saja pria itu berada di ruangan kerjanya.Ia pun berjalan menuju kamarnya sendiri, dan mengambil pakaian, melihat isi lemarinya ia jadi sedih sendiri, ia berfikir. 'Sejak kapan isinya jadi berubah seperti ini.'Ia mengambil satu dan memakainya setelah itu memakainya kemudian ia kembali ke kamar Manan agar saat Amar bangun ia bisa mendengar tangisan Amar.Ia berjalan masuk ke kamar itu pikirannya masih berkutat dengan apa yang dikatakan Manan, hingga ia pun menyerah apa pun mengenai Akran karena untuk mengunjungi makamnya saja ia tidak bisa.Safia berjalan menuju ranjangnya, ia menatap langit-langit tak ada masa depan dalam rumah tangganya. dia menjalani ini semua hanya demi Amar dan juga anak yang dikandungnya jika memang sudah tumbuh di rahimnya.Safia memejamkan matanya tubuhnya terasa remuk redam, tak lama kemudian ia pun terlelap.Sementara itu Manan yang sudah selesa
"Mas sini, aku juga mau lihat," teriak Safia sambil terus meraih, tangan Manan tanpa disadari tubuhnya menempel pada manan. Seketika itu ia pun sadar dan berhenti kemudian.Safia pun ingat kalau di gelas masih ada lima yang sedang di rendam dalam air urin dan di ambil semua lalu didiamkan sejenak setelah itu ia pun melihatnya."Apa aku hamil? ini bagaimana kalau nanti Amar tidak mau minum ASIku," ucapnya sedih."Bukankah tadi malam masih mau ASimu, itu berarti tidak masalah dan aku juga masih suka Asimu," gurau Manan agar Safia tidak tertekan.Safia menoleh matanya melotot ke arah Manan, dan pria itu tertawa. "Seperti akan segera adzan subuh, aku mau ke masjid dulu, ngomong -ngomong kenapa semuanya kamu pakai, sebenarnya lima saja sudah cukup," ucap Manan sambil meletakkan testpack di nakas kembali.Safia menepuk keningnya, "Ah ... iya kenapa ku pakai semua," ucapnya lirih lalu ia memandang sepuluh testpack yang digunakannya itu dan di pun tertawa pada akhirnya.Ia membersihkan diriny