Hanie menatap lelaki itu, dan tertawa dengan sangat keras. "Jangan seolah-olah aku yang butuh kamu, tetapi justru kamu yang butuh pernikahan ini, jika Kau melepaskanku bagaimana dengan adikmu dan ibumu, maka bertahanlah dengan pernikahan yang hanya sebatas kertas ini, lakukan apa yang kau mau dan akan kulakukan apa yang kumau," ucap Hanie dengan rasa kecewanya.Ia tak pernah memiliki apa yang ingin ia miliki. Dia sudah hidup mengejar ambisi cinta yang tak pernah di gemgamnya. Kali ini ia ingin dimiliki hatinya.Akran terdiam, apa yang dikatakan Hani memanglah benar ia butuh wanita itu. Bukan Hani yang butuh dirinya entah kenapa tuan Subagio ingin dia mempertahankan rumah tangga bersama Hanie.Setelah hampir 23 jam perjalanan akhirnya mereka tiba di gedung apartemen mereka mereka saling diam Hani menyeret kopernya dan masuk ke dalam lift hingga sampai di lantai 13 pintu pun terbuka,Hani berjalan mendahului pria itu dan menaruh Key card di tempatnya lalu pintu terbuka dan dia berjalan
Makan malam pun sudah selesai di siapkan di meja dan Safia hendak berlalu, Manan tiba-tiba saja memanggil dan menyuruhnya duduk."Apa kau tidak mengerti dengan pelayanan komplit, Fia?" tanya Manan sambil berdiri lalu berjalan ke arah Safia berdiri lalu ditariknya kursi dan memintanya duduk.Kemudian Manan kembali duduk di kursinya, ia mengambil piring dan menuangkan nasi serta lauk pauknya di sana lalu menaruhnya di atas meja."Makanlah dengan lahap jangan pikirkan apa pun, hari ini aku ampuni kesalahanmu, ingat apa saja yang harus kau lakukan sebagai istri agar aku tidak menghukummu lagi," ucap manan pada Safia.wanita itu menatap penuh tanda tanya seolah tak percaya dengan apa yang dikatakan Manan padanya."Kenapa, diam lekaslah makan agar tenaga yang terkuras kembali bugar seperti sedia kala," ucap Manan sambil mengambil makanan untuk dirinya sendiri lalu menyuapkan ke dalam mulutnya. Lima belas menit berlalu mereka pun selesai makan malam dan Manan pergi ke ruangan kerjanya sedan
Hari ini aku akan menjadi guru les privat, setiap kali kau gagal kau harus cium aku!" jelasnya sambil terus sibuk dengan masakannya setelah selesai di letakan di atas meja.Safia terkejut mendengar ucapan Manan, ia menatap punggung pria itu dan menelan salivanya sendiri."Ini materi pertama yang harus kamu lakukan saat dari bangun tidur, Ambil tisu dan lap keringatku yang ada di dahi!" perintahnya.Safia terbengong mendengar perintah Manan, ia menoleh ke kiri dan ke kanan mencari tisu tetapi tidak menemukannya."Kau gagal! Cium aku!" perintahnya"Apa?" teriak Safia sambil melototkan matanya."Gagal lagi, cium yang lama!" perintahnya lagi tanpa expresi apapun.Safia masih terbengong, "Gagal ketiga, aku yang bertindak!" ucapnya lagi."Maksudnya apa ini aku nggak ngerti?" tanya Safia.Tiba-tiba saja dengan cepat Manan menyambar bibir Safia dan memegang leher belakangnya pertama ciuman sekilas, kedua agak lama dan ketiga sedikit liar. Lalu ia melepaskan ciumannya."Bau, kau belum sikat gi
"Mas, kamu sedang apa?" tanya Safia semakin gugup, sebab sekarang kancing bajunya sudah terlepas semuaManan tidak menjawab ia terus melucuti pakaian Safia, setelah itu membawanya ke kamar mandi dan Menurunkannya di sana lalu menguncinya. Safia menyapukan pandangannya ke seluruh ruangan lalu menyambar bath robe dan memakainya Manan membiarkannya ia sedang menyiapkan air hangat dengan aroma terapi, saat Safia hendak keluar Manan meraih tangan Safia, menarik tali bath robe dan melepaskannya dengan cara paksa yaitu mencumbu bagian dalam menyentuh bagian-bagian sensitifnya yang membuat Safia tidak berkutik.Manan lalu mengangkat tubuh Safia dan dimasukkan ke dalam bathtub, Ia sendiri masuk ke dalam dan duduk di belakangnya setelah melepas semua pakaiannya."Tidak perlu bertanya, ikuti pelajarannya hingga selesai," ucap Manan mulai memijat bahu Safia dan menyentuh bagian-bagian yang sensitif kembali."Su-sudah, a-apa yang kau ajarkan padaku?" tanya tergagap."Jangan banyak bicara, ikuti
Ini materi selanjutnya yang kuajarkan padamu adalah ...." Manan menatap Safia dari ujung rambut hingga ujung kaki."Aku membantumu berganti pakaian," ucap Manan sambil melipat tangannya di dada, sambil menggerak-gerakan alisnya."tidak usah dibantu aku bisa melakukannya sendiri," jawab Safia dengan salah tingkah."Ini bukan masalah kamu bisa melakukan sendiri ataukah tidak tetapi masalah apa kamu bisa melakukannya padaku besok, dan sekarang aku mengajari bagaimana cara kamu membantuku berganti pakaian," ucap Manan."A-ku membantumu berganti pakaian?" tanya Safia sambil menelan salivanya sendiri."Iya, kau keberatan, ini yang terjadi jika tidak ada tanda tangan surat kesepakatannya," ucap Manan sambil mengambil pakaian d4l4m wanita itu.Lelaki itu berjongkok. "Angkat kakimu!" perintah Manan."Tidak mau!" teriak Safia karena malu."Gagal satu," ucap Manan 'Ah sial!' umpat Safia dalam hati ia pun akhirnya mengangkat kakinya."Kenapa kau takut sekali kalau aku menyentuh itu," ucap Manan
Manan menatap punggung Safia, ia menarik napas beratnya lalu ia menatap lembaran itu.'Maaf aku belum tahu isi hatiku padamu, Fia,' ucapnya dalam hati.Ia bangun dari tempat duduknya dan berjalan ke ruangan kerja untuk menyimpan dokumen itu.Sesampainya di ruangan itu ia membuka laci mejanya ia melihat surat cerai atas nama Akran dan Safia.'Jika kau tahu ini pasti kau akan sangat sedih, Fi. Aku sangat tahu kau masih mencintai pria itu, bukannya aku ingin menyembunyikan ini padamu, kau harus sembuh dulu dari luka hatimu, maaf aku akan selalu bersikap menyebalkan untukmu agar di hati kita tidak tumbuh rasa cinta. Terus terang Fi, aku tidak punya rasa cinta sedikit pun padamu, tetapi aku sangat berhasrat dengan tubuhmu. Kita hanya sebatas teman kencan yang bercinta tanpa melibatkan perasaan kita, Fi,' ucap batin Manan.Ia lalu menyimpan kedua surat kedalam laci meja kerjanya kemudian ia pun keluar dari ruangan kerjanya dan terdengar suara tangisan Amar dan Manan segera pergi ke kamarnya
Tolong, siapkan air hangat!" ucapnya datar sambil membawa Amar ke kamar mandi, Safia menyusul mengikuti di belakang Manan. lalu wanita itu melewati manan, alangkah terkejutnya ia saat tangan Manan yang kena pup itu diusapkan ke pakaiannya Safia.Ia menatap pakaiannya yang kotor, lalu Menatap Manan dengan tajam. "Ahh ... Mas Manan resek," ucap Safia sambil mengisi bathub dengan air hangat ."Habis kamu ngeledeki aku dari tadi," ucap Manan."Mana? Aku cuma tertawa," ucap Safia membela diri."Sama saja, Fi, kamu ngeledek itu," ucap Manan sewot"Engak!" sangkalnya. "Kamu mau kemana, Fi?" tanya Manan."Mau ke kamar bersih-bersih," ucapnya."Jangan pergi dulu! tolong ini kamu lepaskan! Kan kamu terlanjur kotor juga," ucap Manan."Ck!" Safia berdecak ia mulai melepas popok Amar, dan membersihkan pantat Amar dengan air hangat. Tiba-tiba saja Manan menyerahkan Amar ke Safia.Tolong urus Amar sekalian, ya perutku sakit," kata keluar dari kamar mandi setelah mencuci tangannya di shower, dan Saf
mobil berhenti di klinik spesialis dokter Anak, mereka masuk kedalam klinik itu untuk memeriksakan Amar, setelah beberapa jam kemudian mereka pun keluar dari klinik tersebut dan ia mulai menjalankan mobilnya meninggalkan klinik tersebut.Mobil itu berjalan dengan kecepatan sedang Amar sudah pulas dalam gendongan Safia."Apa kau sedang hamil?" tanya Manan tanpa menoleh dan fokus dengan kemudinya.Safia menoleh dan berfikir sejenak sudah berjarak berapa Minggukah kejadian itu. tetapi setelah selesai nifas ia belum datang bulan hingga saat ini. 'Bukankah setelah nifas memang belum teratur apalagi aku sedang memberikan asi eksklusif untuk Amar, Apa benar aku hamil?' pikirnya mulai gelisah, duduknya mulai tidak tenang."Kenapa kamu?" tanya Manan."Tidak apa-apa," jawabnya berusaha tenang."Tidak apa bagaimana? Kau kelihatan gelisah begitu," ucap Manan."Aku hanya takut saja," jawabnya tanpa meneruskan kalimatnya.Sudah kubilang, tidak perlu ditakutkan, Andai kau hamil itu anakku bukan ana